Memiliki saudara kembar nyatanya membuat Kinara tetap mendapat perlakuan berbeda. Kedua orang tuanya hanya memprioritaskan Kinanti, sang kakak saja. Menuruti semua keinginan Kinanti. Berbeda dengan dirinya yang harus menuruti keinginan kedua orang tuanya. Termasuk menikah dengan seorang pria kaya raya.
Kinara sangat membenci semua yang terjadi. Namun, rasa bakti terhadap kedua orang tuanya membuat Kinara tidak mampu membenci mereka.
Setelah pernikahan paksa itu terjadi. Hidup Kinara berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Semalaman Kinara tidak bisa tertidur. Ia terus saja menangis meski harus menahan sekuat tenaga agar tidak terdengar keras. Kini, dirinya bukanlah gadis lagi. Ia sudah resmi seutuhnya menjadi istri Rico. Percintaan panas semalam, menorehkan rasa sakit dan perih di hati dan ingatan Kinara.
Seharusnya, jika memang kehormatannya harus direnggut, dengan penuh kasih sayang. Bukan secara brutal seperti semalam. Itu sungguh menjadi kenangan buruk dalam ingatan Kinara.
Waktu sudah menunjuk pukul tiga pagi, matanya masih terbuka lebar. Sementara Rico langsung tertidur lelap setelah menyelesaikan hasr*tnya. Kinara pun mengambil ponsel lalu menghubungi Danu. Entah mengapa, hanya lelaki itu yang dituju padahal Kinara tahu, seberapa marahnya Rico jika mengetahui ia berhubungan dengan Danu.
Tidak ada balasan. Kinara memilih untuk mengarsipkan pesan itu dan turun dari ranjang. Rasa sakit yang masih membekas membuat Kinara meringis kesakitan. Namun, ia memaksa tubuhnya untuk berjalan secara perlahan. Ia merasa risih karena tubuhnya terasa lengket penuh keringat.
Setibanya di kamar mandi, Kinara langsung mengguyur tubuh di bawah shower. Karena bukan kamar utama, tidak ada bath-up di sana. Ia berharap semua kenangan menyakitkan semalam akan hilang. Namun, nyatanya justru yang ada adegan percintaan itu semakin jelas terbayang.
Kinara kembali menangis. Menggosok tubuhnya dengan cukup keras. Namun, karena terlalu lemah, Kinara justru tidak sadarkan diri. Ia pingsan di bawah air yang masih mengalir.
***
Kedua mata Kinara terbuka lebar. Ia merasa bukan lagi di kamarnya melainkan di rumah sakit. Ah, ya! Ruangan serba putih ini persis seperti di rumah sakit. Ia pun segera duduk. Masih merasakan nyeri yang tidak juga hilang. Seketika dirinya berpikir, apakah ia sudah mati.
Kinara mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tidak ada siapa pun di sana. Dirinya memang berada di brangkar dengan infus yang tertancap di tangan. Saat hendak turun, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Kinara melihat suaminya berjalan mendekat dengan langkah lebar.
"Kamu sudah sadar?" tanya Rico khawatir.
Melihat tatapan mata Rico, seketika tubuh Kinara gemetar. Menarik selimut sampai menutup dada dan merem*snya kuat-kuat. Melihat reaksi istrinya, rasa penyesalan di hati Rico semakin dalam.
Ia mengaku salah karena tidak bisa mengendalikan diri. Seharusnya, ia tidak berbuat sekasar itu kepada istrinya. Padahal selama ini, Rico selalu bisa menjaga hasr*t yang terkadang mengganggu ketika ia sedang bersama dengan Kinara. Namun, semalam ia benar-benar seperti kerasukan setan.
"Maaf," ucap Rico sangat lirih bahkan nyaris tidak terdengar. Kinara hanya diam. Memalingkan wajah karena tidak ingin bertatapan muka dengan suaminya. "Aku mengaku salah. Seharusnya semalam aku ...."
"Tidak perlu dibahas, Tuan. Semua memang sudah kewajiban saya. Bukankah memang seharusnya saya melayani Anda. Bagaimanapun juga, saya sudah dijual oleh orang tua saya dan dibeli oleh Anda. Bukankah seperti yang Anda katakan selama ini bahwa saya hanyalah budak Anda."
Rico mengepalkan tangan. Entah mengapa, mendengar Kinara berbicara seperti itu, hatinya merasa sangat sakit. Ia seolah sadar bahwa selama ini sudah keterlaluan kepada wanita itu.
"Anda tidak perlu meminta maaf. Bahkan, jika Anda ingin bercinta dengan saya sampai mati pun, saya akan menerima dengan ikhlas. Bagaimana juga, itu sudah tugas saya sebagai budak Anda." Kinara mengusap air mata yang mengalir tanpa sengaja.
Ia tidak boleh lemah. Harus tetap kuat. Namun, kenyataannya dirinya terlalu rapuh.
