Hai, novel ini adalah karya kedua MAY.s
Semoga kalian suka😘
Alex Kenzo Prasetya. Dia adalah mahasiswa yang terkenal badung di kampus, ketua dari geng The Fly yang sering bertingkah usil kepada siapapun yang ia suka. Akan tetapi setelah ia diam diam menyukai gadis cantik yang sering menjadi korban keusilan anak buahnya itu, perlahan ia pun berubah lebih baik dari kebiasaannya.
Aradilla Resty. Gadis itu tak pernah menyangka akan menjadi target keusilan geng The Fly. Yang kemudian setelah tahu jika Alex menyukainya, tentu ia menjadi dilema. Antara memilih pria pilihan papanya, atau menerima pesona berandal kampus itu.
Penasaran? Ikuti terus sampai akhir kisah Alex dan Resty. Dijamin seru loh..
Note: Sedikit ada squel dari novel yang sebelumnya. Biar nanti tidak bingung, silahkan baca dulu Love Of Aurora.
TIDAK MENERIMA BOOM LIKE🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MAY.s, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 30
"Nih!" Ika sengaja memberikan Alex beberapa buku tebal yang dibawa Resty, sedikit mendorongnya hingga pria yang sedang tertegun itu sedikit oleng.
"Yuk, Res." Ika menggamit lengan Resty, mengajaknya pergi entah kemana, meninggalkan Alex seorang diri diruang tamu itu dengan rasa bingung.
Setelah menunggu Resty dan Ika yang tak kunjung kembali, Alex pun terpaksa menyapa ART yang kebetulan lewat, menanyakan dimana arah ke taman belakang untuk mengerjakan tugas kelompok dari kampus. Dan akhirnya pria itu beranjak menuju taman belakang sesuai arahan mak Asna dan segera duduk santai di gazebo yang ada di taman itu.
"Tunggu, tunggu, aku mau nanya deh sama kamu." Saat ini Ika dan Resty sudah berada di balkon kamar Resty.
"Kamu pernah bertemu mamanya Alex?" tanyanya to the point.
Resty mengangguk singkat, tanpa mau mengelak dari pertanyaan sahabatnya itu.
"Ketemu dimana?" selidiknya semakin kepo.
Resty terdiam sejenak. Terus terang untuk mengakui bertemu dimana ia merasa gugup. Takut takut nanti Ika malah menggodanya atau mencercanya dengan lebih banyak pertanyaan yang sebenarnya ia sendiri malas membahasnya. Apalagi ingatan saat Alex tiba tiba menciumnya kemarin membuatnya kembali merasakan ada sesuatu yang aneh pada dirinya.
"Eh, kita ke bawah yuk?" Resty mengalihkan Ika dengan mengajaknya menyantap cemilan yang ia beli tadi.
Ika terpaksa mengekor, karena Resty sudah melangkah cepat keluar kamar tanpa menoleh padanya yang penuh rasa penasaran tentang Resty dan Alex.
Sesampainya diruang makan Resty langsung menyambar satu kresek berisikan aneka snack lalu terus melangkah menuju taman belakang. Menurutnya duduk santai di gazebo sambil memandangi kolam ikan yang beraneka jenis dan warna akan sedikit membuatnya terhibur. Tetapi semuanya seakan buyar setelah mendapati Alex yang juga berada di gazebo itu.
"Kenapa dia masih belum pulang?" tanyanya, hanya dalam hati.
"Hai, Res." sapa Alex, begitu mengetahui Resty sudah berada didepannya.
Resty tak langsung menyahut. Ia malah melirik kepada Ika yang juga bersamanya.
"Hehe... Tadi papamu nyuruh kita ngerjain tugasnya disini." akunya telat.
Resty menghentak nafasnya dengan sedikit kasar. Untuk balik masuk rasanya mustahil. Karena dari seberang sana ada papanya yang sepertinya sedang mengawasi mereka.
"Sudah sampe mana, Lex?" Ika bertanya sambil turut naik ke atas gazebo itu lalu duduk bersila dengan santai.
"Lumayanlah," sahut Alex, tanpa mau menjelaskan seberapa jauh ia sudah mengerjakan tugas yang diserahkan sepenuhnya kepadanya.
"Res, duduk sini." Ika menepuk tempat kosong disebelahnya.
Resty mendekat dengan malas, tetapi ia pun menuruti ajakan Ika untuk turut gabung seakan-akan sedang terlihat kompak mengerjakan tugas kelompok bersama.
Melihat Resty yang duduk sedikit gelisah dan kurang nyaman, Alex berinisiatif melepas jaketnya, lalu tanpa permisi menutupi paha bening didepannya dengan begitu perhatian.
"Ehem... Ehem..." Ika yang melihat adegan live itu langsung berpura-pura tersedak.
Sedangkan Alex hanya menoleh sekilas kepada Ika sambil berkata," Takut digigit nyamuk." katanya sambil lalu kembali fokus dengan tugas yang ia kerjakan.
