Sekuel dari "Anak Tersembunyi Sang Kapten"
Ikuti saya di WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Setelah beberapa kali mendapat tugas di luar negara, Sakala akhirnya kembali pulang ke pangkuan ibu pertiwi.
Kemudian Sakala menjalin kasih dengan seorang perempuan yang berprofesi sebagai Bidan.
Hubungan keduanya telah direstui. Namun, saat acara pernikahan itu akan digelar, pihak perempuan tidak datang. Sakala kecewa, kenapa sang kekasih tidak datang, sementara ijab kabul yang seharusnya digelar, sudah lewat beberapa jam. Penghulu terpaksa harus segera pamit, karena akan menikahkan di tempat lain.
Apa sebenarnya yang menyebabkan kekasih Sakala tidak datang saat ijab kabul akan digelar? Dan kenapa kekasih Sakala sama sekali tidak memberi kabar? Apa sebenarnya yang terjadi?
Setelah kecewa, apakah Sakala akan kembali pada sang kekasih, atau menemukan tambatan hati lain?
Nantikan kisahnya di "Pengobat Luka Hati Sang Letnan".
Jangan lupa like, komen dan Vote juga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Bertemu Lavanya
Sakala masih terlihat murung, dua hari yang lalu pernikahan yang gagal itu berhasil meluluh lantakan segenap hidupnya. Beruntung ada Syafana dan keluarga besar yang selalu membesarkan hati Sakala.
Bahkan Syafana memohon di hadapan Sakala untuk bisa melupakan Seira dengan keadaan yang baik-baik saja. Tidak pantas Seira ditangisi lalu Saka terpuruk dan kecewa berlama-lama.
Berbagai cara akan Syafana lakukan agar Sakala dengan cepat bisa melupakan perempuan penipu itu.
"Ka, mama mohon, jangan seperti ini. Perlahan-lahan Saka pasti bisa melupakan gadis itu. Jangan sesali, sebab di balik kejadian ini, pasti ada hikmah di sebaliknya. Gadis itu tidak baik untuk Kaka, buktinya dia justru tidak datang di hari pernikahan kalian. Di situ sebenarnya Allah sudah tunjukkan bahwa Seira memang tidak baik. Dia sengaja ingin mempermalukan keluarga kita. Seira merupakan keponakan mantan istri papa yang sengaja mengirimnya untuk balas dendam," tutur Syafana mengingatkan kembali Sakala bahwa tujuan Seira adalah membalaskan dendam tantenya.
Cerita tentang mantan istri papanya sudah lama Sakala dengar. Namun, yang menjadi pertanyaan dalam benak Sakala, kenapa dia masih menyimpan dendam, padahal kisah mereka terhitung sudah lama dan masing-masing sudah memiliki pasangan?
Syafana mencari akal supaya Saka sibuk dan tidak larut dalam kesedihan karena Seira. Tapi, dengan cara seperti apa, dia belum menemukan caranya.
"Oh iya, aku ada cara supaya Saka terkesan sibuk dan perlahan-lahan bisa melupakan gadis itu." Syafana girang setelah merasa ada cara untuk membuat Sakala sibuk agar dengan mudah bisa melupakan Seira.
"Ma, Saka pergi dulu."
Belum juga menyampaikan maksudnya, Sakala malah keburu pamitan. Wajahnya masih terlihat datar, dan Syafana merasa khawatir jika Sakala akan pergi keluar.
"Mau ke mana, Ka? Kaka tidak akan melakukan hal yang aneh-aneh, kan?" tatap mata Syafana risau.
"Tidak dong, Ma. Saka hanya akan melihat rumah," alasannya seraya mencium tangan sang mama. Syafana tersenyum.
"Baiklah. Ingat pesan mama, ya, Ka. Tetap jadi Sakala yang selalu patuh dan tidak pernah membantah kata mama. Mama yakin setelah hujan badai ini, pasti akan ada pelangi indah yang mengitari. Mama yakin, setelah Kaka merasakan rasa kecewa, pasti Allah sudah menyiapkan seorang bidadari terbaik untuk Sakala. Bukan hanya cantik parasnya, hatinya juga sangat cantik," ujar Syafana penuh doa dan harapan.
Diam-diam Sakala mengaminkan di dalam hati. Diapun bergegas setelah berpamitan kepada sang mama juga Dallas yang berpapasan saat di pintu depan.
"Mau ke mana katanya, Ma?" Dallas penasaran.
"Saka mau lihat rumah, rumah yang tadinya untuk mereka tempati setelah menikah," jawab Syafa diiringi nafas berat.
"Sudah ada kabar tentang laporan itu, Pa?" Syafa mempertanyakan laporan bukti perbuatan tidak menyenangkan Seira yang dilimpahkan ke dewan kehormatan dinas kesehatan.
"Sudah. Kita tinggal menunggu hasilnya. Semua berkas yang papa limpahkan, sedang mereka pelajari. Papa yakin, Seira akan mendapat sangsi keras dari tempat dia berdinas. Kita tunggu saja dengan sabar, cepat atau lambat beritanya akan terkuak."
"Pa, tapi mama khawatir dengan Saka. Saat dia berada di luar rumah ...." Ucapan Syafana terputus karena Dallas memotongnya.
"Jangan khawatir, papa sudah minta bantuan anak buah papa untuk memantaunya. Mereka akan memberi laporan jika Saka melakukan hal aneh-aneh di luar sana." Syafana sedikit lega mendengar ucapan suaminya yang terdengar menenangkan.
