NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

⁸ Jatuh Cinta Pada Istri Orang

Aku segera bangkit dari tempat tidur, ke kamar mandi sebentar untuk menuntaskan hasrat ingin pipis, dari pada nanti di rumah orang malah rempong nyari kamar mandi. Gak lupa, ku basuh muka dengan facial foam, agar nampak ada seger-segernya gitu.

Ku sisir rambut di depan kaca, sambil memandangi wajah ku yang terpantul di dalam nya. Memastikan wajah ku masih terlihat ganteng atau gak. Mau ke rumah ayang yang sejak kemarin gak aku lihat batang hidung nya, harus tampil prima. Halah Halu...

Mana ada ayang? Yang ada istri orang. Ngenes banget, bisa-bisanya aku jatuh cinta pada pasangan halal orang lain.

Aku berjalan dengan santai menuju rumah Mas Nata, lebih tepatnya berusaha di santai-santaiin.

Menekan rasa cinta untuk Mbak Rifani yang semakin hari semakin merekah. Aku harus bisa mengendalikan hati dan sikap ku, jangan sampai ada orang lain yang bisa membaca perasaan ini.

Sesampainya di teras rumah Mas Nata, segera ku ketuk pintunya. Gak membutuhkan waktu yang lama, pintu itu terbuka, menampilkan sosok tinggi tegap.

Mas Nata adalah lelaki berbadan sixpack. Kemeja nya yang begitu pas dengan bentuk tubuh seolah menginformasikan jika di balik kain itu tersimpan dada yang tercetak seperti roti sobek, dengan otot-otot lengan berisi, kuat, dan atletis.

Oh iya, Mbak Rifani juga pernah bercerita jika suaminya sering ke tempat fitnes.

"Nah ini Arif sudah datang, ku tunggu dari tadi loh. Ayo masuk." Mas Nata menyambut ku dengan hangat dan menggiringku menuju tempat makan yang berada di ujung belakang.

Aku pun mengekorinya, takut jika kesasar di rumah yang besar ini. Malam ini baru pertama kali ku injakkan kaki di ubin rumah ini.

Ketika rumah ini di huni oleh pemilik yang sebelumnya, jangan kan main ke rumah ini, saling bertegur sapa saja jarang sekali. Maklum, penghuni nya adalah orang-orang sibuk semua.

Aku tercengang ketika melihat ruang makan itu. Ternyata bukan hanya aku yang di undang nya makan malam. Sudah ada beberapa orang yang lebih dulu ada di sini. Mereka menganggukkan wajah, ketika menatapku.

"Ayo silakan duduk," ujar Mas Nata.

Aku pun mendekati meja berbentuk oval yang panjang dan mencari tempat duduk yang masih kosong, di samping Angga. Beberapa orang belum pernah ku lihat sebelumnya. Tiga orang lelaki dan dua perempuan.

"Mereka adalah teman kantor ku, Rif." Mas Nata memperkenalkan tamunya yang lain, mungkin dia bisa menangkap kecanggungan ku.

"Oh iya, perkenalkan, aku Arif. Tetangga nya Mas Nata. Salam kenal semua," sapaku pada mereka.

Mereka pun juga memperkenalkan diri dengan ramah. Aku memandangi seisi meja yang sudah penuh dengan makanan, namun tak ku temui nasi di dalamnya. Hanya ada kacang, oatmeal, telur dan aneka buah-buahan.

Lah, kalau seperti ini, mana bisa di sebut makan malam? Lauk seenak apa pun gak akan afdal jika belum ada nasinya, bagiku yang sejak kecil tinggal di kampung. Namun, lagi-lagi aku harus menerimanya dengan senang hati, lha wong di undang makan, gratis pula.

Pujaan hatiku keluar dari dapur. Dia tersenyum ketika tatapan kami saling beradu. Duh manisnya, tapi aku hanya menanggapi dengan senyum ala kadarnya.

Tangannya membawa daging beserta salmon mentah dan menaruhnya di atas meja. Aku semakin bingung, emang seperti ini ya, kesukaan orang kaya tu, makanan yang masih mentah?

