NovelToon NovelToon
AKU YANG DIANGGAP HINA

AKU YANG DIANGGAP HINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Pelakor / Kehidupan di Kantor / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“Perut itu harusnya di isi dengan janin, bukan dengan kotoran mampet!”

Ara tak pernah menyangka, keputusannya menikah dengan Harry—lelaki yang dulu ia percaya akan menjadi pelindungnya—justru menyeretnya ke dalam lingkaran rasa sakit yang tak berkesudahan.

Wanita yang sehari-harinya berpakaian lusuh itu, selalu dihina habis-habisan. Dibilang tak berguna. Disebut tak layak jadi istri. Dicemooh karena belum juga hamil. Diremehkan karena penampilannya, direndahkan di depan banyak orang, seolah keberadaannya hanyalah beban. Padahal, Ara telah mengorbankan banyak hal, termasuk karier dan mimpinya, demi rumah tangga yang tak pernah benar-benar berpihak padanya.

Setelah berkali-kali menelan luka dalam diam, di tambah lagi ia terjebak dengan hutang piutang—Ara mulai sadar: mungkin, diam bukan lagi pilihan. Ini tentang harga dirinya yang terlalu lama diinjak.

Ara akhirnya memutuskan untuk bangkit. Mampukah ia membuktikan bahwa dia yang dulu dianggap hina, bisa jadi yang paling bersinar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Pagi itu, Ara mendatangi kediaman ibunya, Farida. Sepasang matanya masih sembab akibat menangisi kejadian 1 jam yang lalu. Namun, kali ini ada nyala api dalam mata sayu itu. Ara terbakar oleh tekad yang mulai tumbuh di dalam dadanya, kali ini ia akan memastikan—tidak ada lagi yang bisa merendahkan dirinya.

“Assalamu'alaikum, Bu.” Ara mengecup takzim punggung tangan sang ibu.

“Wa'alaikumsalam. Tumben pagi-pagi begini, Nak. Apa semalam ada yang tertinggal?”

Di ruang tamu yang hangat dan sederhana, Bu Farida tengah duduk di sofa—bermandi peluh. Wanita baya itu baru selesai menjajakan kue, ke sekeliling komplek. Letihnya sirna begitu melihat wajah sang putri.

“Enggak, Bu. Cuma mau ambil beberapa setelan kerja punya Ara dulu.” Ara langsung berjalan menuju ke kamar masa kecilnya—kamar di mana ia tumbuh menjadi gadis cantik jelita. “Iraz belum bangun juga, Bu?”

“Adik mu pagi-pagi sekali udah ke Polda. Takut macet katanya.”

“Oh, ngurus yang kemarin ya.”

Begitu tiba di dalam kamar, buru-buru wanita bertubuh kurus itu membuka lemari tua—mengeluarkan beberapa baju kerja lamanya yang masih layak pakai. Jas krem polos, kemeja putih dengan kerah sedikit usang, dan rok hitam yang dulu sempat menjadi andalan ketika ia masih bekerja. Tangannya bergerak cepat, melipat semua itu dan memasukkannya ke dalam tas besar.

Bu Farida menatap Ara lekat-lekat sambil bersandar di sisi pintu. Benaknya dipenuhi dengan tanda tanya, tapi, ia mengunci rapat mulutnya. Ia masih setia menunggu Ara untuk bercerita terlebih dahulu. Meskipun, ia yakin dengan firasatnya, ia yakin—ada yang salah dengan biduk rumah tangga sang putri.

“Bu, tentang novel online yang Ara cerita semalam—Ara minta, Ibu nggak cerita sama siapa-siapa, ya. Termasuk Mas Harry ...,” pinta Ara pelan, namun tegas.

Bu Farida mengangguk tanpa mengucap sepatah kata. Matanya tak luput menatap punggung sang putri yang terlihat—menyedihkan.

“Ara hari ini ada interview kerja. Doain ya, Bu. Semoga keterima.” Kata Ara dengan binar membara.

“Aamiin Allahumma Aamiin,” ucap Bu Farida tulus.

Setelah selesai menyusun beberapa setelan ke dalam tas nya, Ara lekas berganti pakaian. Kemudian ia merias wajahnya dengan beberapa jenis make-up yang nyaris kadaluwarsa.

Ara tampak cantik dengan setelan pudar dan riasan sederhana. Ia menoleh ke belakang, melirik sang ibu yang menatapnya sejak tadi. “Menor nggak, Bu?”

Bu Farida terkekeh pelan sambil menggeleng. “Malah cantik puolll!” pujinya.

Ara tersenyum tipis, lalu mendekati sang ibu. Ia mengeluarkan kresek hitam dari dalam tas, kemudian menyerahkannya kepada Bu Farida. “Bu, Ara titip ini, ya. Tolong di simpan sementara,” pinta Ara.

Bu Farida mengernyit. “Apa ini, Nak?”

...****************...

