You'Re Mine!

Selepas jam kerja usai, Davion bergegas pulang. Bukan ke penthouse melainkan ia ingin pulang ke mansion papi Dom.

"Sam.." panggil Davion ketika dirinya berada dilobi kantor

Sam yang sedang mengobrol dengan karyawan lain seketika menolehkan kepalanya menatap kearah Davion.

"Ya tuan?"

Karyawan itu segera pamit undur diri dan Sam bergegas melangkahkan kakinya menghampiri Davion.

"Ya tuan anda memanggil saya?" tanya Sam berhenti tepat dihadapan Davion.

"Aku ingin pulang kemansion". Katanya

"Baiklah, mari saya antar". Sahut Sam

"Tidak perlu.  Aku akan pulang sendiri, berikan kunci mobilnya". Davion menengadahkan tangannya meminta kunci mobil pada Sam.

Sam langsung merogoh saku celananya tuk mengambil kunci mobil. Setelah itu, ia berikan kunci tersebut pada Davion. "Ini tuan"

"Thank's".

Davion menerima kunci mobil itu dan segera melangkahkan kakinya keluar dari lobi. Sam yang melihat itu seketika langsung menepuk dahinya.

"Astaga, kalau tuan membawa mobilnya lantas bagaimana caraku pulang?" gumam nya pada dirinya sendiri

Sam menghela nafas panjang, kemudian ia juga segera berjalan keluar dari kantor menyusul Davion.

"Tuan.." panggil Sam ketika melihat Davion hendak masuk kedalam mobil

Davion menoleh. "Apa?"

"Bolehkah saya menumpang pulang?" ujar nya bertanya sambil memasang ekspresi wajah memelas.

Melihat itu, Davion mendesahkan nafas nya pelan sembari memutar bola matanya jengah. Kemudian, ia melempar kunci mobilnya pada Sam.

Hap...

Sam dengan sigap menangkap kunci itu dengan kedua tangannya.

"Baiklah, kau yang menyetir". Kata Davion, ia segera masuk dan duduk dikursi bagian penumpang.

"Kenapa tidak dari tadi saja seperti ini..." lirih Sam

"SAMMMM..... Kau mau masuk atau tidakk!" Davion berteriak ketika Sam hanya berdiam diri dan tak kunjung masuk kedalam mobil.

"Ya tuan, saya segera masuk".

Sam segera masuk dan duduk dikursi kemudi. Kemudian, Sam menyalakan mesin mobilnya dan perlahan mobil mewah bermerk Roll-Ro*ce berwarna hitam mengkilap itu melaju pelan meninggalkan area pelataran perusahaan Slade Corp.

.

Sesampainya dimansion Papi Dom, Davion bergegas turun dari dalam mobil.

"Sam, pulanglah. Malam ini aku berikan kamu waktu untuk istirahat, gunakan waktu itu sebaik-baiknya". Kata Davion sesaat setelah menutup pintu mobilnya

"Anda serius tuan ?" tukas Sam memastikan jika ia tidak salah dengar

"Hmm.. Sudah lah cepat pulang". Usir Davion

Mendengar itu, tanpa pikir panjang Sam segera melajukan mobil nya pergi dari kediaman papi Dom. Davion yang melihat Sam pergi tanpa berpamitan dahulu dengannya seketika langsung berteriak mengumpati asistennya tersebut.

"Dasar asisten tidak tau sopan santun! Main pergi saja tidak berpamitan dulu dengan ku", teriak Davion mengumpati Sam

Tanpa Davion sadari jika dibelakang ada sebuah tongkat yang siap menghantam belakang kepalanya.

Tukk..

"Aahhh, brengsek! siapa yang berani memukulku?! Maki Davion, ia langsung berbalik badan. Alangkah terkejutnya Davion saat melihat Opa Albert berdiri tepat dibelakangnya sambil melototinya dengan tajam.

"Apa haa??" Omel Opa Alber, ia mengangkat tangannya menjewer telinga Davion

"Aahh sakit opaa, nanti telinga ku bisa putus". Ucap Davion meringis kesakitan saat Opa Albert menyeretnya masuk kedalam mansion tanpa melepas jeweran nya.

