Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat Wajahmu, Membuatku Marah!
Saat makan malam bersama, semua orang terlihat tenang dan bahagia karena bisa berkumpul keluarga seperti ini setiap satu bulan sekali. Meski banyak kesibukan, tapi semuanya selalu menyempatkan waktu untuk acara ini, karena ini adalah hal yang dilakukan untuk tetap menjaga kekeluargaan mereka meski sudah sibuk dengan urusan dan keluarga masing-masing.
"Chris sudah akan mempunyai dua anak, Airin semoga kamu akan segera menyusul ya. Biar kalo nanti kesini akan ramai dengan anak kecil" ucap Kakek.
Airin tersenyum pada Kakek dengan tangan memegang sendok erat. "I-iya Kek, doakan saja yang terbaik"
Setelah makan malam selesai, mereka semua langsung kembali ke rumah masing-masing. Airin dan Lion baru saja sampai di Apartemen. Airin langsung melepas sepatu hak tinggi yang dia pakai, kakinya terasa pegal karena dia tidak terbiasa menggunakan sepatu seperti ini. Meski bekerja di Kantor, tapi Airin lebih menyukai menggunakan flatshoes saja. Lebih nyaman, tapi tetap elegan.
Airin menjatuhkan tubuhnya di sofa, menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dengan menatap langit-langit kamar. Ada perasaan lelah setelah bertemu keluarga suaminya. Pembicaraan dengan Mama, ucapan Kakek yang ingin segera dirinya hamil. Semua itu menjadi sebuah beban berat bagi Airin.
Lion duduk disamping istrinya, tangannya mengelus kepala Airin dan sedikit memainkan rambut panjangnya dengan jemarinya. Menyalipkan rambut ke belakang telinganya.
"Besok aku antar ke salon ya, kita potong rambut"
Airin masih memejamkan mata, menahan sesak di dada. Suaminya benar-benar ingin merubahnya menjadi seorang Verina, bukan lagi Airin yang sebenarnya. Namun, ini sudah menjadi pilihannya, Airin yang harus menjadikan dirinya istri bayangan dari masa lalu suaminya.
"Benarkah kau akan melihatku sebagai Airin setelah aku potong rambut?" tanya Airin tanpa menoleh pada Lion, dia tetap dengan posisinya dan menatap langit-langit kamar.
"Ya, aku akan berusaha jika aku bisa"
Ada sebuah harapan kecil bagi Airin saat mendengar ucapan Lion itu. Meski dia juga tidak yakin itu akan terjadi dalam sebenarnya. Tapi, setidaknya ada secercah harapan kecil baginya.
Airin menoleh dan tersenyum tipis pada suaminya, Lion masih memainkan rambutnya. "Cintai aku seperti dia ya? Bisakah?"
Mata Airin berkaca-kaca saat mengatakan itu. Dadanya begitu sesak, bahkan dia sendiri takut akan jawaban Lion yang mungkin akan membuatnya semakin terluka. Tapi Airin tetap mempunyai harapan besar itu.
Dan pada kenyataannya, Lion tidak mampu menjawab ucapan Airin barusan. Dia malah langsung berdiri dan pergi dari sana. Airin hanya menghela nafas dengan menatap suaminya yang pergi menuju kamar mereka.
Airin tersenyum miris akan dirinya sendiri, dia mengusap air mata yang meluncur begitu saja di pipinya. "Semuanya hanya harapan yang tidak mungkin terjadi. Kamu terlalu berharap lebih padanya, Rin. Karena ternyata dia tidak akan pernah melihatmu sebagai Airin istrinya, tapi dia akan melihatmu sebagai Airin yang berada dalam bayangan Verina"
Airin menunduk dengan tangisan yang pecah. Kedua tangan menutup wajahnya. Bahu yang bergetar hebat karena rasa sakit yang dia luapkan pada sebuah tangisan.
*
Hari dimana aku menikahinya, memang aku hanya ingin dia menjadi Vei. Aku melihat wajahnya yang begitu mirip dengan Vei, dan aku ingin dia menggantikan Vei.
Lion berdiri di depan sofa, melihat Airin yang malah tertidur disana. Menunggunya masuk ke dalam kamar, tapi tidak kunjung juga Airin muncul, dan ternyata dia malah tidur di sofa di ruang tengah tanpa selimut dan berganti pakaian.
Melihat wajahnya yang teduh, masih mengingatkan Lion pada Vei. Dia berjongkok di depan Airin, melihat tahi lalat yang berada di sudut matanya itu, hal yang membedakan dia dengan Vei.
"Kenapa kau harus begitu mirip dengannya? Melihatmu hanya membuat aku semakin teringat padanya, tentang apa yang pernah aku lakukan dengannya, dan apa yang telah dia lakukan padaku"
Lion sebenarnya sudah lelah dengan semua ini. Bayangan Vei yang meninggalkannya, sudah cukup membuatnya terluka. Tapi, ketika melihat Airin maka ingatannya tentang Vei terus kembali. Dan itu yang membuat Lion benci kehadiran Airin disini.
