Fauzia seorang gadis desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan bersama sahabatnya Tantri, namun berjalannya hari dia harus di hadapkan dengan seorang pria keturunan konglomerat yang merupakan sahabat dari bos tempatnya bekerja yang bernama Adrian Riyan Pramuka. Dia di rumor kan menjadi selingkuhan dari Adrian namun berita itu malah membuat dirinya semakin dekat bahkan keluarga dari Adrian menerimanya dengan baik membuat Adrian harus rela menerima keputusan keluarganya untuk menjadikan Fauzia sebagai calon tunangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan sepiring berdua.
Tibanya di kota Adrian mengantarkan Zia ke rumah kontrakannya dan membantunya membawa barang yang dia bawa masuk ke dalam rumah.
"Kamu gak apa-apa tinggal sendiri? " tanya Adrian yang khawatir jika Zia tinggal sendiri di kontrakannya.
"Aku gak apa-apa kok, bapak pulang saja" jawab Zia dengan yakin karena dia tidak merasa takut sama sekali.
Adrian pun keluar lalu masuk lagi ke dalam mobil dan sang adik langsung menjalankan mobil meninggalkan kontrakan Zia. Sepanjang jalan Adrian diam saja karena dia gak tega ninggalin Zia tinggal sendiri di kontrakannya.
Tibanya di rumah Adrian masuk namun dia malah bertemu sang mama.
"Akhirnya kamu pulang juga" ucap sang mama saat melihat Adrian pulang.
"Adrian istirahat dulu ma capek" balas Adrian lalu naik ke, kamarnya yang di lantai atas. Malamnya setelah makan malam Adrian duduk di ruang keluarga bersama mama dan papanya.
"Papa ingin memberitahu kamu jika papa sudah putuskan kalau kamu dan Zia akan bertunangan bulan depan" ucap sang papa.
"Kenapa gak langsung nikah saja sekalian" balas Adrian dengan nada kesal.
"Boleh juga" ucap sang papa membuat Adrian marah.
"Pa, papa bis agak buat keputusan itu bertanya dulu sama aku atau Zia jangan langsung mengambil keputusan begitu saja"ucap Adrian dengan nada marah.
" Papa gak akan langsung mengambil keputusan begitu saja kalau tidak ada persetujuan dari orang tuanya Zia"balas sang papa tak kalah membentak.
"Orang tuanya?, lalu Zia nya setuju? " tanya Adrian.
"Papa belum bertemu dengan dia karena saat papa mendatangi orang tuanya dia sedang disini dan saat papa nyari dia dia tidak di rumah" jawab sang papa.
"Terus dengan percaya dirinya papa langsung mengambil keputusan gitu? " setelah bicara seperti itu Adrian langsung pergi ke kamarnya karena dia males berdebat dengan sang papa.
Setelah berusaha tidur namun Adrian tidka bisa tidur dia pun memutuskan untuk datang ke kontrakan Zia agar dia bisa tenang tidur di sana.
Zia yang masih belum tidur karena asik mencari pekerjaan tiba-tiba terdengar pintu di ketuk dan Zia pun tidak langsung membuka karena dia sedikit takut hingga akhirnya ponselnya berdering dan itu panggilan dari Adrian yang menyuruhnya membuka pintu. Zia pun segera turun dari tempat tidur untuk membuka pintu.
"Kenapa kesini? " tanya Zia setelah membuka pintu dan Adrian masuk.
"Malas aku tidur di rumah" jawab nya setelah duduk.
"Terus mau numpang tidur disini gitu? " tanya Zia lagi.
"Ya iya lah, kenapa gak boleh? " tanya balik Adrian.
"Ya bukan gak boleh, cuman nanti kalau orang-orang grebek rumah ini gimana? "
"Ya gak gimana-gimana kan kita udah sah" jawab Adrian membuat Zia teringat jika mereka sudah menikah.
Zia pun beranjak hendak masuk kamar.
"Kemana? " tanya Adrian.
"Tidur udah ngantuk" jawab Zia.
Adrian pun hendak mengikuti Zia namun langsung di tahan Zia.
"Kenapa? "
"Kamu tidur di kamar Tantri saja"ucap Zia.
" Kenapa?, kemarin aja satu kamar kenapa sekarang harus beda kamar? "tanya Adrian bingung.
