Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Waktu terus berlalu dan Kinara sedang bekerja mengawasi proyek pembangunan penginapan perusahan tempat Kinara bekerja. Dia menggunakan helm dan juga jaket proyek dengan sepatu boot yang selalu dia kenakan setiap hari.
"Naraaaa..." teriak Kevin dari kejauhan. Melambaikan tangannya meminta wanita itu untuk mendekat kearah dirinya yang berdiri dengan tiga orang di sampingnya. Kinara kemudian bergegas menuju ketempat mereka dengan menggunakan motornya. Karena dia yakin ketiga orang itu adalah orang-orang dari kantor pusat. Apalagi melihat penampilan mereka yng mengenakan jas.
"Ck, ke proyek lapangan malah pake jas dan sepatu pantofel. Mereka niat mengecek proyek atau hanya memandang dari jauh." decak Kinara saat melihat penampilan mereka bertiga yang datang kesana.
"Pak perkenalkan ini adalah Bu Kinara yang bertanggung jawab atas proyek disini." Pak Baharudin memperkenalkan Kinara saat dirinya mendekat ke arah mereka.
Kinara membuka helm proyek miliknya dan semakin mendekat ke arah mereka. Dua orang pria yang baru melihat Kinara terkesan heran apalagi wanita itu juga menggunakan sepeda motor, terlihat keren sekali dan di tunjang dengan penampilan Kinara. Walau mereka mendengar jika penanggungjawab kali ini adalah seorang wanita, tapi dia tidak menyangka jika Kinara juga bukan hanya diam di kantor. Sehingga Abi merasa ragu dengan proyek ini dan mendadak melakukan peninjauan.
"Bu Kinara ini adalah Pak Abi, Beliau adalah CEO perusahaan Haidar Prakasa Company." Pak Baharudin memperkenalkan CEO mereka.
Untuk pertama kalinya bertemu dengannya. Karena memang Kinara jarang ke kantor pusat jika bukan bertemu dengan Pak Baharudin, atasannya langsung. Kinara menganggukan kepalanya sambil tersenyum kepada pria bertubuh tinggi badan kekar dan juga rahang tegas, wajahnya terlihat sangat tampan di usianya yang terlihat di atas tiga puluhan. Abi juga hanya menganggukan kepala kemudian memalingkan wajahnya dari Kinara.
"Dan ini adalah Pak Devan, asisten dari Pak Abi." tambah Pak baharudin memperkenalkan pria yang juga tampan tapi memiliki postur lebih pendek dari Abi tapi memiliki badan yang yang juga kekar. Terlihat jika mereka sepertinya rajin nggym.
"Baiklah. Cukup perkenalannya. Sudah sejauh mana progresnya Bu Kinara?" tanya Abi serius.
"Progres kita baru berjalan 30% Pak. Sejauh ini semua berjalan on target dan tak ada kendala yang berarti. Apa anda sekalian mau melihat kesana? Untuk memastikan lebih jelas. Karena jika melihat dari jauh seperti ini tidak akan terlihat jika Anda nantinya mau komplain atau merevisi beberapa bagian. Kan mumpung anda disini juga Pak. Jarang-jarang kan ada dari petinggi langsung mengontrol proyek ke lapangan seperti ini kan? Biasanya datang kalau saat finishing dan Launching." jelas Kinara membuat Abi menatap tajam ke arahnya.
Kinara terlihat biasa saja dengan tatapan Abi yang seperti itu. Sedangkan Pak Baharudin sudah berkeringat dingin. Dia tau seperti apa Pak Abi. Dan terlihat sekali jika Abi merasa tersinggung dengan salah satu ucapan dari Kinara.
"Baik Ayo kita kesana." Ujar Abi kesal dengan ucapan Kinara.
"Apa anda akan kesana dengan pakaian seperti ini Pak Abi?" tanya Kinara memicingkan matanya menatap penampilan Abi yang ada di depannya.
"Apa salahnya." jawab Abi.
"Baiklah. Tapi nanti tolong jangan mengomel saat disana ya Pak." jawab Kinara.
"Bang Bopak, tolong siapin Motor." ujar Kinara kepada Bopak.
"Apa Pak Baharudin mau kesana juga?" Tanya Kinara.
