Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Anakku
"Apa saya boleh bicara empat mata sama kamu?" tanya Gio.
Suasana begitu menegangkan, Kinanti takut kalau Gio akan mengatakan kalau kembar adalah anaknya. Ingin rasanya dia berlari membawa kembar saat ini juga. Sayangnya Satria harus terikat dalam kontrak pekerjaan, membuat Kinanti tak semudah itu memutuskan kontrak.
"Sayang, Om izin mau bicara berdua dulu ya sama Bunda. Ada hal penting yang ingin Om bicarakan ke Bunda," ucap Gio lembut sambil mengelus rambut Bunga penuh kelembutan.
"Iya, Om." sahut Bunga dengan ekspresi yang begitu manis. Seakan mengerti apa yang akan Gio lakukan kepada ibunya.
Sikap itu justru membuat Kinanti melongo, mengapa Bunga tak sedikitpun protes atau berulah tak mau di tinggal. Padahal Kinanti berharap sang anak merengek agar dirinya tak pergi meninggalkannya. Sayangnya, semua diluar dugaannya. Bunga justru berpihak dengan Gio. Mau tak mau Kinanti menuruti permintaan Gio.
"Er, tolong titip kembar dulu," ucap Gio kepada sang asisten.
Gio keluar lebih dulu dari ruangannya menuju ruang meeting, dan Kinanti berjalan mengekor di belakangnya. Kini keduanya sudah berada di dalam ruangan itu. Suasana begitu mencekam bagi Kinanti, jantungnya berdegup sangat kencang. Wajahnya terlihat panik, meskipun sejak tadi dia berusaha untuk bersikap rileks.
"Sebenarnya, apa yang ingin Anda katakan kepada saya?" tanya Kinanti tegas.
"Em, apa saya boleh menanyakan tentang kehidupan kembar?" tanya Gio balik.
"Mohon maaf Tuan, saya tak bisa menjawab pertanyaan Anda di luar pekerjaan," sahut Kinanti ketus.
"Oh, ya? Jika memang seperti itu, berarti aku harus melakukannya dengan sedikit memaksa," ucap Gio menyeringai licik.
Gio menarik tangan Kinanti dan membawanya hingga terbentur tempo. Kemudian Gio menguncinya. Wajah mereka begitu dekat, membuat hembusan napas keduanya begitu terasa. Netra mereka saling bertemu.
"Saya tidak akan melepaskan kamu, sebelum kamu menjawab pertanyaan saya!" ancam Gio.
"Sepertinya kamu wanita yang keras kepala, yang membutuhkan sedikit kekerasan untuk bisa bicara dengan kamu," ucap Gio lagi.
"Apa yang ingin Anda katakan tentang kembar?" tanya Kinanti. Gio tersenyum begitu manis, ternyata bicara dengan wanita di hadapannya harus dengan sedikit ancaman.
Gio menanyakan siapa ayah dari kembar. Kinanti memilih berbohong. Kinanti mengatakan kalau ayah kembar pergi meninggalkan dirinya, saat dia hamil kembar. Ayahnya kembar lebih memilih menikah dengan wanita lain yang lebih kaya.
"Kau sedang tidak berbohong 'kan?" tanya Gio memastikan, sambil menatap lekat wajah Kinanti.
"Tentu saja, mengapa saya harus berbohong. Saya rasa semua sudah jelas, saya harap Anda melepaskan saya sekarang," ucap Kinanti ketus.
Namun, bukannya melepaskan. Gio justru menyentuh wajah Kinanti. Jemarinya menyelusuri wajah dan leher Kinanti. Membuat tubuh Kinanti berdesir hebat.
Perlahan Gio mendekatkan bibirnya, kemudian menempelkan bibirnya di bibir Kinanti. Gio mencium bibir Kinanti dengan penuh kelembutan. Gio merasakan hal yang berbeda. Dia teringat bibir itu, bibir yang dia rasakan enam tahun lalu. Ternyata, meskipun Kinanti bicara menolak Gio, tetapi tidak dengan ciuman ini. Nyatanya dia justru terhanyut dengan ciuman Gio.
Posisi mereka begitu intim, tangan Gio yang satu melingkar di pinggang ramping Kinanti dan yang satunya menarik sedikit tengkuk Kinanti untuk memperdalam ciuman mereka. Lidah mereka saling membelit satu sama lain. Gio menghentikan ciumannya, dia tak ingin mereka kehabisan napas. Kemudian Gio meraih tangan Kinanti.
