Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Kayla menatap dalam ke arah Bram. Tatapan penuh tanya tersirat di wajahnya.
“Kenapa bukan ayah yang menikahkan aku, Yah?” tanya Kayla sekali lagi penuh rasa kecewa.
Setahu Kayla, setiap wanita akan dinikahkan oleh ayah kandungnya kecuali ayah atau walinya sudah tidak ada dibolehkan wali hakim untuk menikahkannya. Namun, di saat dia akan menikah, ayahnya tidak melakukan perannya sebagai ayah.
“Sayang, saat ini ayah tidak bisa menikahkanmu,” ujar Bram meminta pengertian dari sang putri.
Dengan penuh rasa kecewa, Kayla pun mengikuti prosesi akad nikah tanpa memperhatikan calon suaminya. Begitu juga dengan Raffa, sedikitpun dia tidak memperhatikan wanita yang akan dipersuntingnya.
“Saya terima nikahnya Kayla Bramantyo dengan mahar 10 gram emas 24 karat dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!” ujar Raffa dengan lantang dan tegas.
“Sah!” sahut para saksi.
“Alhamdulillah,” sorak riuh para tamu memberikan do’a dan restu atas pernikahan mereka.
Terulas senyuman licik di wajah Rita, istri Bram yang sedari dulu memang tidak pernah menyukai keberadaan Kayla di rumahnya.
“Silahkan sang suami memberikan seperangkat maharnya!” perintah penghulu pada Raffa.
Raffa mengambil seserahan yang telah disiapkan untuk pengantin wanita. Lalu memberikannya pada wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya tanpa melihat wajah sang istri. Kayla menerima seserahan yang diberikan sang suami dengan menunduk. Dia meraih tangan Raffa lalu menyalami tangan pria yang kini sudah sah menjadi imamnya.
“Tuhan, jadikanlah pria ini sebagai imamku dan menuntunku menuju syurga-Mu!” gumam Kayla berdo’a di dalam hati.
Prosesi akad nikah, para tamu menikmati semua hidangan yang telah disediakan. Kayla dan Raffa menyalami para tamu undangan yang memberi ucapan selamat pada mereka. Mereka masih belum mengetahui wajah pasangan mereka masing-masing, karena Kayla masih banyak menunduk sedangkan Raffa enggan untuk melihat istrinya.
Hari pun mulai gelap, para tamu undangan pun mulai pulang ke rumah masing-masing. Para anggota keluarga pun beristirahat di ruang keluarga.
“Kayla, terima kasih kamu sudah mau membantu keluarga bibi,”ujar Lina merasa bersalah pada gadis itu.
“Bi, kalian adalah keluarga Kayla. Kay akan melakukan apapun untuk kalian,” ujar Kayla menyentuh hati Lina.
“Semoga kamu bahagia dengan suamimu, Nak. Bibi tidak bisa membalas semua kebaikkanmu ini,” gumam Lina di dalam hati.
Dia hanya meneteskan air matanya sambil menatap sendu pada gadis belia yang periang dan baik hati itu.
“Bi, Kayla masuk kamar dulu,” ujar Kayla lalu melangkah meninggalkan Lina.
Kayla masuk ke dalam kamar yang pengantin. Dia membuka riasan yang ada di tubuhnya. Dia menatap pantulan dirinya di cermin meja rias.
Kayla teringat pada acara sakral yang baru saja dilaksanakan, dia masih bertanya-tanya tentang wali hakim yang menikahkannya.
“Yah, apakah aku ini bukan anak kandungmu?” gumam Kayla di dalam hati.
Dia merasa hancur membayangkan kenyataan pahit, jika memang dia bukanlah anak kandung dari keluarga Bramantyo.
“Apakah ini alasan Ibu Rita membenciku?” Kayla terus bertanya-tanya di dalam hatinya.
“Aku harus tanyakan semua ini pada ayah, tapi sekarang bukanlah waktu yang tepat.”
Tok tok, terdengar pintu kamar diketuk, Kayla menoleh ke arah pintu. Dia langsung meraih selendangnya yang terletak di atas tempat tidur lalu mengenakan hijab panjang berwarna senada dengan gamis pengantin yang dikenakannya. Dia melangkah menuju pintu, lalu membuka pintu kamar dengan wajah menunduk. Dia masih enggan untuk melihat suaminya.
“Boleh aku masuk?” tanya sang suami pada istrinya.
Kayla mengangguk, lalu melangkah mundur membiarkan pria itu masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan khusus untuk pengantin.