"Aku sungguh minta maaf padamu. Aku sangat menyesal." Rico hendak meraih tangan Kinara, tetapi wanita itu langsung menariknya dengan cepat. Akhirnya, ia pun hanya diam. Memang, semua butuh waktu untuk Kinara menerima semuanya.
"Ara ...."
Suara dari arah pintu, menghentikan pembicaraan mereka. Kinara menoleh dan melihat ibu mertuanya datang sambil membawa parsel buah. Kinara yang barusan sedih pun, kini tersenyum paksa. Sebenci apa pun ia kepada Rico, Kinara tidak akan menunjukkan di depan orang lain.
"Mama ...."
"Ya ampun, Sayang. Kamu kenapa? Mama buru-buru ke sini saat Rico bilang kamu masuk rumah sakit." Ibu Ratmi mencium anak menantunya. Bibirnya tersenyum saat melihat beberapa tanda merah di leher Kinara.
"Tidak apa, Ma. Aku hanya kelelahan saja."
"Ih, memang ya kalian ini. Rico, mama memang pengen cepet punya cucu, tapi kamu juga jangan ganas-ganas. Kasihan Ara," seloroh Ibu Ratmi tanpa rasa malu.
"Apa, sih, Ma!" sanggah Rico.
Menyadari tatapan sang mertua, Kinara pun langsung menutup lehernya dengan kerah baju. Lalu memalingkan wajah karena malu. Merasa suasana canggung, Ibu Ratmi pun mengajak anak menantunya mengobrol, sedangkan Rico pamit karena ia harus ke kantor.
Dalam hati Kinara merasa sangat bahagia atas perhatian Ibu Ratmi. Wanita paruh baya itu benar-benar memperlakukan Kinara seperti anaknya sendiri. Ia merasa begitu dicintai. Bahkan, kasih sayang Ibu Ratmi lebih tinggi dibanding orang tua Kinara sendiri.
Dengan telaten wanita itu menyuapi Kinara, mengajak mengobrol dan menceritakan banyak hal termasuk hal yang tidak penting sekalipun. Kinara yang merasa sedih, kini mulai sedikit bisa tertawa apalagi saya mendengar Ibu Ratmi menceritakan hal-hal yang lucu.
"Ara ... sejak kecil Rico tidak pernah dekat dengan gadis mana pun. Dia bahkan tidak pernah berpacaran. Waktu dia menceritakan tentang kamu, mama rasanya langsung sreg."
"Masa sih, Ma. Orang seperti Tu ... em maksudku Mas Rico, sudah pasti banyak yang mengincar. Sudah mapan, tampan, kaya lagi." Kinara ikut berseloroh.
"Memang. Banyak sekali yang mendekati, tapi Rico sama sekali tidak mau. Sebenarnya, Rico punya kenangan buruk."
"Kenangan buruk?" Kening Kinara mengerut dalam.
Ibu Ratmi mengangguk. "Ya, Rico pernah menjadi target penculikan. Ia dikejar dan hampir dibunuh. Tapi saat itu, ada gadis baik yang mau menolongnya. Padahal gadis itu, lebih kecil dari Rico, tapi dia berani melawan. Sampai akhirnya, pisau yang dilayangkan ke arah Rico, harus mengenai perut gadis itu."
Kinara terdiam. Entah mengapa, ia merasa seperti Dejavu. Ia mengusap perutnya yang memang ada bekas luka di sana.
"Sayangnya, saat itu kami tidak bisa mengetahui gadis itu. Kami terpaksa pindah ke luar negeri sampai hampir sepuluh tahun. Kami mencari keberadaannya, tapi tidak juga mendapatkan hasil. Rico bahkan hampir setahun tidak selera makan karena terus memikirkannya."
"Lalu, sekarang bagaimana, Ma? Apa gadis itu sudah ketemu?"
"Sudah. Rico bahkan sangat dekat dan mencintainya."
"Siapa gadis itu, Ma?" tanya Kinara masih saja penasaran.
"Untuk saat ini, kamu tidak perlu tahu. Suatu saat, kamu pasti akan tahu siapa gadis itu." Ibu Ratmi tersenyum simpul sambil mengusap puncak kepala anak menantunya dengan lembut.
Kenapa aku jadi penasaran siapa gadis itu. Aku memang pernah menolong seseorang. Tapi sepertinya itu bukan Tuan Rico. Ahh ... aku bahkan tidak bisa mengingat wajahnya dengan baik. Katanya, Tuan Rico sangat dekat dan mencintai gadis itu. Apakah mungkin gadis itu adalah .... Veronica?
jangan² nanti minta anak kakaknya diurus oleh ara kalau iya otw bakar rumahnya
kinara masih bisa sabar dan berbaik hati jangan kalian ngelunjak dan memanfaatkan kebaikan kinara jika gk bertaubat takut nya bom waktu kinara meledak dan itu akan hancurkan kalian berkeping" 😏😂