"Enam tahun yang lalu, aku pernah membuat sebuah kesalahan kepada seorang wanita. Saat itu aku sedang mabuk, hingga aku tak sadar merenggut paksa kehormatan seorang wanita. Terlebih saat itu aku sedang dalam pengaruh obat perangsang, karena jebakan sahabat aku. Hingga akhirnya aku tak mampu menahan hasrat kelelakian aku, terlebih wanita itu begitu menggoda. Tubuhnya begitu indah, dan bahkan tubuh itu membuat milikku tak bisa berereksi dengan wanita lain. Namun, hari ini. Milikku kembali menegang, karena dia telah menemukan belahan jiwanya. Aku yakin kalau wanita itu adalah kamu, dan kembar adalah anakku," ungkap Gio dengan gentle.
"Maaf Tuan, Anda salah alamat! Kembar adalah anakku, bukan anak Anda. Saya yang berjuang sekuat tenaga mempertahankan mereka untuk tetap hidup, di saat laki-laki breng*sek itu hanya meninggalkan benih di rahim saya, tetapi dia meninggalkan saya tanpa perasaan. Saya rasa, pembicaraan kita sudah selesai," sahut Kinanti ketus. Sejak tadi Kinanti berusaha menahan air matanya untuk menetes. Dia tak ingin terlihat lemah di hadapan Gio.
Perasaannya dia saat itu bercampuk aduk. Ada perasaan senang di hatinya. Karena akhirnya dia bisa menemukan siapa ayah biologis kembar. Selama ini dia selalu berdoa untuk dapat bertemu laki-laki yang meninggalkan benih di rahimnya, dan hari ini Tuhan menunjukkannya.
"Peganglah! Aku tak bohong! Dialah yang membuat Kembar hadir di dunia, kau tak bisa mengelak," ucap Gio yang mengarahkan tangan Kinanti untuk menyentuh miliknya yang menegang. Membuat wajah Kinanti memerah. Sedangkan Gio justru tersenyum.
Gio langsung membawa Kinanti dalam pelukannya, mendekap hangat tubuh wanita yang membuat hidupnya berubah. Yang akan membuat statusnya berubah. Karena Gio berniat menikahi Kinanti.
"Maafkan aku, maafkan semua kesalahan yang aku perbuat dulu kepada kamu. Aku menyesal. Maaf, dulu aku panik saat mengetahui kalau aku telah melakukan one night dengan seorang wanita. Terlebih saat aku melihat noda merah di ranjang yang kita tiduri. Aku janji akan mengganti semua yang aku lewati selama ini. Kamu boleh melakukan apapun untuk menghukum aku, asalkan kamu mau memaafkan aku dan menerima aku sebagai ayah kandung Satria dan Bunga. Aku ingin menikah dengan kamu. Aku mohon, jangan egois! Pikirkan anak-anak kita! Mereka butuh orang tua yang lengkap," ungkap Gio. Terlihat sekali penyesalan di wajahnya.
Gio bersyukur karena akhirnya dia masih diberikan kesempatan untuk bisa bertemu dengan wanita yang dia renggut kehormatannya dulu.
"Kau tahu tidak, kalau kamu adalah wanita satu-satunya dalam hidup aku. Sampai-sampai Mama aku mencurigai aku, jeruk makan jeruk. Dia menuduh aku, aku seorang gay karena selama ini aku tak pernah sekalipun menjalin hubungan dengan wanita manapun selain kamu. Mama aku sampai menjodohkan aku dengan anak teman sosialitanya, tetapi lagi-lagi aku menolak," jelas Gio.
Kinanti terlihat menyimak ucapan demi ucapan yang Gio utarakan. Namun, rasanya tak semudah itu dia memafkan apa yang Gio lakukan kepadanya. Gio sempat membuat dia menderita, harus kehilangan ayahnya dan hidup sendiri di daerah orang. Berjuang dan membanting tulang, demi mempertahankan kembar, dan sekarang dengan enaknya Gio mengakui kalau dialah ayah dari kembar.
Gio berlutut di kaki Kinanti, sambil menggengam tangan Kinanti.
"Aku tahu, kesalahan aku sangat berat. Namun aku mohon, maafkan aku demi anak kita," ungkap Gio.
"Dia anakku."