Di belakangnya, Mas Nata membawa alat pemanggang daging, ia menaruhnya di atas meja juga. Bersanding dengan daging yang tadi di bawa Mbak Rifani. Oh, jadi makan malam kali ini, kita di suruh manggang sendiri ala-ala korea gitu toh.

Oke lah, aku ngikut saja. Aslinya ... mending aku di traktir nasi pecel pinggir jalan aja deh, Mbak. Dari pada di suruh makan makanan mahal, tapi aku gak doyan ini. Ah, semoga perutku bisa di ajak kerja sama, biar gak malu-maluin.

Mas Nata duduk di samping Mbak Rifani. Mereka terlihat sangat mesra, tangan Mas Nata yang gempal menggenggam jari-jari istrinya. Sialnya, kenapa aku tadi memilih tempat duduk ini? Tempat duduk yang berada tepat di hadapan mereka. Huffh.

"Oh iya, selamat ya, Pak Nata."

"Selamat."

"Selamat, sudah naik jabatan jadi sekretaris."

Oalah, pesta perayaan atas kenaikan jabatan, toh. Aku pun turut mengucapkan selamat.

"Iya, iya terima kasih, semua," jawab Mas Nata.

Wajah Mas Nata tampak berseri, aura ketampanannya semakin menonjol.

"Terima kasih banyak, Pak Alex, sudah memercayai saya menjadi sekretaris Bapak," ucap Mas Nata sambil memandang salah satu lelaki yang ketampanan dan keperkasaan tubuhnya gak kalah dari Mas Nata.

Pria tersebut juga sangat menjaga penampilan, dari ujung sepatu hingga ujung rambut. Benda-benda mahal menghiasi sekujur tubuhnya, nyaris sempurna.

"Iya, sama-sama. Makanya yang lebih rajin lagi bekerjanya. Jangan mengeluh, kalau harus ikut saya meeting dengan klien di luar kota," ujar orang tersebut, pandangannya menuju Mbak Rifani.

Seperti sedang memberi sindiran halus pada istri Mas Nata.

Oh, jadi yang ini, bosnya Mas Nata? Apa beliau pemilik parfum yang tertinggal di kantong Mas Nata tempo hari?

Berarti hubungan mereka termasuk dekat. Enak ya, kalau bisa bergaul dengan kalangan atas, bisa mudah di promosikan jabatan, pikirku dalam hati.

Sambil mengobrol, kami mulai memanggang daging. Ada dua alat pemanggang, seolah memang sudah di bentuk untuk menjadi dua circle. Tim Mas Nata bersama teman kantornya, sementara tim Mbak Rifani terdiri dari Perempuan cantik itu, aku, dan Angga.

Aku bisa melihat, Mas Nata gak mengizinkan Mbak Rifani dekat-dekat dengan teman kantornya. Apa karena ada laki-laki di antara mereka? Tapi kok, Mas Nata mengizinkanku memanggang ayam dengan istrinya?

Apa memang pria itu sudah memercayai ku? Ah dah lah, mending aku fokus pada alat pemanggang yang ada di depan ku. Kalo gak fokus, bisa-bisa kulit pada tubuhku sendiri yang ku panggang. 'Kan gak lucu.

Kami bertiga berkolaborasi, memanggang daging agar bisa matang dan enak untuk di makan. Sesekali tawa memecah kesunyian malam ini.

Mataku mendelik ketika tiba-tiba teman Mas Nata mengeluarkan botol dari beberapa jenis minuman beralkohol dan menaruhnya di atas meja, sementara teman perempuan yang lain mengambil gelas ke dapur tanpa canggung, seolah sudah sering datang ke rumah ini dan hafal letak-letak ruangan nya.

Aku menatap Mbak Rifani. bertanya lewat pandangan mata, tanpa suara. Apa yang terjadi? Apa mereka ingin mengadakan pesta miras, Mbak? Namun, Mbak Rifani hanya mengedikkan bahu dan tersenyum.

1
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!