Mami Eli yang baru saja selesai menyiapkan makan malam, seketika mengerutkan dahinya bingung melihat kelakuan putra dan mertua nya itu yang tidak pernah akur ketika bersama.

Davion yang melihat keberadaan mami Eli langsung mengadu begitu saja. "Mam, lihatlah mertua mu ini.. Dia menarik telinga ku sampai rasanya mau putus". Rengek nya sudah persis seperti anak kecil

"Kamu menyalahkan Opa huh? Dasar cucu durhakim, kamu sendiri yang buat onar teriak-teriak dihalaman depan. Apa kamu pikir disini hutan?", Omel Opa Albert. Kemudian ia melepaskan jeweran ditelinga cucunya.

Begitu jeweran itu terlepas, Davion langsung mengusap-usap telinganya yang mungkin sudah memerah. Matanya melirik Opa Albert dengan tajam. Melihat itu, Opa Albert kembali menodongkan tongkat nya tepat diwajah Davion.

"Kenapa hah? Mau protes kamu?". Geram Opa Albert

Mama Eli yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil mengulas senyum. Tak lama kemudian, Papi Dom datang. Beliau baru saja pulang kerja dari kantor cabang.

"Dav.. Tumben pulang ke mansion?", ucap Papi Dom sedikit menyindir.

Pasalnya, putra nya itu jarang sekali pulang kemansion jika tidak ada perlu, ataupun paksaan dari Mami Eli yang mengatakan jika ia rindu dengan Davion. Pasti lelaki itu tidak akan pulang kemansion.

"Apa aku tidak boleh pulang ke mansion?" ujar Davion dengan nada yang dibuat memelas

"Apa aku sudah tidak dianggap lagi disini.. " sambungnya penuh drama

Opa Albert yang mendengar itu memutar bola mata nya jengah, ingin sekali ia getok belakang kepala cucunya itu sampai amnesia sekalian. Dia pria tapi kenapa bisa berlagak drama seperti itu? Astaga...

"Biarkan saja Dom, keluarkan saja dia dari kartu keluarga". Seloroh Opa Albert, ia kemudian melangkahkan kakinya menuju meja makan.

Papi Dom menghela nafas panjang, "Bukan begitu maksud papi Dav, kamu jarang sekali pulang ke mansion kalau tidak ada mau nya. Sekarang katakan apa kamu inginkan hm.. "

"Papi terlalu mencurigai ku, aku ini hanya ingin pulang ke mansion saja karena rindu dengan kalian". Sahut Davion

"Alasan", ucap Opa Albert menyela

"Sudah.. Sudah.. Lebih baik papi sama Davion masuk ke kamar dan segera bersih-bersih setelah itu turun kita makan malam bersama". Titah Mami Eli

"Iya sayang.. " ujar Papi Dom

"Siap Mam.. " Davion ikut menimpali

Jika sang penguasa ras terkuat dibumi sudah memberikan perintah, mau tidak mau Papi Dom dan Davion langsung tanpa pikir panjang segera melaksanakan perintahnya. Ayah dan anak itu bergegas berbalik badan dan segera melangkahkan kaki mereka menuju kamar masing-masing.

"Eli, lihatlah kelakuan suami dan putra mu itu. Mereka berdua tidak jauh berbeda kelakuannya". Kata Opa Albert seraya tangannya meraih segelas teh hijau diatas meja yang sudah Mami Eli sediakan sedari tadi.

Mami Eli mengulas senyum tipis, "Karena mereka adalah ayah dan anak. Apa yang ada didalam diri sang ayah pasti akan menurun pada anak nya. Bukan kah ayah juga begitu?", ujar Mami Eli sedikit bergurau dengan mertua nya.

Opa Albert yang mendengar itu hanya menghela nafas panjang, ia tidak terlalu ambil hati apa yang menantu nya itu katakan. Opa Albert segera menyeruput teh hijau itu pelan-pelan dan menikmatinya selagi masih panas.

"Teh hijau buatan mu selalu enak El, takaran rasanya sama persis dengan yang sering Diana ( mendiang istrinya )  buat dulu". Puji Opa Albert

"Rasanya tetap akan enak buatan ibu Diana yah, Eli juga belajar dari beliau".

.

.

.

To Be Continue..