Sakala sudah tiba di rumah yang rencananya akan dia tempati setelah menikah dengan Seira. Tapi semua harus musnah gara-gara kebohongan Seira.
Rumah itu berdiri sangat kokoh dan cantik, serta lumayan luas. Dalamnya juga sudah terpasang perabotan rumah tangga yang lengkap. Saka tinggal menempati saja. Suasananya sungguh terasa nyaman dan damai. Sayang sekali, harapannya ingin ditinggali setelah menikah, batal sudah.
Sakala menyudahi petualangannya melihat rumah barunya. Dia meninggalkan rumah impiannya, lalu segera menaiki mobil.
Mobil Sakala kembali melaju tidak tentu ke mana tujuan. Namun, saat melewati sebuah kafe, mobil biru metalik itu dia belokkan dan memasuki pekarangan kafe itu.
Sakala sengaja mampir di kafe yang baru pertama kali dia sambangi. Dia merasa tertarik dengan suasana kafe yang cozy dan asik. Siapa tahu suasana kafe seperti itu, bisa membuat kecewanya hilang.
"Aduhhhh."
Tiba-tiba saja secara tidak sengaja Sakala justru bertabrakan dengan seorang gadis muda berhijab. Sepertinya gadis itu baru saja dari toilet, sementara Sakala baru saja masuk ke dalam kafe.
"Maaf," ucapnya seraya menatap ke arah Sakala. Gadis muda berhijab dengan wajah yang cukup menarik itu sontak terkejut. "Eh, Aa ya?" serunya sok kenal.
"Siapa?" Sakala malah keheranan.
"Saya, guru les ... saya atau aku, ya, formal banget sih saya?" rutuknya mengoreksi ucapannya sendiri.
"Kamu guru lesnya Fina dan Alf, kan?" Sakala mengenali. Benar saja dia Lavanya alisa Bu Guru Lavanya. Lavanya tersenyum mendengar Saka bisa dengan cepat mengenalinya.
"Aa masih kenal saya, eh aku?" ucapnya lagi grogi.
"Tentu saja kenal, Ibu Guru yang sok kepedean dan tingkahnya sedikit konyol," ledeknya seraya bergegas menghampiri bartender untuk memesan minuman. "Di kafe ini tidak ada minuman keras." Sejenak dalam hati Saka membaca sebuah kalimat warning di kaca kasir.
"Kepedean, konyol? Kenapa Aa si kembar itu bisa menyimpulkan aku seperti itu? Sok tahu sepertinya. Ah sudahlah, dia itu tipe cowok angkuh yang sukanya meledek. Aku harus menghindarinya. Lebih baik aku kembali ke meja aku, lalu mengerjakan tugas skripsi mumpung ada wifi gratis," putusnya lalu kembali menuju mejanya yang letaknya di pojokan.
"Boleh aku ikut gabung di meja kamu?" Sebuah suara sungguh mengejutkan Lavanya yang saat ini sedang serius membuka sebuah web untuk membantu skripsinya.
Pas dilihat, ternyata Aa nya si kembar duduk manis sembari meletakkan cangkir yang isinya cappuccino late caramelo yang wanginya menggugah selera dengan busa di atasnya berbentuk tulisan i love you.
Lavanya terhenyak, padahal dia ingin menghindarinya. Lavanya bisa malu kalau dia nanti diejek lagi oleh Sakala.
"Gabung saja A, orang Aa sudah duduk sebelum saya ijinkan," tukas Lavanya datar.
"Kamu seorang Guru, kan? Kenapa masih menyusun skripsi? Dan itu halaman web apa, kamu mau nyontek, ya?" tuding Sakala. Baru saja ditebaknya, Sakala sudah berhasil mengejeknya.
Lava merengut, dia tidak suka orang baru yang belum akrab mengejeknya dengan sok kenal sok dekat.
"Saya bukan Guru, A. Tapi hanya seorang Pengajar di salah satu tempat les," ralat Lava memperbaiki kalimat yang dilontarkan Saka tadi.
"Sama saja guru atau pengajar," tukas Saka seraya diam-diam memperhatikan wajah gadis itu, tidak lama dari itu tiba-tiba Sakala tersenyum konyol.
"Sudah berapa jam kamu di sini?" Tanya Sakala menelisik, dia tahu modelan mahasiswa yang membawa laptop dan diktat besar seperti ini, pasti mau numpang wifi gratis.
"Baru 45 menit."
Sakala terkejut mendengar jawaban Lava barusan. Baru 45 menit katanya. Kan konyol banget, duduk diam di kafe hanya untuk mengerjakan tugas.
"Baru 45 menit?" kejut Sakala.
"Iya baru 45 menit. Malah saya biasanya, menghabiskan waktu di sini hanya untuk mengerjakan skripsi atau tugas kuliah sambil menonton drama Korea selama hampir empat jam," tutur Lavanya sedikit mengarang, padahal sekitar 15 menit lagi dia akan pulang.
Sakala cukup terkejut mendengar pengakuan gadis yang dianggapnya kepedean itu. Mulutnya seketika menganga dengan mata yang sedikit melotot. Anehnya setelah diamati, wajah Sakala justru tidak kehilangan ketampanannya. Lavanya terselip rasa kagum, walau aslinya sedikit kurang suka karena dinilainya Sakala angkuh.
Apakah ini bukti dari doa Syafana yang sempat diucapkannya tadi pada Sakala? Kita tunggu kelanjutannya di bab selanjutnya.
kalo bikin cerita ga pernah gagal....ga banyak konflik yg berat dan ga monoton jg ceritanya..... pokoknya author the best laaah❤️