Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Sementara itu di kediaman Bai bagian Barat. Masing-masing dari mereka diam seribu bahasa. Ada rasa sesak bergemuruh di dada Yu Jie. Bayangan masa kecilnya melintas seperti kabut tipis yang menyelimuti ingatan, namun ia meneguhkan hatinya. Tidak, ia tidak akan kalah oleh emosi yang bergejolak.
Ibu dan ketiga saudarinya juga merasakan hal yang sama. Kenangan tentang tempat itu berkelindan di benak mereka, manis sekaligus menyakitkan. Sebuah masa lalu yang tak bisa mereka sangkal, namun juga tak ingin mereka kenang terlalu lama.
Li Jing melirik mereka dengan penuh tanda tanya. Ekspresi para wanita keluarga Lin tampak tenang, namun sebagai pelayan yang sudah lama mendampingi mereka, Li Jing tahu ada badai yang bergejolak di balik sorot mata itu.
Cai Hong memimpin jalan, sementara Dai Lu sibuk mengatur pelayan lain untuk membawa barang bawaan para tamu. Dia sendiri tak tahu pasti mana barang milik keluarga Lin, sehingga hanya bisa memastikan semuanya tertata dengan rapi di ruang utama.
Sepanjang perjalanan, Cai Hong menunjuk dan menjelaskan bagian-bagian dan menyebutkan ruangan-ruangan penting, menyoroti keindahan arsitektur, dan sesekali menyelipkan kebanggaan dalam nada bicaranya.
Yu Jie dan saudari-saudarinya dengan lihai mengikuti alur perkenalan tempat itu. Seolah-olah mereka memang tamu yang baru pertama kali menjejakkan kaki di kediaman Bai, bukannya penghuni lama yang jejaknya telah dihapus.
"Wah, kediaman bagian barat ini sangat luas! Ada berapa kamar yang ada di sini?" tanya Fang Ling antusias.
Cai Hong tersenyum bangga sambil terus berjalan saat menjawab pertanyaan dari salah satu tamu keluarga Bai, "Nona benar. Di antara tiga kediaman, hanya kediaman bagian barat yang paling luas. Para pelayan di sini menyebutnya istana kecil di dalam kediaman."
"Istana kecil di dalam kediaman," Fang Ling mengikuti sebutan itu bersamaan dengan Cai Hong, tapi dengan suara yang nyaris tak terdengar. Hanya Yu Jie yang dapat mendengarnya.
Tentu saja aku tahu. Itu adalah sebutan yang disematkan oleh kakak kedua saat melayani nona tertua. Fang Ling bermonolog kesal di dalam hati.
"Di sini terdapat delapan kamar. Tabib Lin sangat hebat bisa meminta kediaman bagian barat sebagai tempat tinggal," Cai Hong mulai menebar umpan.
Yu Jie tersenyum, "Bukankah nona muda kalian tahu bahwa aku selalu memilih bagian barat setiap kali mengobati pasien.
Wajah Cai Hong merah menahan malu. Nona mudanya tidak pernah mengatakan hal itu. Apa mungkin nona muda dan nyonya besarnya tidak tahu mengenai hal ini?
"Aku suka bagian barat karena mendapat sinar matahari dan cenderung mendapat angin sejuk di sore hari. Tempat tinggal juga terasa lebih nyaman. Selain itu, angin yang sejuk dapat menstabilkan emosi para pasienku yang berobat," timpal Yu Jie.
"Aku baru dengar hal seperti itu kak," bisik Fang Ling pada Fang Hua yang berjalan di sampingnya.
"Kau tahu sendiri kecerdasan adik ketiga," balas Fang Hua berbisik.
"Berarti pelayan ini bisa dibodohi dengan mudah, hehehe," bisik Fang Ling sambil terkekeh.
"Semua orang yang tinggal di kediaman Bai terlihat gagah diluar tapi sebenarnya sangat mudah dikelabui," balas Fang Hua sambil tertawa kecil.
"Ehem!" Fang Li menegur kedua adiknya yang sibuk berbisik.
Mendapat teguran tak langsung dari kakak pertama mereka, kedua gadis itu langsung diam. Tibalah mereka di sebuah kamar utama di kediaman Bai. Cai Hong membuka pintu lalu mempersilahkan mereka masuk.
"Tabib Lin, ini adalah kamar utama. Anda akan beristirahat di sini. Sedangkan nyonya Lin dan ketiga saudari anda akan tidur di kamar terpisah. Aku akan membawa nyonya Lin dan nona-nona ke kamar masing-masing. Tabib Lin, silahkan beristirahat," ucap Cai Hong sambil undur diri.
