NovelToon NovelToon
Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Menjadi Pelindung Tujuh Bidadari

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Dikelilingi wanita cantik / Harem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyeberangan Dunia Lain / Penyelamat
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.

Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.

Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.

Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terusik Jiwa Lelaki

"Kek, Kakek tadi perhatikan tidak, gambar yang ada di dada Wira?" tanya seorang Nenek.

"Gambar seperti sayap burung?" Kakek langsung tanya balik.

"Iya," jawab Nenek. "Apa mungkin, Wira itu manusia istimewa, Kek?"

"Kakek juga mikirnya begitu," jawab sang Kakek. "Mungkin Wira itu titisan seorang Dewa. Kakek merasa, gambar sayap itu merupakan simbol khusus. Apa mungkin Wira sebenarnya adalah dewa yang sedang menyamar?"

"Bisa jadi, Kek," sahut Nenek. "Bisa saja Wira itu memang titisan dewa yang sedang mendapat hukuman. Kek, bagaimana kalau kita ajak mereka tinggal di sini lebih lama?"

Kening Kakek sontak berkerut dan dia langsung menoleh kearah istrinya. "Tinggal lebih lama? Apa mereka akan mau?"

"Pasti mau lah, Kek," si Nenek menjawab dengan yakin.

"Kalau ada Wira di sini, kita tidak akan takut lagi jika ada Juragan Suloyo datang kemari. Nenek lelah, Kek. Nenek pengin bebas dari lintah darat itu. Kita tidak punya hutang, tapi disuruh bayar upeti yang mencekik."

Kakek menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu kembali menatap langit langit kamarnya. "Baiklah. Besok pagi kita coba bujuk mereka," ucap Kakek setelah tadi terdiam sejenak sebelum mengambil keputusan.

Mendengar jawaban dari suaminya, sang Nenek pun terlihat sangat senang.

###

Sementara itu, masih di kamar lain, terlihat pria yang sedang dibicarakan oleh sepasang orang tua pemilik rumah, sedang duduk di tepi ranjang. Pria itu sama sekali tidak merasakan kantuk, karena saat ini pria tersebut sedang dilanda perasaan yang sangat resah.

"Kang Wira kenapa? Kok tidak tidur?" tanya seorang wanita yang sudah terbaring di atas ranjang yang sama, di mana Wira sedang duduk di tepi ranjang tersebut.

Wanita itu dengan polosnya malah melempar sebuah pertanyaan yang membuat Wira sedikit terkejut.

"Kang," wanita itu kembali bersuara, membangkitkan desiran lembut dalam tubuh Wira.

"Eh, em, iya, aku belum ngantuk," jawab Wira gugup tanpa berani menatap langsung ke arah bidadari di belakangnya. "Kamu tidur aja dulu, nanti aku nyusul," ucapnya lagi dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.

Lagian, bagimana mungkin Wira bisa tidur jika di sebelahnya ada wanita cantik dengan pakaian yang mudah dibuka kapan saja. Bahkan benda kembar yang ada di dada bidadari itu seakan minta tolong kepada Wira agar melepaskannya dari jeratan kain.

Di saat Wira sibuk dengan pikirannya sendiri, pemuda itu dibuat terkejut kala bidadari yang bersamanya bangkit dari tidurnya dan mencondongkan tubuhnya hingga hampir saja menyentuh bahu kanan pemuda itu. Keresahan yang Wira rasakan semakin membuncah dengan jantung yang berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Apa Kang Wira, tidak senang, tidur bersamaku?" Dewi Kuning melempar tatapan penuh selidik dan pertanyaannya sukses membuat Wira terkesiap. "Kalau Kang Wira tidak suka tidur bareng sama aku, ya udah, aku akan pindah."

"Jangan!" Wira langsung mencegahnya dengan lantang sampai Dewi kuning kaget mendengarnya.

Wira bahkan langsung menatap Dewi kuning saat berkata demikian. Tapi itu hanya sementara, setelah itu, Wira kembali gugup dan salah tingkah. "Bukannnya aku tidak suka tidur dengan kamu, aku hanya belum ngantuk saja," kilahnya.

Kening Dewi kuning sontak berkerut dan menatap Wira dengan tatapan penuh selidik. "Makanya Kang Wira berbaring biar cepat ngantuk, kalau Kang Wira duduk saja, yang ada pikiran Akang malah kemana-man. Kang Wira sedang tidak berbohong kan? Sedari tadi aku perhatikan, Kang Wira sepertinya gelisah sekali."

Wira kembali terkesiap. Ternyata sikap dia sedari tadi diperhatikan oleh Dewi kuning. "Siapa yang bohong? Baiklah kalau kamu tidak percaya, aku akan berbaring."

Karena tidak mau berdebat, Wira memilih mengalah daripada terus dicurigai.

Jika boleh jujur, sebenarnya Wira sangat senang, tapi Wira tidak mau para bidadari menganggap Wira sebagai pria nakal. Jadi dia bersikap seperti itu, karena berusaha menahan diri.

Mendengar keputusan Wira, senyum Dewi Kuning seketika terkembang. Dia lalu kembali berbaring di tempatnya seperti semula. Tak lama kemudian Wira langsung menyusulnya dengan gerakan agak pelan sedikit. Begitu tubuh Wira sudah terbaring, Dewi menggelengkan kepalanya secara pelan. "Dih, aku dikasih punggung," protesnya.

