Tak kusangka cinta berselimut dilema bisa datang padaku!
Rena Arista seorang dosen muda yang berusaha meraih mimpinya untuk bisa menikah dengan tunangannya yang sangat dicintainya.
Pada saat bersamaan datang seorang pria yang usianya lebih muda dan berstatus sebagai mahasiswanya, memberikan cintanya yang tulus. Dengan perhatian yang diberikan pria itu justru membuat Rena meragu atas cintanya pada tunangannya.
Sebuah kisah cinta segitiga yang penuh warna. Bagai rollercoaster yang memicu adrenalin menghadirkan kesenangan dan ketakutan sekaligus.
Akankah Rena mampu mempertahankan cintanya dan menikah dengan tunangannya?
Ataukah dia akan terjebak pada cinta baru yang mengguncang hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eren Naa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Rena di Tokyo (Part 1)
Rena menghempaskan tubuhnya ditempat tidurnya. Yang diinginkannya saat ini hanya tidur. Rasa lelah selama 3 hari ini, mengurus persiapan kepergiannya seakan menyerang pertahanannya saat ini.Baru saja sekian detik matanya terpejam, pintu kamarnya diketuk dan terdengar seseorang masuk. Rena membalikkan badannya mengintip dari balik matanya yang begitu berat terbuka.
"Barang-barangmu sudah siap semua, Sayang?" Ibunya duduk di samping tempat tidurnya sambil membelai rambut panjang Rena.
"Hmm." Rena menjawabnya malas dan kembali memejamkan matanya. Ibunya tersenyum dan kemudian berkata lagi "Istirahatlah!" Dia mencium kening putri kesayangannya itu. Kemudian keluar dari kamar Rena.
Semenjak kepergian Abang Rena, Delon, Rena menjadi anak satu-satunya di keluarga itu. Kehilangan abangnya membuat Rena trauma dekat dengan laki-laki manapun. Bahkan Andre sebagai sahabat baik abangnya, dihindarinya sampai beberapa tahun lamanya. Bukan karena Rena membencinya tapi karena ia takut kehilangan lagi. Sampai ketika Aldy hadir di kehidupan Rena. Membuat gadis itu mau membuka hatinya menerima uluran tangan orang lain.
*******
Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Seorang gadis berhijab dengan penampilan smart casual melangkah mendekati sepasang orang tua yang menunggunya di luar area check in.
"Hati-hati ya, Sayang! Segera hubungi kami setelah kamu sampai di sana!" pesan Ibunya lagi dengan mata berkaca-kaca. Entah sudah berapa kali ibunya berkata seperti itu. Nampak kekhawatiran disorot matanya.
"Iya Bu." Rena mencium tangan Ibu dan Ayahnya, dan memeluk mereka.
Rena kemudian masuk ke ruang tunggu sambil melambaikan tangannya. Masih ada satu jam sebelum jadwal penerbangannya dan dia sama sekali belum memberitahukan perihal keberangkatannya pada tunangannya. Bukan karena ingin memberi kejutan pada kekasihnya itu tapi lebih kepada keingintahuannya tentang perubahan sikap Aldy selama ini. Pun jika itu menjadi kejutan yang indah buat Aldy anggap saja itu adalah bonus dari kesabarannya selama ini.
Panggilan untuk masuk ke dalam pesawat mengalihkan perhatian Rena. Dia mengetik sebuah pesan untuk Amanda dan mengirimnya. Kemudian ia beranjak mengikuti penumpang lain yang lebih dahulu masuk menyusuri garbarata yang menghubungkan antara ruang tunggu penumpang dan pintu pesawat. Setelah Rena berada dalam pesawat sesaat setelahnya pesawat pun tinggal landas dan memulai perjalanannya yang cukup panjang.
Selang 3 jam perjalanan, penumpang wanita yang berada di samping Rena mengeluh sakit kepala dan mual. Dengan sigap Rena memanggil pramugari untuk memberikan bantuan. Setelah dari toilet, dibantu oleh pramugari, wanita itu kembali duduk di tempatnya.
"Saya punya ini, mungkin ini bisa mengurangi rasa mual anda." katanya dengan menggunakan bahasa Inggris sambil memberikan beberapa permen jahe yang biasa dibawanya kemana-mana. Wanita seusia Rena yang berparas oriental dan berkulit cerah itu menerima permen pemberian Rena.
"Terima kasih!" katanya dengan bahasa Inggris yang fasih sambil menundukkan kepalanya khas orang Jepang. Dia kemudian memakan permen itu.
"Wow ini enak sekali, badanku langsung terasa hangat!" Katanya excited dengan mata yang berbinar. Sepertinya ia mulai merasa baikan.
"Itu permen jahe, biasa untuk mengatasi mual!" kata Rena menjelaskan. Dia mengangguk sambil tersenyum dan terus mengunyah permen jahe yang kenyal itu.
"Apa kamu menetap di Jepang?" tanya wanita itu ramah.
"Tidak, aku hanya jalan-jalan saja!" jawab Rena juga dengan ramah.
"Kamu bisa menghubungi aku jika kamu memerlukan teman!" Dia memberi kartu namanya.
"Aku Rena!" Rena memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya.
"Kaori, senang kenal denganmu!" Dia menerima uluran tangan Rena.
"Apa kamu warga negara Jepang?" tanya Rena lagi.
"Ya, aku berasal dari Chiba dan sekarang bekerja di Tokyo."
Mereka pun melanjutkan cerita mereka sampai akhirnya mereka lelah dan tertidur. Selama penerbangan ini, lebih banyak Rena habiskan untuk tidur. Mungkin karena ia masih terlalu lelah, atau mungkin Rena enggan memikirkan apapun selama perjalanan ini.