Zia terdiam karena dia gak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
Namun Adrian tau dan dia bisa menghargai keputusan Zia.
" Kamu aja yang tidur di kamar Tantri aku di kamar kamu. Gak enak tidur di kamar Tantri"ucap Adrian pada akhirnya.
"Barang nya juga udah pada gak ada" beritahu Zia.
"Malam ini aku di kamar kamu, kamu di kamar Tantri. Besok kamu bereskan dulu baru nanti kamar itu jadi milik ku" ujar Adrian lalu masuk ke kamar Zia dan Zia dia hanya bisa pasrah.
Zia mengambil ponselnya lalu keluar lagi dan masuk ke kamar Tantri.
Besoknya Zia tidak bangun pagi karena dia gak akan pergi kerja jadi dia bangun siang. Saat keluar kamar Zia kaget saat melihat di meja makan sudah tersaji makanan.
"Aku berangkat jangan lupa sarapan" pesan dari Adrian di ponsel Zia.
Zia pun langsung duduk dan memakan sarapannya. Siang ini Zia bermaksud untuk mencari pekerjaan karena dia gak mungkin hanya berdiam diri saja di rumah. Setelah berkeliling Zia pun belum mendapatkan pekerjaan dan dia sengaja melewati restoran milik Kevin. Zia hanya bisa menatap bangunan di depannya ini karena tempat ini pertama kali dia bekerja di kota.
"Zia" panggil seseorang membuat Zia melihat siapa orang yang memanggilnya.
"Tia" balas Zia. Ternyata salah satu temannya saat kerja di restoran milik Kevin.
"Apa kabar?, aku pikir kamu gak akan kembali ke sini" tanya Tia.
"Aku datang kesini juga ada urusan kok" jawab Zia berbohong.
"Aku kaget lo saat pak Kevin bilang jika kamu dan Tantri gak akan masuk kerja lagi. Apa lagi saat melihat raut wajahnya pak Kevin sepertinya dia sedih" beritahu Tia.
"Aku sama Tantri akan menikah jadi kami gak bisa kerja lagi disini" bohong Zia karena dia gak mungkin menceritakan yang sebenarnya.
"Kalian mau nikah?, lalu hubungan pak Kevin dan Tantri bagaimana? " tanya nya.
"Mereka gak ada hubungan apa-apa kok" bohong Zia lagi karena gak mungkin memberitahukan kebenarannya.
"Ya sudah aku balik kerja lagi takut Hu Airin marah" pamitnya dan Zia pun mengangguk.
Zia pun pulang karena hari sudah mulai sore dan sebelum pulang dia mampir ke sebuah tempat makan karena perutnya sudah minta di isi. Namun baru saja selesai pesan tiba-tiba ponselnya berdering dan saat di lihat ternyata itu Adrian menanyakan keberadaan dirinya. Zia pun memberitahunya dan tak butuh waktu lama Adrian datang saat Zia sedang makan. Adrian menghampirinya lalu duduk di depan Zia.
"Kamu makan di tempat ini? " tanya Adrian.
"Iya, kamu mau makan gak? " tanya Zia menawarkan Adrian.
"Gak deh" jawab nya namun Zia tau jika Adrian bukan tidak lapar tapi dia merasa risih melihat tempatnya.
Zia mengambil makanan lalu memberikannya pada Adrian.
"Bapak cobain deh di jamin ketagihan" ucap Zia sambil mendekatkan tangannya yang ada makanan.
Adrian ragu-ragu untuk memakannya namun bukan Zia memaksanya hingga akhirnya makanan itu masuk ke dalam mulut Adrian dan Adrian terkejut ternyata rasa beneran enak.
Adrian langsung pesan dan membuat Zia tersenyum.
"Lagi dong di suaranya" pinta Adrian.
"Dih ogah makan aja sendiri" tolak Zia.
"Biar cepat, kalau kamu habis duluan nanti harus nunggu aku, kalau yang itu kita makan berdua kalau habis tambah yang lagi di pesan" ucap Adrian membuat Zia percaya saja padahal Adrian dia hanya modus saja.
Namun tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengawasi mereka dan memotret mereka. Setelah habis mereka langsung pergi. Adrian yang membayar semuanya.