Lagi lagi Wira dibuat tertegun. Dia memang sengaja mengambil posisi miring dan memunggungi Dewi kuning agar dia bisa menyembunyikan bagian tubuh yang sudah menegang dengan sempurna. Wira takut kain yang dia kenakan tersingkap ke atas dan bidadari menyaksikan miliknya yang sedang mengeras.

"Sudah, lekas tidur! Apa kamu tidak ngantuk? Aku sudah berbaring ini loh," ucap Wira dengan posisi tubuh yang masih sama.

Dewi Kuning lantas tersenyum tipis. "Belum ngantuk, Kang," jawabnya, lalu wanita itu mengalihkan pandangannya ke atas langit langit kamar yang terbuat dari anyaman bambu hitam. "Kang, apa Kang Wira itu titisan dewa?"

Kening Wira kembali berkerut. "Titisan dewa? Apa maksudnya?" tanyanya dengan posisi masih memunggungi Dewi Kuning.

"Di dada kang Wira, ada gambar sayap yang sangat bagus," ucap Dewi kuning. Saat itu juga Wira langsung menatap dadanya. "Terus, Kang Wira juga bisa menaklukan Singa dengan mudah. Kalau Kang Wira hanya manusia biasa, aku rasa itu tidak mungkin."

"Aku tidak tahu," hanya itu yang bisa Wira katakan. Dia sendiri juga tidak mungkin jujur kalau dia hanya manusia biasa. Para bidadari bahkan tidak percaya kalau Wira berasal dari dunia lain. Maka itu Wira menjawab seadanya saja yang terlintas dalam pikirannya.

"Sudah, mending sekarang kamu tidur."

Dewi kuning menoleh dan menatap lekat punggung Wira lalu mengembangkan senyum tipisnya. Tanpa membalas ucapan Wira, Dewi Kuning langsung mencoba memejamkan matanya.

Beberapa saat kemudian, begitu merasakan keadaan sunyi, Wira yang sedari tadi terbaring miring, secara perlahan menggerakan tubuhnya dengan mata yang mulai memandang ke arah bidadari yang sudah terpejam matanya. Wira terlihat lega, begitu memperhatikan Dewi Kuning sudah terlelap.

Karena jiwa liarnya masih membara, mata Wira langsung memandang ke arah benda kembar yang nampak kulit halusnya sebagian.

Wira seakan kesusahan menelan salivanya saat matanya menatap lekat benda kembar yang tidak tertutup baju dan seakan tertekan. Benda kembar yang ada di dada Dewi Kuning seakan meminta Wira untuk menyentuhnya

"Aku boleh mengusap dada kamu tidak?" ucap Wira lirih nyaris tidak terdengar. "Boleh? Makasih," padahal Dewi Kuning tidak bereaksi apa apa, tapi Wira dengan segala rasa penasarannya, memberanikan diri untuk menyentuhnya.

Perlahan tangan Wira bergerak maju, menyentuh bagian benda kembar yang tidak tertutup kain. "Astaga! Mulus dan kenyal banget! Masih keras ini."

Bukan hanya dada aja yang Wira tuju. Setelah puas mengusap bagian kenyal milik bidadari Pemuda itu juga menyingkap belahan baju yang di pakai Dewi kuning.

Mata Wira berbinar kala di depan matanya terpampang area pribadi wanita yang selama ini hanya bisa dia khayalkan.

"Tembem banget punya kamu. Bulunya menggemaskan," gumam Wira, sembari mengusap lembut celah impiannya.

"Seandainya aku menyodok lubangmu, kamu bakalan marah nggak ya?" gumam Wira sambil menatap bidadari yang sudah terlelap.

1
Yuliana Purnomo
pinter pinter mbujuk nya,,Wira buat dua mau lepas perawan sm kamu
Yuliana Purnomo
Waaah bahaya mengintai para bidadari niih
Okto Mulya D.
Wira, edan n sinting yaaa...menang banyak! bikin ngiri readers cowok lainnya aja.
Okto Mulya D.
Leo: tentu saja aku lapar Wira! bagaimana kau ini, tapi katanya jangan memangsa manusia?! aku jadi bingung 😕😕
Okto Mulya D.
Wira, mupeng setelah sampai rumah, isi kepalanya sudah penuh dengan belah duren runtuh.... berikutnya.
Okto Mulya D.
goal..Wira berhasil mencetaknya..
Aqlul /aqlan
hhhh modus...
Yuliana Purnomo
menang banyak niihh Wira
Yuliana Purnomo
Hajar gerombolan tengkorak iblis,, Leo,,lumayan untuk santapan mu
®agiel
hmmmmm baru satu bidadari ya Thor...
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...

dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..

Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
Hendra Yana
rejeki nomplok kang wira
Aqlul /aqlan
jooosss lanjut...
Aqlul /aqlan
kok cuma stu bab
..hemmm
Aqlul /aqlan
hari ini kok nggak up thorrr...ditunggu
®agiel
waaadduuuhhhh...Thooorr...
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭
Okto Mulya D.
Wira bisa aja ngerayunya.. menang banyak dehhh kamu.
Okto Mulya D.
Dewi ungu bisa aja nih
Was pray
wira terasa seperti mendapat bintang jatuh saat dewi ungu bilang boleh senjata warisan leluhur masuk sarang.. 😆😆😆
Okto Mulya D.
waduh Wira.. lagi usaha .
Okto Mulya D.
Raja Wiwaha kelihatan nya baik..saingan donk sama Wira..dan ternyata Wira itu bukan anak kandung emak² itu yaa .koq beda sama saudara nya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!