Hari itu, langit tampak lebih cerah dari biasanya. Di lobi megah SW Grup, Ara melangkah dengan degup jantung tak beraturan.

Di ruang rapat kecil, Davin—pria muda berkacamata dan berwajah ramah—menyambutnya dengan hangat.

“Bu Arawinda, selamat datang,” ucapnya sambil mengulurkan tangan. “Kita langsung bahas detail pekerjaan, ya.”

Mereka duduk berhadapan. Davin menjelaskan jabatan Ara sebagai Asisten Pribadi CEO. “Gajinya 8 juta per bulan, di luar tunjangan makan, transport, dan asuransi kesehatan. Ada kesempatan naik gaji, kalau performa bagus. Ini kontraknya, silakan ditandatangani kalau Anda setuju.”

Ara mematung di tempat, telinganya berdenging ketika mendengar nominal gaji beserta rentetan nya.

“Bu Ara?” tegur Davin kala Ara masih terdiam.

“Ya?” Ara tersentak. “Ya—baik.”

Ara lekas meraih lembaran kertas berisi perjanjian kontrak. Tanpa pikir panjang, Ara langsung menandatangani kontrak itu tanpa lagi membacanya.

Mata bulat Ara sedikit berkaca-kaca. Ini bukan sekadar pekerjaan baginya, ini adalah pijakan pertama menuju kebebasan yang sudah lama ia dambakan.

Namun, dunia Ara seolah berhenti berputar ketika Davin membawanya ke ruangan CEO. “Selamat siang, Pak Elan. Saya ingin memperkenalkan asisten pribadi Anda yang baru—Ibu Arawinda. Ibu Arawinda mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam mengelola jadwal dan tugas-tugas pribadi.”

Elan Wiratama berdiri membelakangi jendela besar dengan jas abu tua yang rapi membalut tubuh tegapnya. Pria itu menoleh, dan— napas Ara seketika tercekat kala netra mereka saling bertemu. Dada Ara bergetar, jantungnya berdebar-debar. Seolah-olah sesuatu yang besar baru saja menghantam kuat dirinya.

Wajah itu—wajah masa lalu yang selama ini sudah ia kubur—kini ada di hadapannya, dalam dunia yang benar-benar berbeda.

Elan menatapnya lama, sebelum bibirnya membentuk senyum tipis. “Selamat bergabung di perusahaan ini, Ibu Arawinda. Saya berharap Anda dapat membantu saya dalam mengelola jadwal, mengatur pertemuan, dan menangani tugas-tugas pribadi lainnya. Saya ingin Anda menjadi perpanjangan tangan saya dalam menjalankan tugas-tugas sehari-hari.”

Ara sebisanya menetralkan degup jantungnya. Bibirnya mengulas senyuman paksa. “Ten_tu, Pak Elan. Saya siap membantu dan bekerja sama dengan Anda untuk mencapai tujuan perusahaan dan memenuhi segala kebutuhan pribadi Anda.”

“Bagus! Mulai hari ini, saya ingin Anda untuk mengelola inbox email saya, mengatur jadwal pertemuan, dan memastikan bahwa semua tugas-tugas penting saya terpenuhi tepat waktu,” tukas Elan.

Ara mengangguk sopan, meskipun jiwanya nyaris edan. “Saya paham, Pak Elan. Saya akan memastikan bahwa semua tugas-tugas tersebut terpenuhi dengan baik.”

“Saya akan membantu Ibu Ara dalam proses adaptasi dan memastikan bahwa semuanya berjalan lancar,” kata Davin dengan bahasa formal.

“Good!” Elan mengangguk-angguk, lalu ia kembali menatap Ara. “Ibu Ara, saya harap Anda masih ingat cara membuat kopi yang enak.”

Ara terdiam, ingatan masa lalu pun kembali terkenang. Wanita itu lekas mengangguk, “tentu saya masih ingat, Pak.”

.

.

Sementara itu, di kantor Harry ....

Pria itu sedang memeriksa beberapa lembar laporan ketika seseorang mengetuk pelan mejanya.

“Hay!” sapa seorang wanita dengan senyuman semanis madu.

Harry mendongak dan terperangah, untuk sesaat ia terhenyak. Sekian detik, Harry tenggelam dalam lautan pesona. Puspa, senior sang adik yang baru saja menyelesaikan pendidikannya, berdiri di depan meja kerja Harry dengan senyuman manis di bibirnya.

“Puspa? —Kamu ngapain di sini?” Tanyanya pada wanita yang kerap mengejar cintanya selama ini.

“Ngapain?” Puspa melipat kedua tangannya di depan dada, sampai buah dadanya lebih menonjol. Lalu, ia meluruhkan bokongnya di sudut meja kerja Harry. “Ya kerja dong, Mas Harry. Hari ini, aku resmi bekerja di sini.”

Gadis muda cantik nan modis itu menatap Harry intens. Ia penuh percaya diri. Bahkan, Harry pun sampai malu-malu saat hendak menatap balik.

