Alvaro Ardiwinata adalah seorang remaja berusia 16 tahun yang terlahir dari keluarga kaya. Namun, meskipun hidup dalam kemewahan, dia merasa tidak pernah menjadi bagian dari keluarga tersebut. Dia lebih dianggap sebagai "anak pelayan" oleh kedua orangtuanya, Jhon dan Santi Ardiwinata. Setiap kesalahan, besar atau kecil, selalu berujung pada hukuman fisik. Meskipun ia berusaha menarik perhatian orang tuanya, mereka tidak peduli padanya, selalu lebih memperhatikan adiknya, Violet. Violet yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian lebih, tapi di balik itu ada rasa iri yang mendalam terhadap Alvaro.
Sementara itu, Alvaro berusaha menjalani hidupnya, tapi luka psikologis yang ia alami semakin mendalam. Saat ia beranjak dewasa, ia merasa semakin terasingkan. Tetapi di balik penderitaan itu, ada harapan dan usaha untuk menemukan siapa dirinya dan apakah hidup ini masih memiliki makna bagi dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wèizhī, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Hari ini, Alvaro sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia lalu turun kebawah dan melihat seluruh anggota keluarganya tengah sarapan dimeja makan. Ia ingin bergabung tapi ini kan sudah hampir lewat, ia sedikit terlambat bangun tadi.
"Selamat pagi" sapa nya pada mereka
Tidak ada jawaban dari mereka. Alvaro lalu berjalan pergi untuk segera berangkat kesekolah tanpa sarapan. Saat ia membuka pintu rumah, ada seorang perempuan yang juga tengah berjalan untuk masuk kedalam rumah.
"Alvaro? Kau sudah mau berangkat? Apa sudah sarapan?" Tanya nya lembut dengan ekspresi yang datar.
"Em... Aku harus segera berangkat..." ucap Alvaro, ia menundukkan kepalanya tak berani menatap perempuan tersebut. Clarionne Ardiwinata, merupakan anak kedua dari keluarga Ardiwinata.
"Sudah sarapan?" Tanya nya lagi
"Itu... Sudah..." Jawab Alvaro berbohong
"Bohong" ucapnya dingin yang semakin membuat Alvaro menunduk.
Clar lalu melihat kedalam rumahnya, terlihat keluarganya tengah sarapan bersama dan itu pun langsung dimengerti olehnya.
"Ayo" ucap Clar mengajak Alvaro untuk kembali masuk.
"Tidak... Aku bisa sarapan disekolah" ucap Alvaro menggelengkan kepalanya ribut. Ia tak mau mendapat tatapan dan pukulan dari ayahnya lagi, sudah cukup dengan yang kemarin.
Tapi Clar tak menghiraukannya, ia menarik pergelangan tangan Alvaro dengan paksa hingga membuat remaja tersebut mau tak mau harus mengikutinya.
"Pah" panggilnya pada sang ayah.
"Kakak!!" Violet, tampak senang dengan kehadiran Clar. Gadis itu lalu beranjak dari duduknya dan berlari kecil menghampiri kakak keduanya itu.
Saat ia hendak memeluk Clar. Clar, ia menghindarinya dan melewatinya. Sontak hal tersebut membuat raut wajah tak suka dari sang ibu.
"Clarionne! Apa-apaan kau ini! Kenapa kau mengabaikan adikmu?!" Tanya Santi marah pada putri nya itu.
Violet, dia terdiam kaku dengan perlakuan kakaknya itu. Ia mulai berkaca-kaca. Langsung saja dia dihampiri ibunya dan dibawa kedalam pelukannya.
"Bukan urusanku" ucap Clar dingin.
"Kau sudah pulang, Clarionne?" Tanya sang ayah. Ia sebenarnya juga ingin mengatakan hal yang sama pada putrinya itu, tapi ia tahu seperti apa Clar. Selalu bersikap dingin dan tak peduli pada sekitar.
"Diam" ucap Clar pada ayahnya itu. Sedangkan sang ayah mengepalkan kedua lengannya kesal.
"Kau tak sopan, Clar!" Ucap Bhram menahan suaranya agar tak menggelegar karena marah.
"Duduklah" ucap Clar pada Alvaro tanpa memedulikan Bhram.