"Iya Bu, saya juga ikut." jawab Pak Baharudin.
Bopak dan Kevin membawa masing-masing motor trail milik mereka untuk kesana. Membuat Kinara bingung karena motornya masih kurang.
"Vin, apa motornya gak ada lagi?" tanya Kinara.
"Yang satu mati mesin belum di ambil orang bengkel untuk di service. Ini ada tiga motor cukup kan bisa boncengan." jawab Kevin santai, Kinara mencebikkan bibirnya.
Akhirnya mereka pergi dengan berboncengan. Bopak membonceng Pak Baharudin. Kevin dengan Devan, mereka sudah pergi duluan. Setelah sebelumnya mereka mengenakan helm dan jaket proyek. Sedangkan dengan terpaksa Abi pergi dengan Kinara.
"Mau saya yang di depan atau Pak Abi?" tanya Kinara.
"Aku saja. Mana ada pria di bonceng cewe." jawab Abi mengambil kunci motor di tangan Kinara.
"Ck, gak sopan." Decak Kirana dengan perlakuan Abi yang seperti itu. Terkesan arogan juga.
"Mau pergi apa mau bengong?" teriak Abi saat melihat Kinara masih diam di tempatnya. Sambil berdecak kesal Kinara naik motor miliknya di bonceng Abi.
"Bisa gak bawa motornya pelan? ini tuh jalanan berbatu. Bukan aspal sirkuit." ujar Kinara kepada Abi yang mengendarai motornya dengan serampangan sehingga membuat dia harus menabrak-nambrak punggung Abi. Padahal sudah duduk berjarak dan memegang ke belakang. Tapi dengan cara Abi mengendarai motornya membuat Kinara secara refleks maju dan menabrak punggung Abi berkali-kali.
"Bukan aku yang gak bisa bawa motor pelan. Tapi kamu yang kegenitan." jawab Abi membuat Kinara berdecak kesal.
"Kalau begitu gantian saja saya yang di depan bawa motor. Biar gak di anggap sengaja dan kegenitan Pak. Udah jelas jalan berbatu masih tarik gas kenceng." kesal Kinara.
"Gak usah banyak ngeles. Sudah sering bertemu dengan banyak wanita modus sepertimu." jawab Abi yang sejujurnya gengsi jika harus di bonceng perempuan. Apa kata para pekerjanya nanti kalau melihat dia di bonceng seorang wanita.
"Terserahlah. Percuma juga menjelaskan kalau sudah di klaim seperti itu." jawab Kinara sambil mundur dan memegang kedua bahu Abi untuk memberi jarak di antara mereka. Karena jiga memegang ke belakang jok pada akhirnya akan terseret kedepan dan menabrak punggung Abi. Apalagi motor sport Kinara memang nungging. Sehingga yang di bonceng emang pasti akan ndolosor ke depan.
"Apaan sih pegang bahu. Aku bukan tukang ojek." Kesal Abi.
"Memberi jarak aman. Agar tidak menabrak punggung orang sombong. Rugi banget saya Pak. Mana belum nikah. Kasihan suami saya nanti." jawab Kinara membuat Abi mendengus kesal dan malah dengan sengaja menggas kembali motornya sehingga membuat Kinara kesulitan berpegangan dan akhirnya berpegangan pada ujung jas Abi. Sedangkan Abi tersenyum karena berhasil mengerjai Kinara yang menurutnya wanita cerewet yang sangat menyebalkan.
"Cepatlah nyampe. Kenapa berasa lama sekali." kesal Kinara.
Tak lama akhirnya mereka tiba di lokasi proyek dengan susah payah. Karena ternyata Abi tak terlalu pandai mengendarai motor. Membuat Kinara merasa kesal. Tau begitu tadi dia yang membawa motornya bukan pria itu.
"Gengsi ketinggian jadinya begini. Gak pandai bawa motor besar ko nekad Pak. Beruntung kita gak jatoh juga." cerocos Kinara saat mereka turun dari motor. Abi merasa malu karena dia ketahuan kurang mahir mengendarai motor seperti itu karena kebiasaan mengendarai motor dan juga di supiri oleh Devin.
"Bawel." Kesal Abi dan berjalan mendekat ke arah yang lain di susul oleh Kinara.