HIATUS AWOKAOWKA
"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."
Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.
Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.
Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Mempertaruhkan Segalanya
Chen Huang membuka pintu asrama murid yang terbuat dari kayu sederhana, memecah kesunyian yang disengaja. Di dalamnya, ruangan itu terasa dingin dan kosong, sebuah kontras nyata dengan kemegahan sekte di luar. Ia melangkah masuk, langkahnya mantap, lalu duduk di ranjangnya yang empuk—tempat peristirahatan yang akan segera menjadi medan tempur batinnya.
Kotak kayu kecil berisi Pil Penempa Ilahi diletakkan di atas pangkuannya. Chen Huang menatap benda itu, menunda takdirnya hanya beberapa detik.
"Bagaimana menurutmu tentang pil ini, Yue Chan?" tanyanya dalam hati, suaranya terdengar cemas namun penuh harapan.
Suara lembut Yue Chan, yang selalu menjadi kompas spiritualnya, segera terdengar di benak Chen Huang. "Pil itu sangat berguna, sesuai dengan apa yang di pertaruhkan. Kau benar-benar ingin mengunakannya? Jika kau berhasil aku akan memberimu satu teknik tingkat Xuan, bagaimana?" Tawarannya adalah hadiah yang luar biasa.
"Kenapa kau tidak memberikannya sekarang saja?" Chen Huang bertanya balik, nada suaranya sedikit menuntut.
"Kemampuan fisikmu masih kurang, melatihnya sembarangan bisa membuatmu mati dalam sekejap." Yue Chan menjeda sebentar, jeda yang terasa berat. "Dengan pil itu, perkuat fisikmu lalu baru bisa menggunakannya."
Chen Huang menatap ke sebuah kotak pil di tangannya. Pil itu memancarkan aura kuno yang menantang, sebuah dualitas antara janji kekuasaan mutlak dan ancaman kehancuran total. Ia tahu pil itu bisa membawanya untuk menjadi lebih kuat, tetapi ia juga tidak ingin mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah peluang kecil.
Ia membaringkan tubuhnya sejenak di ranjang yang empuk itu, sebuah pencarian singkat akan kedamaian terakhir. "Ah... aku sudah mengatakannya pada Yun Yuan, sekarang harus bagaimana." Ia menghela napas, menyadari bahwa kata-katanya kini telah menjadi kontrak.
Chen Huang kembali duduk, tubuhnya tegak sempurna. Ia meletakkan kedua tangannya di atas lipatan kaki, Dou Qi perak mulai muncul perlahan mengelilinginya, berkumpul pada suatu titik di dahinya—pusat konsentrasinya.
"Untuk menggunakan pil ini harus dengan persiapan matang." Kedua tangannya menyatu, membentuk lingkaran yang sempurna, dan di belakangnya, simbol dengan tulisan kuno yang berasal dari Teknik Pemecah Segala Hukum kembali terukir dalam Dou Qi. "Aku tidak akan mati. Aku akan jadi yang terkuat. Pil ini hanyalah alat untuk menjadi lebih kuat."
Kemudian, dengan satu sapuan tangannya yang cepat dan tegas, kotak kayu itu langsung terbuka. Pil kecil yang memancarkan aura kuno, bersinar dengan rona keemasan dan merah, melayang di udara. Pil itu langsung terbang masuk ke dalam mulut Chen Huang ketika ia membuka mulutnya, ditelan tanpa ragu.
Pil itu masuk. Seketika, efeknya meluncur, bukan seperti gelombang, melainkan seperti ledakan yang terjadi di setiap sel tubuhnya. Cahaya kemerahan yang intens dan mengerikan mulai menyelimuti tubuhnya. Di bawah kulit, urat-uratnya menonjol, dan pipinya mulai terlihat seperti retak, bukan karena luka fisik, melainkan karena energi merah yang terlalu kuat mendesak keluar dari dalam.
Rasa sakit itu tidak terlukiskan. Itu adalah rasa sakit tulang-belulang yang dipatahkan, lalu ditempa ulang oleh api. Pembuluh darahnya terasa seperti kawat panas yang ditarik kencang.
"Aghhh!"
Raungan tertahan itu keluar dari tenggorokan Chen Huang, sebuah suara penderitaan yang nyaris tidak terdengar di luar ruangan. Ia menyatukan seluruh kekuatan kehendaknya, mengumpulkan setiap sisa kontrol Dou Qi untuk menahan efek ganas dari pil itu. Namun, itu belum cukup.
Di asrama murid Sekte Awan Langit, sebuah anomali terjadi. Tiba-tiba, sebuah cahaya merah yang begitu pekat, seolah kobaran api dari inti bumi, melonjak tinggi, menembus atap dan melesat ke langit. Cahaya itu berasal dari kamar Chen Huang—sebuah sinyal bahaya dan transformasi ekstrem.
Para murid, yang tadinya terlelap atau sibuk berkultivasi, mulai keluar dari ruangan mereka. Di tengah asrama murid perempuan dan laki-laki, kerumunan terbentuk, semua mata terpaku pada cahaya yang melonjak tinggi dari sebuah kamar yang kini bolong atapnya.
