Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Papa buka pintunya, Noel mau cali mama, pasti papa yang cudah culik-culik mamanya Noel" teriak Noel sambil mengedor gedor pintu kamar orang tuanya.
"Vier, kau dengar itu? Noel mencariku" ucap Divana.
Dia yang panik berusaha menyingkirkan tubuh Xavier dari atas tubuhnya, membuat Xavier mengumpat kesal.
"Anak itu selalu saja membuat rusuh" gerutu Xavier dan menggulingkan tubuhnya ke samping.
"Salahmu, aku sudah bilang cepat tapi kau tidak mau mendengarku" ucap Divana
"Sweety... Terus bagaimana nasib burungku ini?" rengek Xavier sambil menatap miliknya yang masih berdiri tegak.
"Maaf Vier, untuk saat ini kamu harus menggunakan sabun dulu, kebetulan tadi aku sudah melihat stock sabun mandinya masih banyak" ucap Divana dan segera mengenakan pakaiannya.
Xavier turun dari atas ranjang dan mengambil boxer miliknya, ia berjalan kekamar mandi sementara Divana berjalan kearah pintu.
Ceklek...
Terlihat Noel. berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang.
"Mama, dimana papa?" tanya Noel galak.
"Papa sedang mandi sayang, kamu mau ngapain cari papa" tanya Divana.
"Noel mau talik hidungnya papa bial cepelti pinokio, papa cudah janji cama Noel katanya mau tidul belempat, tapi papa culik-culik mama" jawab Bocah kecil itu dengan hidung kembang kempis.
Divana meringis membayangkan hidung suaminya di tarik hingga panjang seperti pinokio.
Noel menerobos masuk begitu saja kedalam kamar orang tuanya, dia menatap kesana kemari mencari keberadaan papanya, dia tidak percaya dengan ucapan mamanya.
"Papa kelual, janan numpet" ucap Noel keras.
Divana menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra bungsunya, Noel benar-benar membuatnya pusing.
"Papa lagi mandi sayang, kenapa kamu tidak percaya dengan mama" ucap Divana.
"Maaf mama, Noel lagi kecal cama papa, sekalang Noel mau tungguin papa" ucap Noel sambil mengerucutkan bibirnya sebal.
Bocah kecil itu naik keatas ranjang dan duduk sambil menyilangkan kedua kakinya. Dia memangku wajahnya dengan kedua tangannya sambil menatap ke arah pintu kamar mandi.
"Noel tunggu di luar aja, papa mandinya lama" bujuk Divana.
"Nda mau, ntal papa kabul lagi" tolak bocah kecil itu.
Divana menghela nafas panjang, putranya satu ini benar-benar keras kepala. Ia hanya merasa kasihan melihat Noel yang terlalu lama menunggu Xavier. Dia tahu sang suami sedang menuntaskan hasratnya.
"Dimana Noah, sayang? Kenapa kamu tidak bermain dengan Noah" tanya Divana, masih berusaha membuat sang putra meninggalkan kamarnya.
"Noah lagi lihat bulung cama kakek, Noel nda cuka" jawab Noel.
Divana mengganggukkan kepalanya pelan, Noel memang berbeda dengan Noah, dia tidak terlalu suka dengan binatang.
"Tunggu disini jangan kemana-mana, mama ambilkan baju dulu buat papa" peringatnya kepada sang putra, dia berlalu menuju ke ruang ganti, mengambilkan baju untuk suaminya. Setelah itu ia letakkan diatas sofa.
Hampir satu jam lebih Xavier baru saja keluar dari dalam kamar mandi, dengan hanya mengenakan handuk yang di lilit di pinggangnya. Dan tangannya sibuk mengeringkan rambutnya dengan menggunakan handuk kecil.
Divana yang melihat hal itu langsung menghampiri suaminya.
"Pakai bajumu dulu nanti aku bantu keringkan rambutmu. Sudah ada menunggu mu" bisik Divana.
Xavier mengerutkan keningnya, siapa yang menunggunya sepagi ini, ia mengedarkan matanya dan melihat putranya sedang duduk sambil sambil memejamkan matanya, Kini Xavier paham siapa yang sedang menunggunya.
"Dari tadi dia di situ?" tanya Xavier.
"Eum, dia bahkan tidak capek terus duduk seperti itu. Matanya juga terpejam, sepertinya masih ngantuk" jawab Divana.
Dia membiarkan suaminya memakai bajunya terlebih dulu, setelah itu ia membantu mengeringkan rambut suaminya.
Setelah rambut Xavier kering, Pria itu melangkahkan kakinya ke ranjang, mencoba merebahkan tubuh putranya agar tidurnya nyenyak, namun tiba-tiba Noel terbangun.
