NovelToon NovelToon
Transmigrasi Ilona

Transmigrasi Ilona

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Balas Dendam / Peningkatan diri-peningkatan identitas/sifat protagonis / Teen Angst / Transmigrasi
Popularitas:932.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Ilona, gadis jalanan yang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua. Kehidupan jalanan memaksanya menjadi gadis kuat dan pemberani. Berbeda dengan Ayyara, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran bully di sekolahnya. Selain penampilannya yang culun dan dianggap jelek, dia sedikit gagap saat berbicara. Bahkan kakak dan sepupunya tidak suka padanya.

Hingga suatu hari, terjadi kecelakaan yang membawa perubahan dalam hidup keduanya. Ilona terbangun dalam raga Ayyara. Kecelakaan itu mengubah semua jalan hidup keduanya. Ilona yang tidak memiliki orang tua dan kehidupannya yang susah, berubah mendapatkan kasih sayang orang tua dan kehidupan layak. Dan Ayyara, dia berubah menjadi gadis yang tak mudah ditindas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Salah Ayya

Beberapa petugas rumah sakit mendorong cepat brankar yang di atasnya ada Deon. Ayyara, Gian dan Pak Tanto juga ikut melangkah setengah berlari mengikuti laju brankar tersebut.

Saat Deon memasuki sebuah ruangan, Ayyara, Gian dan Pak Tanto ditahan di depan pintu ruangan oleh seorang suster. "Maaf! Kalian dilarang masuk!" Ujar suster.

Mereka dengan wajah lesu bercampur cemas duduk di kursi tunggu. Seorang dokter lewat dan masuk ke ruangan tersebut.

Ya Tuhan, selamatkan abang Deon. Aku ga bisa maafin diriku sendiri jika terjadi sesuatu sama abang. Batin Ayyara.

Tuhan, selamatkan Deon. Batin Gian.

Selamatkan den Deon, Tuhan. Ujar Pak Tanto dalam hati.

Suasana hening menyelimuti mereka. Masing-masing berharap cemas agar tidak terjadi sesuatu pada Deon.

"Ayya! Gian!" Suara Mala yang terdengar membuat ketiga orang itu menoleh. Ayyara langsung berdiri dan menghambur ke pelukan Mala. Wanita itu datang bersama suaminya, Abima.

"Mama...hiks..." Gadis itu tak bisa menahan air matanya lagi.

"Sudah, nak! Gimana keadaan abang?" Mala mengusap pelan rambut Ayyara. Gadis itu hanya menggeleng menjawab pertanyaan Mamanya. Mala melepas pelukannya, lalu mengusap air mata yang ada di pipi Ayyara. Meskipun saat ini, air matanya juga mengalir di pipinya.

Suara pintu dibuka membuat semuanya menoleh. Mala dan Abima dengan cepat mendekati dokter.

"Bagaimana keadaan anak saya, dok?" Pertanyaan itu keluar bersamaan dari mulut Mala dan Abima. Terlihat jelas kekhawatiran di wajah keduanya.

"Anak bapak dan ibu baik-baik saja. Dia mengalami benturan ringan di kepalanya. Hanya saja, darahnya cukup banyak terbuang. Tapi, kami sudah menanganinya. Tinggal menunggu pasien sadar."

"Ya Tuhan, syukurlah putraku tidak apa-apa." Ujar Mala.

"Terima kasih, Tuhan. Terima kasih sudah menyelamatkan putraku." Gumam Abima.

Terima kasih Tuhan, sudah menyelamatkan abang.

Syukurlah lo ga papa, De!

Terima kasih Tuhan, aden ga papa.

"Kalau begitu, saya permisi dulu." Pamit sang dokter.

"Iya, dok. Terima kasih."

Setelah si dokter menjauh, Mala dan Abima segera melihat putra mereka. Ayyara, Gian dan Pak Tanto juga ikut. Namun, mereka hanya sebentar. Gian dan Ayyara kembali bersama Pak Tanto untuk mengganti pakaian mereka yang terkena darah Deon.

***

Ayyara segera menuju kamarnya. Ia mandi dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai, ia segera turun. Namun, belum sempat ia menginjak anak tangga, ia teringat jika Gian juga akan kembali ke rumah sakit.