"Pah, aku lelah. Kau ajak Rion saja jika ingin bertengkar" ucap Clar sinis.
"Huft..." Bhram tampak menghela nafasnya kasar.
"Kakak..." Panggil Violet pada Clar dengan suara rendahnya, sedang yang dipanggil malah asik mengambil sarapan untuk Alvaro.
"Clarionne!!" Kini Santi lah yang memanggil Clar dengan nada tegasnya.
"Apa?" Jawab Clar singkat.
Alvaro yang berada ditengah-tengah atmosfer yang begitu mengerikan ini, hanya bisa terdiam tanpa menyentuh sedikit pun makanannya. Bhram lalu menatapnya kesal.
"Jika tak ingin makan, tak usah repot!" Ucap Bhram tiba-tiba yang lalu entah apa membuat Clarionne membanting kursinya hingga membuat kursi tersebut tergelatak.
"Kubilang aku lelah" ucapnya datar pada kedua orangtuanya.
Hening... Tak ada yang bersuara lagi. Alvaro mulai berkeringat dingin, ia tak tahu apa yang akan terjadi tapi dia takut. Clar yang melihatnya hanya bisa menghela nafas ringan. Ia sungguh lelah dengan pekerjaanya, ditambah dirumah malah membuatnya semakin lelah dan kesal.
"Alvaro. Makanlah, aku akan mengantarmu setelah ini" titahnya yang sontak langsung dijawab dengan anggukan oleh Alvaro.
Bhram dan Santi menatapnya tak suka. Di rumah ini, hanya Clar yang melirik Alvaro walau dirinya jarang pulang kerumah. Sedangkan Violet, ia menatap Alvaro dengan rasa iri dan dengki. Ia tak suka. Clar selalu bersikap dingin dan acuh padanya, tapi bersikap berbeda pada Alvaro.
---
"Al. Apa wajahmu, ayah yang melakukan itu?" Tanya Clar sebelum ia membiarkan Alvaro pergi keluar mobil.
Ya, mereka saat ini sudah sampai disekolah Alvaro dan masih anteng di parkiran.
"Itu..." Alvaro terus menunduk dan ragu untuk menjawab pertanyaan dari Clar.
"Al. Jangan terus menundukkan kepalamu! Angkatlah!" Ucap Clar sembari tangan nya memgang dagu Alvaro dan membuat kepala remaja itu terangkat hingga mereka bertatapan.
"Kau laki-laki. Kau pasti bisa. Saat aku tak ada, lawan saja. Jika tak bisa pun, jangan sampai kau menundukkan wajahmu. Alvaro. Ingatlah ini, bukan membela, aku hanya ingin bersikap se-netral mungkin. Tapi memang, mereka keterlaluan. Aku tak bisa terus menjagamu saat diriku saja sesibuk ini. Jadilah lebih berani, Al" ucap Clar panjang lebar walau tanpa ekspresi tapi Clar mengucapkan itu dengan penuh maksud agar membuat Alvaro tak terus merasa rendah.
"Tapi aku tak-"
"Diamlah!"
"Ugh.." ringis Alvaro saat wajahnya dipalingkan secara kasar oleh Clar.
"Aku tak suka laki-laki yang kelewat pengecut!" Ucap Clar menatap Alvaro.
"Baiklah... Akan kucoba" ucap Alvaro.
Alvaro sadar, ia memang lemah dan pengecut. Disini, hanya Clarionne saja yang meliriknya. Tapi, kakaknya itu jarang sekali pulang kerumah, jadi dia tak bisa berbuat banyak. Alvaro mencerna dan memikirkan setiap kata yang diucapkan Clarionne tadi. Apakah mungkin baginya untuk melawan?
"Aku... Aku akan ke kelas" ucap Alvaro, karena mereka sudah cukup lama mengobrol dan sepertinya bel akan segera berbunyi.
"Hm" jawab Clar hanya berdehem saja.
---
...✧✧✧✧✧...
Alvaro's Diary
Hari ini kak Clarionne pulang dan dia memberiku sebuah nasihat. Aku masih tak yakin, tapi aku akan berusaha melakukan hal tersebut. Entahlah, sepertinya aku akan melakukannya secara perlahan
...✧✧✧✧✧...
...End Of Chapter 2...
...✧✧✧✧✧...