"Sudah beles mandinya" ucap Noel membuat Xavier terkejut, ia mengira putranya itu sedang tidur.
"Kamu tidak tidur" tanya Xavier mengerutkan keningnya.
"Memangnya ciapa yang tidul, Noel cuma melem doang cebental. Tapi tidak tidul" sanggah Noel.
Xavier merotasi bola matanya malas, dia menatap putranya sambil bersedekap.
"Terus ngapain kamu cari papa?" tanya Xavier dengan wajah galak.
Bukannya menjawab, Noel justru bangkit dari duduknya, dan tanpa aba-aba dia langsung saja menarik hidung mancung papanya. membuat Xavier terpekik.
"Aaaa..... Sakit sayang, kenapa kamu menarik hidung papa"pekik Xavier sambil berusaha melepaskan tangan putranya dari hidungnya.
"Ciapa culuh papa tipu-tipu Noel, katanya mau tidul belempat tapi papa culik-culik mama. Cekalang lacakan pembalasan Noel" bocah kecil itu sangat perhitungan kepada papanya.
"Kasur kamu sempit makanya papa pindahin mama" Xavier beralasan.
"Beli kacul balu aja, bial bica tidul belempat" seru Noel yang tidak pernah kehabisan akal.
"Iya nanti papa belikan, tapi lepas dulu hidung papa" bujuk Xavier.
Akhirnya Noel melepaskan hidung papanya, Xavier menatap sebal putranya itu. Gara-gara dia, jadi gagal unboxing istrinya, dan sekarang dia menarik hidungnya hingga merah. Benar-benar minta di retur pikir Xavier.
"Sweety dulu kamu ngidam apa sih kenapa putramu seperti ini" gerutu Xavier sambil mengusap hidungnya yang terasa panas.
"Mana aku tahu, kan waktu itu yang ngidam kamu" sahut Divana dan berlalu masuk kedalam kamar mandi.
Xavier mendengus sebal, ia mencoba mengingat masa ngidamnya dulu, dulu saat ngidam ia suka memakan makanan yang pedas pedas, ia juga selalu mengejek Michelle.
"Sepertinya aku kena karma gara-gara sering mengejek si cadel itu" gumam Xavier.
Lalu Xavier membawa putranya keluar dari kamarnya, mereka turun kebawah menuju ke ruang makan, di sana sudah terlihat kedua orang tuanya dan juga putra sulungnya.
"Pagi mi, pi" sapa Xavier kepada kedua orang tuanya. tak lupa dia juga menyapa Noah putranya.
"Pagi sayang" ucapnya
"Pagi papa" balas Noah.
Xavier mendudukan Noel di samping Noah, setelah itu dia menarik kursi di sebelah kiri papinya dan duduk di kursi tersebut.
"Wajahmu kenapa masam begitu Vier?" tanya Justin.
"Gara-gara dia" jawab Xabier sambil melirik Noel sebal.
Kening Justin mengeryit, kenapa putranya itu menyalahkan cucunya, "memang apa yang dia perbuat sampai membuat wajahmu seperti itu" tanya Justin penasaran.
"Gagal buat adonan" jawab Xavier singkat, membuat Justin langsung tertawa terbahak-bahak, ia tahu betul perasaan putranya, pasti sakitnya sampai ubun-ubun.
Xavier mendengus sebal melihat papinya yang menertawakannya.
Selang berapa lama Divana turun dan ikut gabung di ruang makan.
"Maaf, Diva terlambat pi, mi" ucap Divana tidak enak hati.
"Tidak masalah sayang, kita juga belum mulai" sahut Sarah tersenyum.
"Khem" dehem Justin berusaha menghentikan tawanya.
"Ayo kita mulai sarapannya" ucap Justin.
Sarah dan Divana mulai melayani suaminya masing-masing, wanita itu mengisi piring suaminya dengan nasi dan juga lauk.
"Terima kasih Sweety" ucap Xavier sambil menerima piring dari tangan istrinya.
Divana menggangguk, dan giliran membantu kedua putrinya mengambilkan nasi dan juga lauk.
"Terim kasih mama"
"Telima kacih mama"
Ucap mereka berdua.
Kini mereka mulai memasukkan makannya kedalam mulut, mereka makan dengan begitu tenang, tidak ada obrolan dari mereka.
"Hari ini kalian mau kemana" tanya Sarah setelah menyelesaikan makananya.
"Aku berencana berencana mengajak mereka untuk mencari sekolah baru, mi" jawab Xavier sambil mengusap mulutnya dengan tisu.
Setelah berpamitan Xavier mengajak Divana serta kedua putranya mengelilingi Jakarta mencari sekolah baru untuk mereka.