*******
Tokyo, Bandara Internasional Hanaeda
Setelah menempuh 7 jam penerbangan dant di sinilah Rena berada,Tokyo, kota Metropolitan terpadat di dunia. Ibukota dari negara Tirai Bambu yang selalu sibuk sepanjang waktu ini selalu ramah bagi wisatawan asing seperti Rena dan menjadi tempat yang aman bagi mereka. Gadis itu menarik kopernya menuju taxi bandara yang kemudian melaju menuju hotel yang sudah di pesannya saat masih berada di Indonesia.
Hari hampir menjelang malam saat Rena sampai di hotel. Setelah check in, Rena di antar menuju kamarnya oleh petugas hotel yang ramah. Sesampainya di kamarnya, Rena pun beranjak mendekati jendela yang menyuguhkan pesona kota Tokyo yang menawan di malam hari
"Akhirnya aku bisa menginjakkan kakiku di sini menikmati pemandangan ini dengan mataku sendiri. Aku di Tokyo, Al!" gumamnya sambil terus menatap kagum gemerlapnya citylight dan gedung-gedung pencakar langit dengan lalu lintas jalanan yang sibuk.
Dia mengambil handphonenya dan mengabari Ibunya. Dia juga membalas pesan Amanda. Kemudian matanya beralih pada notifikasi panggilan tidak terjawab. Ada nama Aldy, yang selama ini disimpan dalam kontaknya dengan nama My Love.
"Tumben dia menghubungiku, apa mungkin dia tahu aku di sini?" Rena merasa aneh.
Baru saja Rena hendak menghubungi tunangannya itu tiba-tiba masuk panggilan dari Aldy. Rena menunggunya sejenak sebelum akhirnya ia mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum" jawab Rena datar.
"Wa'alaikumsalam, Sayang!" suara Aldy dari seberang sana nampak senang.
"Tumben, ada apa?" tanya Rena dingin.
"Kamu masih marah ya, Sayang?" tanya Aldy dengan suara yang lembut.
"Menurutmu?" jawab Rena masih dengan nada dingin.
"Rena Sayang jangan seperti itu, aku minta maaf, aku memang salah!" Aldi membujuk Rena dengan suaranya yang terdengar memelas.
"Memangnya kamu salah apa?" Rena masih kekeh dengan kekesalannya.
"Ayolah honey, please! Udah yah marahnya!" Aldy terus membujuknya. Bahkan suaranya seperti hampir menangis.
"Oke aku maafin kamu! tapi ... aku harus dengar penjelasan kamu, apa salahmu dan kenapa kamu melakukannya!" katanya tegas.
"Baiklah aku salah karena kurang perhatian pada calon istriku yang cantik ini dan satu lagi aku sangat berdosa menyia-nyiakan gadis yang aku cintai ini. Sekali lagi maaf yah sayang!' jelas Aldy dengan penuh penyesalan.
"Kenapa kamu seperti itu?" Suaranya pelan, dia menahan tangisnya, mencoba melawan rasa kecewanya pada pria yang dulu begitu ia cintai.
"Aku benar-benar sibuk Sayang!" Hanya alasan itu yang bisa Aldy katakan.
"Baiklah, aku akan mencoba mengerti bahwa kamu sibuk sampai tidak sempat, bahkan hanya untuk menelpon saja!" kata-kata Rena terdengar sinis. Bagi Aldy kalimat itu bagaikan belati yang mengiris-iris hatinya. Tergambar jelas rasa tidak percaya di hati kekasihnya itu. Dia memang patut diragukan.
Hening ...
"Al ... kalau aku mau jalan-jalan ke Tokyo apa kamu akan menyambutku? tanyanya ragu.
"Tentu saja, apa kamu mau ke sini, Sayang?" jawab Aldi senang.
"Mungkin ...," Jawabnya menggantung. Kemudian ia melanjutkan lagi, "tapi bukankah kamu sangat sibuk! bagaimana kamu bisa sempat menjemputku?"
"Oh ... itu ... aku pasti usahakan menjemputmu jika kamu mau datang!" meski ragu tapi Aldi berusaha menyakinkan calon istrinya itu.
"Baiklah. Akan aku kabari kalau aku jadi ke Tokyo."
"Iya ... aku kangen banget, sayang!" suara Aldy terdengar parau.
"Aku juga ... emm ... Al, kamu masih tinggal sendiri kan di apartemenmu?" tanyanya kikuk dan hati-hati.
"Iya, kenapa, Sayang?"
"Jadi siapa saja yang tahu kode pin apartemenmu?"
"Hanya Natsuki, ada apa sih, Sayang? tanya Aldi penasaran.
"Tidak apa-apa, aku hanya iri sama Natsuki, dia tahu kode pin apartemenmu sedangkan aku tidak!" jawab Rena asal.
"Oh itu, kamu juga boleh tahu kok Sayang. Nanti aku kirim lewat pesan supaya kamu tidak lupa, oke!" Aldy menanggapinya dengan tawa renyahnya. Lucu rasanya saat mengetahui Rena mencemburui temannya hanya gara-gara pin apartemen.
"Oke, kalau begitu aku mandi dulu ya, Sayang!" Rena pun segera mengakhirinya setelah mendapatkan apa yang dia mau.
"Iya Sayang. Assalamu'alaikum!"
"Wa'alaikumsalam." Rena mengakhiri panggilannya. Kemudian masuk pesan dari Aldy, Rena membacanya. Dia tersenyum penuh arti.
Bersambung
...****************...
Jangan lupa Like, Coment, Vote dan Rate ya Readers!
Terimakasih atas supportnya.
Love you all,
bonus lumayan
Next lanjut