Ia menarik nafasnya dan berbalik. Ayyara berjalan pelan menuju kamar Gian. Tangannya terangkat ragu untuk mengetuk pintu kamar Gian.

Tok... Tok...

Baru dua kali ketukan, pintu kamar langsung terbuka. Gian juga sudah bersih dan berganti pakaian.

"Ayo!" Ujar Ayyara, tanpa benyak bicara. Ia sedikit canggung berbicara dengan Gian. Gian yang paham hanya mengangguk. Ia menutup pintu kamarnya lalu menyusul Ayyara menuruni tangga.

"Pake mobik gue aja." Ujarnya, menuju garasi mengambil mobilnya yang jarang ia gunakan. Hanya saat keluar sendiri, dia akan menggunakannya. Jika bersama Deon, maka mobil Deon lah yang mereka gunakan.

Ayyara mengangguk. Ia lalu menaiki mobil Gian yang kemudian menjauh dari rumah. Tidak ada pembicaraan atau satu kata pun yang keluar dari mulut keduanya. Hingga mobil tiba di rumah sakit, mereka hanya berdiaman seperti itu.

Keduanya segera menuju ruangan Deon. Deon sudah di pindahkan ke ruang rawat. Beruntung Mala mengirimkan pesan pada mereka.

"Gimana keadaan Deon, Ma?" Tanya Gian saat tiba di ruangan Deon.

"Dia udah sadar. Cuman tidur lagi." Balas Mala.

Ayyara yang duduk di sofa bersama Abima, menarik nafas lega. Ia bersyukur dalam hati saat mendengar Deon sudah sadar.

"Pa!" Ayyara menoleh menatap Abima.

"Ada apa?" Abima bertanya lembut.

"Papa..." Ucapan Ayyara terpotong saat mendengar ketukan pintu. Semuanya menoleh ke arah pintu.

"Alden!" Seru Mala.

"Hallo tante, om." Ujarnya.

"Sini, Den!" Panggil Abima. Dia membiarkan Alden duduk di sampingnya. Menjadikan dirinya berada di tengah-tengah antara Ayyara dan Alden.

"Saya menelpon Ayya dari tadi, tapi tidak di jawab. Saat ke rumah, Pak Tanto bilangnya Deon kecelakaan. Jadi, saya kesini."

Ayyara yang mendengarnya menunduk. Ia mencoba memeriksa handphonenya. Benar saja, Alden menelponnya berkali-kali. Dia tidak membawa hpnya tadi. Dan saat pulang, ia langsung meraihnya begitu saja tanpa memeriksanya.

"Maafin Ayya! Ayya ga sempat ngecek hp Ayya tadi." Ujarnya.

"Ga papa." Balas Alden, tersenyum.

Abima juga ikut tersenyum. Perasaannya kini lebih baik dari tadi. Ia tidak bisa bayangkan jika Deon mengalami koma seperti Ayyara dulu. Mungkin dia tidak akan sanggup jika hal itu benar-benar menimpa putranya.

"Oh ya, Gian. Kenapa Deon bisa kecelakaan? Papa ga tau kronologinya."

Gian yang mendengarnya melirik Ayyara. Gadis itu terlihat kembali menarik nafasnya. "Ini semua salah Ayya, Pa, Ma!" Abima dan Mala langsung menoleh pada Ayyara. Begitupun Alden.

"Ini semua salah Ayya. Ayya ga sengaja liat orang ngintip ke rumah dari pintu gerbang. Ayya panggil, dia malah lari. Jadi, Ayya ngejar. Orang itu lari nyeberang jalan. Ayya juga nyeberang. Cuman Ayya ga perhatiin kenderaan yang lewat. Abang Deon sama abang Gian yang liat nolongin Ayya supaya ga ketabrak. Tapi, abang Deon malah jadi korban tabrakannya."

Abima dan Mala menoleh pada Gian. Melihat cowok itu mengangguk, Abima dan Mala kembali menatapnya. Lelaki itu langsung menarik putrinya dalam pelukannya.