"Apa itu?"
"Apa jangan-jangan ada yang menerobos Ranah?"
"Cahaya yang itu mengandung kekuatan yang begitu kuat!"
Para murid mulai menebak-nebak siapa yang berada di dalam dan apa yang sedang ia lakukan. Kekuatan Dou Qi yang terpancar dari cahaya merah itu terasa menekan dan tidak stabil, jauh dari ketenangan yang biasanya menyertai terobosan ranah.
Di sisi lain, Yun Yuan dan Xin Li ikut memperhatikan dari lantai dasar penginapan. Xin Li begitu cemas, tangannya gemetar. Meskipun tidak tahu persis apa yang terjadi, nalurinya mengatakan bahwa itu adalah Chen Huang.
Sedangkan Yun Yuan, yang mengetahui rahasia Pil Penempa Ilahi, tetap menjaga ketenangannya, walau ada kejutan dingin di matanya. Chen Huang benar-benar melakukannya; dia benar-benar mempertaruhkan nyawanya, menantang takdir yang paling kejam.
Tiba-tiba, suara penderitaan yang keras, sebuah raungan primal yang penuh rasa sakit, membelah udara malam. "AGHHH!"
Chen Huang, dalam balutan cahaya merah, menembus atap asrama dengan kekuatan dorongan internal yang tak tertahankan. Ia kemudian melayang di langit, Dou Qi perak dan merah berputar liar di sekelilingnya, menahan tubuhnya dari kejatuhan. Kedua tangannya menyatu di depan dada, tetap fokus mempertahankan kesadaran di tengah badai rasa sakit.
"Lihat itu!"
"Siapa itu? Murid baru?"
Para murid di bawah mulai histeris melihat Chen Huang yang sedang melayang di langit. Dou Qi perak bercampur merah mengelilinginya, seperti perpaduan antara kehidupan dan kematian.
"Aku tidak akan mati!" Ledakan Dou Qi liar terjadi di tubuh Chen Huang, dipicu oleh energi Pil Ilahi. "Lagi!"
Tubuhnya kini benar-benar ditempa oleh serangkaian ledakan Dou Qi internal yang terkontrol; setiap ledakan adalah kehancuran dan penempaan tulang serta meridian. Rasa sakitnya tak terbayangkan, setiap selnya menjerit.
Dari kejauhan, Yun Yuan melihat Chen Huang dengan dahi berkerut tajam. Ia terperangah. "Dia benar-benar serius?" batinnya, menyadari bahwa ketahanan Chen Huang melampaui logika.
Dou Qi yang tersebar di udara, yang berasal dari ledakan sebelumnya, kemudian mulai terkumpul kembali. Chen Huang, meskipun tubuhnya dibakar dari dalam, menggunakan Dou Qi peraknya sebagai daya tarik. Kedua jari tangannya terletak di depan dada, sebuah simbol kembalinya kontrol. Semua Dou Qi itu diserap olehnya dengan cepat, membenarkan fondasinya yang baru dan ditempa.
BOOM—!
Ledakan terakhir, sebuah dentuman final yang menandakan akhir proses penempaan, terjadi. Chen Huang—yang sebelumnya melayang di langit—kini mulai terjatuh. Perlahan, seolah waktu melambat.
"Kenapa..."
Berbagai ocehan orang-orang di masa lalu mulai muncul lagi di kepalanya, kenangan ketika ia berdiri sendiri di depan alat pengukur Dou Qi, ketika ia dihina-hina, tawa-tawa sinis itu terdengar di kepalanya. Kenangan-kenangan itu adalah racun yang mencoba menariknya kembali ke jurang kegagalan.
"Aku... tidak akan mati!"
Sebuah raungan kehendak batin memotong semua kenangan itu. Chen Huang yang terjatuh kemudian terhenti lagi di udara, hanya beberapa meter di atas kepala para murid. Dalam sekejap, Dou Qi perak murni mengelilinginya, terserap dari segala arah.
"Aku tidak boleh mati!"
Dia berhasil. Dia telah menempa tubuhnya menggunakan Pil Penempa Ilahi dengan sempurna. Tubuhnya sekarang bersinar keemasan lembut, bukan lagi merah yang membakar. Retakan pada wajahnya perlahan menghilang, kulitnya kembali halus. Dou Qi miliknya menjadi lebih stabil, lebih padat.
Chen Huang turun dengan anggun. Beberapa murid mulai bersorak melihat keberhasilannya. Mereka memujinya, menyaksikan lahirnya jenius yang menantang maut di hadapan mereka. Sorakan itu begitu keras, sebuah ucapan selamat yang tidak habisnya.
Melihat hal itu, Yun Yuan—yang masih melihat dari kejauhan—kehilangan keseimbangan dari tempatnya. Ia tersandar ke dinding bangunan kayu, tangannya memegang dada, pinggulnya bersandar ke kayu seolah mencari penopang. Matanya yang keemasan memancarkan keterkejutan yang tulus.
"Aku berbohong... belum pernah ada orang yang berhasil menempa tubuhnya dengan Pil Penempa Ilahi di bawah Ranah Dou Wang," gumamnya sendiri.