"Dia bukan adik kandungmu, Raja. Bukan... hiks... hiks..."
17 tahun lamanya, Raja menyayangi dan menjaga Rani melebihi dirinya. Namun ternyata, gadis yang sangat dia cintai itu bukan adik kandungnya.
Namun, ketika Rani pergi Raja bahkan merasa separuh hidupnya juga pergi. Raja pikir, dia telah jatuh cinta pada Rani. Bukan sebagai seorang kakak..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Mulai Kehilangan Kepercayaan
Beberapa hari berlalu, Rani mulai sangat percaya pada Hani. Sejak kejadian di dekat toko buku. Rani mulai merasa kalau Hani sudah jauh lebih baik dari ketika mereka hidup di desa dulu.
Bahkan satu bulan yang lalu, Hani ingin pergi merayakan ulang tahun temannya sampai larut malam. Dia mulai banyak teman dari media sosial dan anak-anak teman Jacky sesama dokter. Rani bahkan terpaksa berbohong, kalau dia juga menemani Hani, padahal dia menginap di rumah Alia.
Hingga suatu pagi...
"Aduh, ayah... ibu....perutku sakit!"
Retno yang mendengar anaknya berterima segera menuju ke kamar Hani yang memang ada di sebelah kamarnya.
"Ada apa Hani? wajahmu pucat sekali. Ayah! Raja! Rani!"
Semua panik. Raja menggendong tubuh Hani dan membawanya ke mobil. Saat berada di dalam mobil, Raja melihat ke arah tangannya yang berlumuran darahh.
"Ayah, ibu. Ini..."
Retno sangat terkejut, mobil sedan mereka tidak muat. Jacky meminta Rani pergi dengan mobil lain.
Di perjalanan menuju ke rumah sakit, Hani terus menangis merintih kesakitan.
"Sakit Bu"
Retno sudah menangis sejak dari rumah tadi.
"Sabar ya nak, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit. Tahan sebentar ya nak"
"Jangan salahkan Rani bu, dia hanya iri padaku"
Raja terkejut, kenapa Hani menyebut nama Rani, dan mengatakan Rani iri padanya.
"Hani kamu bicara apa?" tanya Raja.
"Rani menjebakku ayah, aku hamil"
Jegerrr
Bak petir menyambar di siang hari. Apa yang dikatakan oleh Hani membuat Raja, Retno dan Jacky mematung di tempatnya. Sementara pak Amir tampak terkejut juga sampai hampir menabrak mobil yang ada di depannya. Untung fokusnya kembali tepat waktu.
"Dia menjebakku, dia membayar orang untuk memperkosakuu, malam itu dia pergi ke rumah Alia, meninggalkan aku dengan orang suruhannya. Temanku, Meri. Memberikan foto ini, Rani membayar orang untuk menjebakku, susuku tadi pagi rasanya aneh..."
"Hani, Hani bangun nak!" teriak Retno panik.
Hani pingsan, dia memang benar-benar minum obat untuk menghilangkan janin yang ada di dalam kandungannya. Dia membayar pembantu baru yang baru satu bulan bekerja, dan dia akan menjadi saksi atas kejahatan yang tak pernah di lakukan oleh Rani.
"Hani" Retno berusaha membuat Hani tetap sadar.
"Bu, jangan di goyang terus. Nanti pendarahannya makin parah!" kata Jacky.
Sampai di rumah sakit. Dokter Andi bahkan sudah menunggu di depan rumah sakit. Tapi seolah hanya kebetulan lewat.
"Dokter Jacky, kenapa... loh ini Hani kenapa?" tanya dokter Andi yang juga sudah berkomplot dengan Hani.
"Tolong dokter Andi. Saya tidak ada jadwal praktek, tolong anak saya" kata Jacky.
"Bawa ke UGD, cepat!" seru dokter Andi.
Semua terlihat panik. Mereka berdiri di depan ruang UGD. Dokter Andi keluar dan menyarankan tindakan operasi.
"Dokter Jacky, Hani hamil sudah satu bulan. Dan bayinya tidak selamat, dia minum obat penghilang janinn!"
Jacky terkejut bukan main. Retno bahkan nyaris terhuyung karena sangat shock. Raja yang membantu menopang ibunya juga merasa terkejut.
"Tolong tanda tangan, kamu harus melakukan operasi" kata dokter Andi.