"Sudah! Jangan pikirin lagi. Itu artinya abang-abang Ayya benar-benar sayang sama Ayya. Tapi, Ayya tetap salah. Lain kali jangan ulangi lagi. Saat abang sadar nanti, kamu harus minta maaf sama abang. Papa juga akan minta abang agar dia sendiri yang beri hukuman buat Ayya."

"Ayya ga papa dihukum. Yang penting abang cepat pulih." Ujarnya membalas pelukan Abima.

Alden hanya terdian dan menatap Ayyara yang ada dalam pelukan Abima. Ia percaya, Abima tidak akan membiarkan Ayyara mendapatkan hukuman yang berat.

Ayyara melepaskan pelukannya. Ia lalu menatap Mala dan Abima bergantian. "Ma! Pa!" Panggilnya. "Ayya ga pulang, ya? Ayya mau disini jagain abang." Ujarnya.

"Tapi, besok kamu sekolah kan, nak?" Ujar Mala.

"Ayya ga masalah. Abang Gian juga sekolah kan, besok?"

"Alden bakal disini juga, om, tante." Timpal Alden.

Mala menatap suaminya. Abima mengangguk, membuat wanita itu mengizinkan Ayyara tinggal di rumah sakit bersama Gian dan Alden.

"Ya udah, Mama izinin."

"Makasih, Ma." Ujarnya, bangun dan langsung memeluk Mala.

Setelah beberapa menit, Abima dan Mala pamit pulang. Menyisakan Ayyara, Alden dan Gian. Suasana menjadi hening sebelun tiba-tiba Gian bergerak dari kursi samping brankar menuju sofa. Cowok itu duduk tepat di samping Ayyara.

"Huufth..." Gian menarik nafasnya. "Gue sama Deon sebenarnya mau minta maaf sama lo." Ujarnya.

"Kita tau, selama ini kita salah ama lo. Kesalahan kita emang terlalu banyak. Lo pantas marah. Tapi gue mohon, kasi kita kesempatan buat perbaiki kesalahan kita."

Ayyara yang terdiam langsung menoleh pada Gian. "Gue..."

"Gi!" Panggilan Deon membuat Ayyara menghentikan ucapannya. Ketiga orang itu sama-sama bergerak mendekati Deon.

"Mau minum, Gi!" Ujar Deon.

Ayyara dengan cekatan mengambil air untuk Deon. Dia memberikan air pada Gian agar cowok itu bisa meminumkannya pada Deon.

Deon kembali berbaring setelah meminum airnya. Suasana mendadak sunyi. Alden yang merasa ada sesuatu yang tak sebaiknya ia ikut campur pun berpamitan keluar.

"Aku keluar bentar. Mau beli makanan." Ujar Alden yang di angguki Ayyara.

1
Siti solikah
ntar Alden cemburu loh ayyara kamu nolongin kenzo
Mamik Widowati
Luar biasa
Siti solikah
bener tuh ayyara
Siti solikah
kayaknya seru
arniya
luar biasa kak
Tia Na
ayyara yang asli kemana tor?
/Rose//Rose//Rose/
Helen Nirawan
deon ,gian : gw benci ama lu ,ayyara , trus jwb : EGP ,sapa lu ,gk penting
Helen Nirawan
ilona di tubuh ayyara , kurang kejam
Helen Nirawan
isshh , sodara sinting
Adhie
mampues... lu...
Erna Fkpg
Lumayan
Khoerun Nisa
aku bingung asli di BCA Gian atu jayen
Puch🍒❄
fak kata gw teh anyingg siaaaa!!!, anying eta sia si ayya aja baru mau di apa2in dh end aja sih, belom tau dia hamidun apa kagak anying lah🗿kecepetan endnya thor😤
Puch🍒❄
iri dengki aja lu monyet🐷
Anonymous
keren
Armyati
happy ending 😍😍 mkcieh byk kak🙏 n semangat terus untuk karya" s lanjutannya 💪💪🤗
Aquilaliza: Makasih Kak/Pray/. Mampir juga di Novel ku yang lain ya....
total 1 replies
Armyati
uuhhhh cuwit bangettt mereka😍😍😍🤩
Armyati
wkwk mereka berdua dijadiin kacang sama ayya🤭
Armyati
aahh ini pasti Alden jodohnya ayyana🥰
Disha♡💕
padahal yg aib si Gian🥴
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!