Raffa menutup pintu lalu mengunci pintu itu agar tak ada seorang pun yang bisa mengganggunya. Kayla melangkah mengikuti Raffa dan berdiri di pinggir tempat tidur masih dengan wajah tertunduk.
“Duduklah!” perintah Raffa setelah dia duduk di atas tempat tidur.
“Ta-tapi.” Kayla masih takut untuk menghadapi kehidupan suami istri.
Dia tidak berani mendekati sang suami, dia belum siap memberikan hak suaminya saat ini.
“Duduklah! Aku takkan menyentuhmu!” ujar Raffa dengan nada dingin.
Dengan ragu Kayla pun duduk di ujung tempat tidur, berjaga-jaga agar sang suami tidak langsung meminta haknya.
“Aku takkan menyentuhmu hingga aku benar-benar bisa melupakan wanita yang kucintai,” ujar Raffa.
“Apa? Dia mencintai wanita lain, lalu mengapa dia menikahiku?” gumam Kayla di dalam hati penuh tanda tanya.
Kayla mengangkat wajahnya, dia menatap sang suami. Pria yang tampan, dengan postur tubuh sempurna. Mata biru nan teduh, rahang yang keras serta bibir yang merah menambah kesempurnaan ciptaan Tuhan yang bernama Raffa.
Kayla terpukau dengan ketampanan yang dimiliki oleh sang suami.
“Kita harus melakukan kesepakatan,” ujar Raffa tanpa menoleh ke arah Kayla yang mulai kagum dengan sang suami.
“Aku tidak akan menyentuhmu, hingga kuliahmu selesai seperti kesepakatan yang telah kamu ajukan padaku,” ujar Raffa.
Mata Kayla berbinar bahagia, itu artinya dia akan tetap melanjutkan kuliahnya tanpa memikirkan kehidupan rumah tangga yang baru saja terbina ulah perjodohan yang dilakukan oleh piha orang tua mereka.
“Maksudmu?” lirih Kayla pelan.
“Aku memiliki angan-angan untuk menjadi seorang motivator, saat ini aku dalam proses penyelesain S1 –ku.” Raffa mulai menceritakan kisahnya.
“Tapi, Ayahku menginginkanku untuk melanjutkan bisnis yang telah dirintisnya selama ini. Dengan percaya diri aku mengiyakan keinginannya dengan mengajukan beberapa syarat salah satunya mencarikan wanita yang mau menikah denganku tanpa mengenal siapa aku,”
“Aku yakin, pada masa sekarang takkan ada wanita yang mau menikah dengan pria mana pun tanpa mengenal calon suaminya. Ternyata aku salah,” ujar Raffa menyindir Kayla.
“Setelah pernikahan ini, kita akan kembali pada kehidupan kita sebelumnya. Aku dengar kamu kuliah di Universitas berasrama di Jakarta, itu artinya kamu akan terjaga di sana tanpa ada aku di sampingmu,”
“Aku akan menafkahi semua kebutuhanmu selama kuliah, dan aku meminta maaf padamu. Aku tidak bisa mencintaimu seperti yang kau harapkan karena ada wanita lain telah mengisi hatiku,” ujar Raffa menutup pembicaraan mereka.
Ada rasa sakit terbesit di hati Kayla, karena pernikahan yang akan dijalani hanya berupa sebuah kesepakatan bukan pernikahan bahagia yang didamba-dambakan oleh semua wanita. Namun, dia juga merasa lega karena kuliahnya tidak akan terganggu walaupun dia sudah menikah.
“Bersihkanlah tubuhmu, aku akan keluar sebentar. Setelah itu kamu tidurlah!” perintah Raffa.
Raffa kembali melangkah keluar kamar, sementara itu Kayla masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Selang beberapa menit, Kayla keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan gamis panjang serta hijab yang menutupi lekuk tubuhnya. Dia pun menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslimah setelah itu, Kayla beranjak tidur.
Dia harus menjaga staminanya, karena esok hari akan diadakan resepsi pernikahan yang diselenggarakan di sebuah gedung ternama di kota Padang. Di Padang sudah menjadi tradisi untuk melaksanakan resepsi pernikahan keesokkan hari setelah akad Nikah.
Saat mata Kayla sudah terpejam, Raffa masuk ke dalam kamar. Matanya langsung tertuju pada wanita cantik yang lengkap dengan penutup auratnya tengah berbaring tertidur lelap.
“Subhanallah, wanita itu!” gumam Raffa di dalam hati.
Bersambung . . .
.
.
.
.
Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏
Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .
- Like
- Komentar
- Hadiah
dan
-Vote
Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