“Kita satu departemen?” tanya Harry.

Puspa mengangguk. “Kita di tim yang sama.” Bibirnya yang basah tersenyum merekah.

“Oooo,” Harry manggut-manggut. “Silakan duduk.” Ucapnya, seraya menyembunyikan gugup dan degup di dada.

Harry mencoba fokus dengan lembaran kertas di tangannya. Namun pikirannya terbang entah ke mana. Wajah Puspa yang cerah dan berpenampilan segar itu—entah kenapa—justru membuatnya teringat pada Ara yang tak pernah bersolek.

‘Puspa cantik sekali. Tubuhnya juga wangi. Sangat berbeda dengan Ara yang kumal dan bau masam. Kenapa Ara selalu dasteran sih di rumah? Sesekali pakai pakaian bagus kayak Puspa gini kan, enak di pandang. Huft!’ keluh Harry di dalam hati. Kedatangan Puspa berhasil membuat pria itu membanding-bandingkan sang istri dengan wanita lain—untuk pertama kalinya.

*

*

*

1
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kamu kan levelnya makan masakan makmu, masakan istri mah, buat makan gukguk komplek.. 🏃🏃🏃
Dae_Hwa💎: hussss, 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
waktu kerja kantoran gaya lo pongah har...boro² nyukupin nafkah istri...giliran kerja kyk begini ngeluh...dasar manusia bersyukur kau har
Dae_Hwa💎: betul. syukur² ada kerjaan. padahal halal
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
kesian😂😂😂 ( ketawa jahat )
Dae_Hwa💎: NGIAHAHAHHAHA
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
🤣🤣🤣🤣🤣
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
istianah istianah
apa" jngan" si erlan dan ara mau di makcomblangin sama si davin ya ,kalau bener bgitu se 7 aq , tak pantau terus sampe mereka menikah
Dae_Hwa💎: Bisa jadiiii~ pantau terus 🫵
total 1 replies
Tini Ratnadilla
wulan sama Davin aja, aku merestui....
Dae_Hwa💎: Kak, Davin punya ku 🙂‍↕️
total 1 replies
Mba Ayuu
the real karma yang sering dituduhkan sama ara
Dae_Hwa💎: betul.
sayangnya dia gak bersyukur. padahal halal.
total 1 replies
Miaaaoowww😸
si wulan disuruh ngapain itu sama si davin???
pinisirinnnnnn🤭🤭🤭
Dae_Hwa💎: Jangan-jangan~~~
total 1 replies
Miaaaoowww😸
bolehkah saya menculik yang namanya Hary???
Dae_Hwa💎: Mau di apain kak? 🙂‍↔️
total 1 replies
Miaaaoowww😸
gendeng banget jadi cowokk, pengen tonjok dehhhhh🤬🤬🤬
Dae_Hwa💎: Banting² ke lantai
total 1 replies
Sayur segar
ya gapapa sih. yg pnting kan tangan istrimu mulus. kau kan suka?
Dae_Hwa💎: Nah iya, kemarin di pujapuji
total 1 replies
Sayur segar
dsr gk tw brsyukur kau
Dae_Hwa💎: Betul sangat!
total 1 replies
Star Ir
suaminya keponakan saya aja buruh angkut di pasar gak kekurangan makanan kok, gpp gak bakal kelaperan. 😁😁
Dae_Hwa💎: Betul. Apapun itu, selagi halal dan mencukupi, syukuri. Biar berkah.
Sayur segar: betul tuh. memang si harry nya aja yg suka memandang rendah pekerjaan org.
total 2 replies
Sayur segar
ngomongin apa kalian woy 🤣
Dae_Hwa💎: bisik² 🙆🏼‍♂️
total 1 replies
Sayur segar
😆😆😆😆😆😆😆
Dae_Hwa💎: /Joyful/
total 1 replies
Sayur segar
apa jgn2 bapaknya elan ngejodohin sama cwe ini?
Dae_Hwa💎: Mungkinkah~
total 1 replies
Sayur segar
aku rasa si harry ngelarang ara kerja karna takut tersaingi
Dae_Hwa💎: itu sudah pasti, hahahah
total 1 replies
Tini Ratnadilla
selamat ara atas perceraiannya, semoga dapat ganti yang lebih baik
Dae_Hwa💎: Aamiin, pantau selalu 🙂‍↕️
total 1 replies
Mba Ayuu
siapa yang ingin diposisi ara, pasti semua wanita ingin lMenikah sekali seumur hidup. tapi kalau suaminya modelan Harry ya, nggak usah mikir 2 kali sih untuk pisah.
Dae_Hwa💎: betul, semua pasti pengennya sekali seumur hidup.
tapi kalau kyk Harry, sendiri lebih baik.
total 1 replies
💕Bunda Iin💕
klo macam² manusia kadal ini dipenjarakan aj ra😡
Dae_Hwa💎: 🦎 : tolong jangan samakan daku dengannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!