Yu Jie melangkah masuk dengan tenang, matanya menyapu seluruh ruangan. "Kediaman ini sebelumnya ditempati oleh siapa?" tanyanya tiba-tiba.
Cai Hong langsung menghentikan langkah kakinya, "Kediaman ini sengaja di buat untuk keluarga, kerabat atau tamu yang datang berkunjung atau diundang secara langsung oleh tuan dan nyonya Bai."
Lin Lian, Fang Li, dan Fang Hua diam mematung. Tubuh mereka seperti tersengat sesuatu yang membuat rasa panas dan sesak.
Bagus sekali mantan selir! Kau meniadakan nona tertua. Geram Lin Lian dalam hati.
Aku tidak sabar untuk menguliti mu hidup-hidup. Setelah itu akan aku taburi garam. Geram Fang Li dalam hati.
Wanita yang sangat pandai membalas budi. Tunggu giliranku membalas budimu. Teriak suara hati Fang Hua.
Yu Jie tersenyum samar. Ujung jarinya menyentuh permukaan meja, membentuk pola tak terlihat seiring pikirannya yang bekerja.
"Tuan dan nyonya Bai sangat perhatian sekali. Nona Mei Yin sangat beruntung dilahirkan dari keluarga Bai," ucap Yu Jie datar.
Cai Hong tersenyum. Dia semakin membanggakan tuan dan nyonya Bai serta bagaimana mereka memanjakan putri mereka satu-satunya.
Pelayan itu bercerita seolah tidak pernah ada sebuah kehidupan lain, Bai Yu Jie. Artinya tuan Bai telah menghapus jejak Bai Yu Jie di kediaman Bai.
Kini giliran Fang Ling yang geram. Hebatnya gadis itu bisa mengontrol diri.
"Wah, aku iri sekali!" seru Fang Ling dengan nada dibuat sedih.
"Seandainya aku putri satu-satunya di keluarga Bai, aku pasti akan meminta segala yang kuinginkan!" timpalnya.
"Kau ini," timpal Lin Lian dengan pura-pura sedih. "Apa kau tidak bersyukur menjadi putriku?"
Gaya bicaranya terlihat dan terdengar iri pada kehidupan nona muda Bai.
"Anda benar nona Fang Ling. Tuan dan Nyonya selalu berusaha memenuhi keinginan nona muda kami," timpal Cai Hong sambil tersenyum bangga.
"Wah, aku sungguh iri memiliki orang tua seperti itu!" seru Fang Ling dengan wajah yang dibuat sedih.
"Kau ini. Apa tidak bersyukur menjadi putriku?" timpal Lin Lian berpura sedih.
"Eh, ibu! Maksudku bukan begitu," ucap Fang Ling langsung menghambur memeluk lengan ibunya dan bersikap manja.
"Ibu adalah ibu terbaik sedunia. Meski dari kecil aku tidak pernah melihat wajah mendiang ayah, tapi ibu selalu mengatakan padaku bahwa saat ibu mengandung aku, ayah selalu menuruti semua keinginan ibu, tapi kenapa saat aku kecil ketika aku digigit seekor kucing, kenapa ibu tidak membuang kucing itu? Apa karena ibu tidak sayang padaku?" rengek Fang Ling.
Fang Hua dan Fang Li langsung menahan tawa. Sejak kapan adik bungsu mereka pandai menyindir seperti ini?
"Itu karena ..."
"Tuan Bai bahkan membuang putrinya karena telah menganggu nona Mei Yin," Cai Hong memotong tanpa sadar.
"Itu menandakan kasih sayang yang sangat luar biasa," Cai Hong langsung menutup mulutnya.
Cai Hong terlalu bersemangat hingga terbawa arus.
"Eh, siapa yang dibuang?" tanya Fang Ling.
"Bukankah tuan dan nyonya Bai hanya memiliki satu putri?" Yu Jie menimpali, matanya menatap tajam ke arah Cai Hong.
"Kalau begitu..." Fang Hua ikut bicara.
"Siapa putri yang satunya lagi?" tanya Fang Hua berpura tidak tahu.
Serbuan pertanyaan itu membuat Cai Hong pucat. Ia tak tahu harus menjawab apa. Bagaimana jika nyonya Bai mengetahui ia telah membocorkan rahasia besar ini?
"I-ini, i-itu..." Cai Hong sangat gugup. Tak tahu harus berkata apa.
Tubuhnya menegang. Tidak, ia harus menemukan cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri!