Karena terjerat banyak hutang dan kebutuhan yang terus meningkat, Yoko, terpaksa meninggalkan istri tercinta, pergi merantau ke negeri orang.
Satu tahun pertama bekerja, Yoko menjalani pekerjaan tanpa hambatan apapun dan dia bisa menjaga hatinya untuk sang istri tercinta.
Namun, sebuah kejadian mengerikan yang dia alami, membuat Yoko harus terjebak di rumah mewah, yang dihuni janda-janda cantik dan mempesona. Bahkan, Yoko pun diperlakukan sangat istimewa oleh mereka.
Mampukah Yoko bertahan dengan setianya? Atau justru hatinya akan goyah dan dia terjatuh dalam pelukan janda-janda yang mengistimewakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Dua Pria
"Jadi, kamu yang menyelamatkan anak-anakku?" tanya seorang pria kepada pria lain saat kedua pria itu duduk bersama di lobby sebuah hotel.
Salah satu pria yang biasa dipanggil Yoko mengangguk. "Iya, Tuan," jawabnya ramah karena dia tahu pria tampan dari negara Prancis itu adalah ayah dari anak majikannya.
Kedua pria itu berbincang menggunakan bahasa pemersatu dunia dan untungnya, Yoko juga menguasai bahasa itu. Jadi, dia tidak menemukan kesulitan saat diajak berbincang, sambil menunggu anak-anak yang sedang berenang.
"Terima kasih," jawab pria yang katanya biasa dipanggil dengan nama Martin. "Aku nggak nyangka, kalau anakku akan mengalami hal buruk seperti itu. Sebagai ayahnya, aku benar-benar telah gagal menjaga mereka."
Yoko tersenyum canggung sembari menatap pria yang diliputi rasa sesal pada raut wajahnya. "Tidak ada yang namanya Ayah yang gagal, Tuan," Yoko mencoba menghiburnya. "Kejadian itu terjadi diluar dugaan kita dan kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari."
Martin lantas tersenyum. "Tapi setidaknya, sebagai ayah mereka, aku harus berjaga-jaga kan? Minimal ada antisipasi," ucapnya. "Sebenarnya aku udah bilang sama Sansan, agar si kembar mendapat pengawalan khusus. Tapi dia menolaknya karena merasa tidak nyaman."
Yoko tersenyum tanpa ada niat menanggapi ucapan pria di hadapannya. Dia bingung mau ngomong apa karena dia merasa bukan kapasitasnya memberi tanggapan.
"Tapi, karena sekarang di rumah sudah ada kamu dan anak-anak juga nyaman sama kamu, aku sudah cukup tenang," ucap Martin. "Apa kamu tahu, alasan anak anak diculik? Aku dengar, penculiknya tidak minta uang tebusan?"
"Setahu saya, orang yang menculik anak anak, suka sama Nona-nona yang ada di rumah, Tuan," jawab Yoko. "Tapi karena perasaannya ditolak, jadi orang itu tidak terima dan merencanakan penculikan itu."
"Astaga!" Martin nampak kaget. "Jadi beneran, penculikan itu bukan karena duit? Pantes, waktu Sansan ngasih kabar, katanya penculiknya tidak minta uang tebusan. Ternyata karena masalah sakit hati? Hahaha... kok lucu ya?"
Yoko sontak ikut tertawa dengan suara yang cukup lirih.
"Menurutku, ya nggak salah juga sih, kalau para pria yang melihat Sansan dan kedua temannya pada jatuh hati sama mereka. Selain cantik, mereka itu mandiri dan banyak uang," ucap Martin lagi. "Sebagai laki-laki, apa kamu juga menyukai mereka?"
Yoko seketika agak terperanjat. Namun dia segera merubah raut kagetnya dengan menunjukan senyum tipis dan dia mengangguk samar.
Hahaha.. udah aku duga," tawa Martin makin menggelegar. "Tapi, kamu tidak ada niat jahat demi menyalurkan rasa suka kamu kan?"
Yoko langsung menggeleng. "Mana mungkin saya berani, Tuan," jawabnya. "Saya tahu batasannya dan saya juga sudah punya istri. Di sini, saya hanya ingin bekerja, Tuan."
"Yayaya, aku percaya sama kamu," ucap Martin. "Saya hanya berharap, kamu tidak memiliki niat jahat. Biar bagaimanapun, Sansan masih menjadi sosok penting bagi saya."
Lagi-lagi Yoko dibuat tertegun. "Apa anda masih mencintainya?"
Martin membalas tatapan Yoko dan pria itu tersenyum. "Yah, begitulah. Sebagai pria yang pernah berbuat salah, aku juga ingin mendapatkan yang namanya kesempatan kedua. Apa lagi di antara kita, ada anak-anak. Nggak salah kan, kalau aku ingin kembali bersama Sansan?"