Jacky yang tangannya masih gemetaran terpaksa menandatangani dokumen itu. Meski beberapa hal di dokumen itu bohong. Hani memang hamil, tapi bukan satu bulan. Bahkan sudah hampir tiga bulan.
"Apa mungkin semua yang Hani bilang itu benar? apa mungkin Rani sangking irinya pada Hani, menjebak Hani?" Retno mulai bicara yang tidak-tidak.
"Ibu, Rani tidak mungkin..."
"Beberapa waktu ini, Rani selalu cari masalah pada Hani, Raja. Dia merusak beberapa barang yang ibu berikan untuk Hani, Hani menangis diam-diam di kamar. Saat ibu tanya, dia selalu tidak ingin jujur. Bahkan ketika dia jujur, dia juga tidak pernah menyalahkan Rani. Dia mengatakan mungkin Rani hanya merasa kasih sayang ibu dan ayah terbagi sekarang, makanya dia marah. Hani selalu bicara baik tentang Rani, bibi Indah juga sering bilang kalau Rani mencuri barang-barang Hani. Ibu melihat beberapa barang-barang Hani ada di kamar Rani!"
Raja terdiam, dia belum pernah melihat ibunya emosi seperti ini pada Rani.
Semua yang di katakan Hani itu tidak ada yang benar. Barangnya rusak, itu dia sendiri yang merusaknya. Dan barang-barangnya yang ada di kamar Rani. Itu Hani yang memberikan pada Rani. Tapi Hani selalu bilang barangnya hilang. Namun tidak mau ribut-ribut. Hani sudah merencanakan ini semua dengan apik. Membuat Retno merasa, kalau Rani lah yang berubah menjadi tidak baik.
"Kalian hanya hal seperti itu, ibu masih bisa tolerir ayah, Raja. Tapi ini, Rani menjebak Hani. Membayar orang untuk merusak masa depan Hani, ibu tidak bisa diam saja" ujar Retno.
Dia seorang ibu, rasanya sikapnya itu cukup wajar. Dia kecewa karena anaknya di perlakukan tidak baik oleh orang lain. Apalagi orang itu, orang yang sudah dia rawat dan jaga dengan baik selama ini.
"Ibu, jangan bilang begitu. Rani tidak mungkin..."
Raja ingin membela Rani. Tapi Retno malah berteriak.
"Lalu apa menurutmu, Hani yang menjebak dirinya sendiri? dia yang membuat dirinya di nodai dan hamil? apa menurutmu Hani yang sengaja menghancurkan masa depannya sendiri?"
"Sudah sudah!" Jacky mencoba menengahi, karena saat ini kan memang mereka berada di rumah sakit.
Rasanya sangat tidak baik bertengkar seperti itu, berdebat seperti itu.
"Kita tunggu Hani selesai di operasi. Setelah itu ayah akan cari tahu sendiri kebenarannya!"
Mendengar itu, Retno memalingkan wajahnya dari Raja. Jelas Retno berada di pihak Hani.
Sementara Rani baru datang ke rumah sakit, karena tadi saat dia akan memanggil supir, dia di tabrak oleh Indah. Pembantu baru mereka yang memberikan susu pagi ini untuk Hani. Dan Indah juga mengatakan kalau mereka akan membawa Hani ke rumah sakit yang cukup jauh, karena di sana ada dokter baru katanya. Rani yang ponselnya jatuh dan mati percaya saja pada apa yang di katakan Indah.
Tapi saat di rumah sakit itu, dia tidak menemukan keberadaan orang tuanya dan juga Raja.
Saat dia minta pak Arman menghubungi pak Amir, baru dia tahu kalau dia salah pergi ke rumah sakit.
Saat Rani sampai di rumah sakit tempat Hani di operasi, dia menghampiri ayah dan ibunya.
"Ayah, ibu..."
Retno yang melihat Rani datang segera memalingkan wajahnya.
Deg
Rani merasa ada yang tidak beres. Tapi, dia pikir ibunya mungkin marah karena dia datang lama.
"Maaf ayah, ibu. Tadi aku dan pak Arman datang ke rumah sakit yang salah!"
"Kamu sengaja kan?" tanya Retno emosional.
"Ibu"
"Bu, sudah"
Di sela oleh Jacky dan Raja, Retno semakin kesal. Retno mendengus dan menjauh dari semuanya dan mendekat ke arah ruang operasi.
'Ada apa dengan ibu?' batin Rani bingung.
***
Bersambung...