"Melihat wajahmu hanya membuatku marah dan benci"
Lion berdiri dan kembali ke dalam kamarnya, tidak berniat membawa Airin masuk ke dalam kamar atau apapun. Tepat ketika pintu kamar tertutup, kedua bola mata itu terbuka. Airin menatap ke arah pintu kamar yang sudah tertutup. Dia mendengar semua ucapan suaminya, dan itu membuat dadanya semakin sesak.
"Ternyata kita bersama dalam pernikahan ini sudah beberapa bulan ini, ternyata sama sekali tidak membuatnya sedikit saja membuatnya melirik ku"
Airin bangun, mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dan di tekuk. Dia memeluk lututnya sendiri dengan tatapan kosong. Seolah tidak ada lagi sebuah harapan dalam dirinya sekarang.
Saat dunianya terasa sangat sepi sekarang, suara dering ponsel terdengar membuat Airin tersadar dari segala lamunan dan pikirannya. Dia segera mengambil ponsel dari atas meja, dan mengangkat telepon itu.
"Hallo Kak?"
"Airin, aku sudah menemukan dimana keberadaan Vei"
*
Lion terbangun pagi ini dan sudah tidak menemukan Airin. Di ruang tengah atau di dapur, tidak keberadaan istrinya. Padahal ini adalah akhir pekan dan seharusnya dia tidak bekerja.
"Kemana dia? Tumben sekali pagi-pagi sudah tidaka ada di hari libur ini"
Lion duduk diam di atas sofa, mengusap wajahnya yang masih mengantuk. Semalam dia kesulitan tidur, merasa ada yang berbeda saat istrinya tidak berada disampingnya. Selama beberapa bulan ini, dia sudah terbiasa dengan Airin yang tidur disampingnya. Dan tadi malah dia merasa ada yang berbeda karena Airin tidak berada disampingnya.
"Ah, aku sudah gila. Kenapa juga aku memikirkan dia semalam? Mau dia tidur dimana pun, itu urusannya"
Lion melihat ke arah jam dinding, dia hanya duduk diam di sofa ruang tengah selama hampir setengah jam. Tapi Airin juga belum kembali, padahal dia sudah berjanji akan pergi ke salon untuk memotong rambutnya.
Akhirnya Lion memilih untuk meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Airin. Tapi baru saja akan menekan telepon, tapi dia mengurungkannya. Selama ini mereka tidak pernah sengaja saling menelepon hanya untuk menanyakan keberadaan masing-masing. Jadi, ini akan terasa aneh.
"Baiklah, aku kirim pesan saja dan katakan jika aku pergi duluan. Dia akan mengikuti aku"
Lion mengirim pesan sekaligus lokasi pada Airin agar dia mengikutinya ke Mal disana. Lalu dia segera bersiap dan pergi, Lion juga belum sarapan apapun, jadi dia akan sekalian makan siang disana.
Ketika sampai di Mal, Lion merasa bosan karena hanya pergi seorang diri. Menunggu Airin membalas pesannya, tapi bahkan gadis itu belum membuka pesannya.
"Sial, dia pergi kemana sebenarnya"
Saat Lion terus berjalan tanpa arah tujuan di Mal besar ini, sudut matanya tidak sengaja melihat seorang perempuan yang sangat dia kenali sedang bersama seorang pria. Mereka berjalan berdua dan terlihat berbicara dengan akrab.
"Sial!" Lion berjalan cepat ke arah mereka, dan langsung menarik tangan Airin dengan erat. Menariknya menjauh dari pria itu. "Jadi ini yang kau lakukan di belakangku?"
Airin begitu terkejut dengan kehadiran Lion disini dengan tiba-tiba. Tatapan nyalang dari suaminya, membuat Airin sangat ketakutan. "Lion, dengarkan aku dulu ... ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia adalah..."
"Apa yang kau lakukan dengan istriku! Dia adalah istriku!"
Bugh... Lion langsung memukul wajah pria itu dengan penuh amarah. Membuat mereka langsung menjadi pusat perhatian, semua orang mengeluarkan ponsel dan memotret kejadian ini.
Pria yang tersungkur itu, memegang sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. "Kamu salah paham. Aku tidak ada hubungan apapun dengannya, aku saja baru bertemu dengannya hari ini. Dia hanya mencari tahu tentang..."
"Ayo kita pergi dari sini, banyak orang yang melihat" Airin langsung menarik tangan suaminya dari tempat ramai ini. Semua orang sudah memperhatikannya dan beberapa dari mereka merekam kejadian ini.
Bersambung
Ya ampun, bisa bisanya gue lupa belum up. Telat deh.. maafkan ya gengs.. biasalah, kebanyakan ngehaluin Ayang yang jauh disana, jadi kelupaan up. Wkwk..
verina sudah sembuh yg di cari briyan,,mungkin selama ini si bryan yg slalu membantu dan slalu berada di samping verina sehingga nyaman bersama bryan....Airin dan verina sehat sehat berdua...semoga secepatnya di ketahui oleh ayah dan ibunya bahwa mereka saudara kembar...
is ok lah demi cinta habis itu pergi jauhhhhh SE jauh jauhnya ya Airin cari kehidupan baru move on