Yoko mengangguk dengan senyum tipis menghiasi bibirnya, meski dia merasa ada yang aneh dengan perasaanya. Mendengar ucapan pria kaya di sebelahnya, membuat Yoko berpikir mengenai perasaannya sendiri terhadap para majikannya, setelah apa yang dia lakukan kepada para majikan cantik itu.
Di saat bersamaan, kedua pria itu melihat orang yang tengah mereka tunggu, muncul dan mendekat ke arah mereka.
"Sudah selesai main airnya?" tanya Martin pada kedua anak kembarnya yang sedari tadi merengek minta berenang di kolam renang yang tersedia di hotel tersebut.
"Sudah, Dad," jawab anak anak antusias.
"Kalian sudah senang kan?" Anak anak mengangguk antusias.
"Ya udah, Yok, sekarang kita pulang?" Ajak Sansan.
"Daddy nggak ikut pulang?" Pertanyaan itu meluncur dari mulut Noel. Sebuah pertanyaan sederhana tapi cukup menggetarkan kedua orang dewasa yang pernah menjadi sepasang suami istri.
Meskipun anak anak sudah sering diberi pengertian, tapi mereka tetap anak-anak yang polos dan belum sepenuhnya mengerti tentang perpisahan yang terjadi pada orang tua mereka.
"Untuk saat ini belum bisa, Sayang," balas Martin sambil mengusap rambut kedua anaknya.
"Daddy selalu saja jawabnya begitu," seketika raut kecewa tergambar jelas pada wajah anak yang tadi bertanya, membuat suasana di sana menjadi canggung.
"Maaf, Sayang," cuma itu yang bisa dikatakan Martin. "Sekarang, kalian pulang dulu sama Paman Yoko. Nanti lain kali, Daddy akan ngajak kalian main lagi, oke."
Kedua anak itu mengangguk lsmah dan mengajak Yoko untuk pergi dari sana.
"Sansan, tunggu sebentar," Martin segera mencegah Sansan saat wanita itu hendak menyusul anak-anaknya.
"Ada apa?" tanya Sansan nampak biasa saja.
"Apa keputusanmu masih sama? Kamu sama sekali tidak ingin memberiku kesempatan?"
Sansan tertegun beberapa saat dan wanita itu langsung menghela nafas dalam-dalam. "Sepertinya kamu sudah tahu jawabannya."
"Tolonglah, San," Martin langsung memohon. "Ini demi anak-anak. Apa kamu nggak kasihan sama mereka? Mereka juga membutuhkan kehadiranku setiap saat."
Sansan langsung tersenyum sinis. "Dari sejak lahir, mereka juga sudah membutuhkanmu. Tapi, apa kamu lupa, seberapa lama kamu mengabaikan mereka demi menemani dan menyenangkan seseorang yang sangat istimewa bagi kamu."
"San,"
"Sudahlah," Sansan langsung memotong ucapan Martin. "Kamu jangan meminta aku untuk berkorban demi menyenangkan anak-anak. Kalau kamu mau menuduhku egois, silahkan. Setidaknya, kamu tahu, siapa yang mengajariku menjadi wanita egois."
Sansan pun segera melangkah, meninggalkan mantan suaminya yang terus menatapnya tanpa bisa memberi bantahan. Pria yang tadi sempat berdiri sejenak saat mengungkapkan isi harapannya, kembali terduduk lemas dengan perasaan yang cukup berkecamuk.
"Apa aku harus menggunakan cara tak biasa agar kita hidup bersama lagi, San?" Gumamnya.
####
Sedangkan di belahan bumi yang lain, setelah pembicaraannya dengan Yudi, saat ini Marni kembali duduk terpaku dengan pikiran yang semakin kalut.
Sungguh, Marni tidak menyangka akan dihadapkan pada jalan hidup yang menurutnya jauh dari impian. Fakta tentang pria selingkuhannya, cukup membuat Marni syok dan hampir tidak mempercayainya.
"Permisi!"
Suara yang menggelegar disertai ketukan pintu yang cukup keras, seketika membuyarkan semua yang sedang Marni pikirkan. Wanita itu terusik dengan suara seseorang yang kurang familiar di telinganya.
"Siapa?" tanya Marni dengan nada keras tanpa bangkit dari duduknya.
"Aku, Broto." Jawab seseorang dengan nada yang cukup keras. "Keluar kamu, Marni, cepat!"
Mendengar orang itu menyebut namanya, Marni seketika terperanjat dan wajahnya langsung panik.
"Broto? Aduh, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" Gumamnya.
Update 10 Bab gitu...
lanjut thor 🙏
Astaga nona...maksudnya donat kan berlubang, emang enak bangeeeettttttt....
🍩🍩🍩🍩🍩
semongkoooo.......
💃💃💃👉💦👌
lanjut thor 🙏