Ika mencebik ragu. Gadis itu bergantian melirik kepada Alex dan juga Resty. Ia pun semakin dibuat kepo dengan mereka berdua. Setahunya mereka berdua di kampus tak pernah saling begini. Pria itu kelewat cuek dengan siapapun, dan Resty sendiri tipekal gadis pendiam dan jarang bergaul dengan orang yang tak begitu dikenalnya.
"Hmm, jadi haus. Ehem..." Ika sengaja mengalihkan fokus mereka agar tidak terlihat kikuk.
"Biar aku ambilin," usul Resty, merasa tak enak sendiri sebagai tuan rumah hingga lupa tidak membuatkan minuman untuk Ika.
"Santai besty." Ika malah beranjak turun, sambil mencegah lengan Resty agar tidak beranjak juga.
Dengan cepat Ika sudah melesat ke arah dapur.
Resty dan Alex masih saling terdiam. Alex yang sebenarnya curi-curi pandang sambil mengerjakan tugas, sedangkan Resty yang merasa semakin ada yang aneh dengan dirinya saat ini.
Gadis itu tidak dapat berdusta saat dengan sengaja Alex menyampirkan jaketnya untuk menutupi pahanya yang terekspos merasa ada sesuatu yang hangat menjalar ke lubuk hatinya. Perlakuan Alex yang seakan ingin menjaga penampilannya yang memang sedikit nakal, membuatnya timbul tanda tanya besar.
Alex memiliki pacar seorang model yang notabene selalu berpenampilan vulgar. Apakah ia akan melakukan hal seperti ini jika Donita juga berpenampilan sepertinya. Karena setahunya Donita malah selalu berpenampilan terbuka meski sedang di kampus, yang seharusnya lebih baik sedikit berpenampilan lebih sopan.
Dari pada bertambah grogi saling diam, Resty meraih satu bungkus snack yang dibawanya. Membuka ujung bungkusnya, dengan tanpa sungkan memasukkan satu persatu cemilan keripik itu ke dalam mulut hingga menimbulkan bunyi yang sedikit berisik.
Fokus Alex sedikit terganggu. Tetapi ia masih berusaha untuk tetap konsentrasi mengerjakan tugas itu seorang diri.
Krek krek krek krek
Bunyi itu semakin terdengar nyaring, hingga membuat Alex terpaksa menutup bukunya lalu hanya memandangi Resty yang terlihat mengunyah penuh emosi.
"Mau?" Resty menyodorkan snack itu kepada Alex yang ternyata isinya sudah tinggal separuh.
Alex menggeleng dengan senyum geli menatap Resty yang terlihat lucu dan tanpa jaim-jaiman melahap cemilan itu didepannya.
"Ternyata kamu doyan ngemil juga ya?" tanya Alex, matanya meneliti tubuh Resty yang tetap terlihat seksi dan mungil meski cemilannya sebanyak itu.
"Kadang-kadang aja sih." sahutnya, masih sambil mengisi mulutnya dengan snack yang hampir tandas isinya.
Alex tertawa kecil. Gadis apa adanya yang seperti ini yang Alex inginkan. Tetap tampil seadanya dan sesuai kebiasaannya meski sedang bersama lelaki. Karena tak jarang juga banyak kaum hawa yang selalu menjaga image didepan cowok, agar terkesan anggun dan terlihat cantik meski sedang makan.
"Incip dong."
Resty terdiam sejenak, masih dengan keripik yang masuk separuh ke mulutnya.
Perlahan pria itu sedikit mengikis jarak, membuat degup jantung Resty kembali tak karuan. Sekujur tubuhnya seakan sulit bergerak, bagai seketika mematung saat wajah Alex sudah semakin dekat dengan wajahnya.
Spontan gadis itu memejamkan matanya rapat-rapat. Ia menduga bahwa Alex akan menciumnya seperti yang sering ia tonton di kebanyakan drama khas anak muda. Namun rupanya...
Tek.
Alex memetik keripik itu dari mulut Resty dengan jarinya, membuat gadis itu seketika membuka kedua matanya. Lalu tanpa jijik pria itu memakan sisa potongan keripik itu, sambil menatap lekat pada netra Resty yang sudah tak bisa digambarkan dengan apa-apa saking gugupnya.
"Hah! Jangan di makan!" seru Resty, mencoba mencegah Alex untuk tidak memakannya.
"Udah ketelan." jawab Alex dengan santainya.
"Iiih.... Kamu nggak jijik apa makan bekasku?"
"Mm, gimana ya?" Alex sengaja menggoda Resty dengan kerlingan matanya.
"Nih! Makan tuh, habisin!" Resty malah melempari Alex dengan sebungkus snack lainnya, tentu dengan mulut yang mengerucut sebal.
Entah mengapa ia tidak bisa marah lagi kepada Alex, meski tadi hatinya sedikit dongkol kepadanya. Melihat pria itu yang terkekeh sendiri seperti sedang menemukan hal yang baru. Sebab setahu Resty pria itu di kampus jarang terlihat tertawa selepas ini.
*