Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
029 - The Trials (3)
Keheningan menyelimuti mereka, hanya diselingi oleh suara-suara samar pertempuran yang masih berlangsung di kejauhan. Bisikan jahat itu, untuk saat ini, telah lenyap. Gray mengamati medan perang dari balik reruntuhan, matanya tajam mengamati pergerakan pasukan yang masih terlibat pertempuran sengit. Ia melihat bagaimana kedua belah pihak mulai kelelahan, gerakan mereka menjadi lambat, serangan mereka kurang efektif.
"Rencanaku adalah membiarkan mereka semua bertarung sampai hanya sedikit orang yang tersisa,"
Kata Gray, suaranya rendah, penuh perhitungan.
"Kita bisa mengalahkan mereka setelah itu. Mereka pasti kelelahan dan jumlahnya pasti sedikit."
Serlina mengangguk, meskipun ia masih terlihat takut. Ia belum sepenuhnya pulih dari pengalaman mengerikan di tengah-tengah pertempuran. Namun, ia mempercayai Gray, mempercayai kemampuan kepemimpinan yang tiba-tiba muncul dari bocah laki-laki itu.
Mereka menunggu. Menunggu pertempuran mencapai titik kritis, menunggu kelelahan meruntuhkan kekuatan kedua pasukan. Waktu terasa berjalan lambat, setiap detik terasa seperti sebuah abad. Gray terus mengamati medan perang, menilai situasi, mencari celah dan kesempatan. Pedang misterius itu masih terasa dingin di tangannya, memberikannya kekuatan namun juga beban berat tanggung jawab.
Lama-kelamaan, pertempuran mulai mereda. Jumlah korban jiwa terus bertambah, banyak yang terkapar tak bergerak. Yang tersisa hanyalah beberapa kelompok kecil yang masih saling berhadapan, kelelahan terlihat jelas di wajah-wajah mereka. Beberapa dari mereka bahkan saling berhadapan dengan senjata diturunkan, terlalu lelah untuk melanjutkan perkelahian.
Gray menyadari ini adalah saat yang tepat. Ia menoleh ke Serlina, memberikan isyarat.
"Sekarang,"
Bisiknya.
Namun, sebelum mereka dapat bergerak, sebuah peristiwa tak terduga terjadi. Sebuah cahaya terang menyilaukan muncul dari tengah medan perang, menyapu bersih sisa-sisa pasukan yang masih bertempur. Cahaya itu begitu intens, membuat Gray dan Serlina menutup mata mereka. Ketika cahaya mereda, medan perang berubah total. Tidak ada lagi pertempuran, tidak ada lagi korban. Hanya keheningan yang mencekam, diselingi oleh angin yang berdesir di antara reruntuhan. Sesuatu yang baru, dan jauh lebih membingungkan, telah terjadi.
Keheningan pasca-cahaya menyilaukan itu terasa mencekam. Gray dan Serlina masih tertegun, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Lalu, suara itu kembali. Tidak lagi sebagai bisikan, tapi jelas dan lantang, menggema di antara reruntuhan.
"Apa yang terjadi?"
Gray bertanya, suaranya bergetar sedikit karena keheranan.
Sebelum Serlina dapat menjawab, suara itu menyahut, penuh dengan nada mengejek yang tak terduga.
"Aku menarik kata-kataku,"
Suara itu berkata,
"Kalian sangat pintar, aku suka itu. Tapi itu bukanlah tantangan sebenarnya. Kalahkan itu, dan kalian akan lulus."
Suara itu berhenti sejenak, dan Gray serta Serlina saling bertukar pandang, bingung. Itu? Apa yang dimaksud itu?
Tiba-tiba, dari tengah-tengah reruntuhan di depan mereka, muncul sebuah sosok. Sosok itu mengenakan baju besi hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, menghalang pandangan mereka akan bentuk dan rupa aslinya. Baju besi itu berkilauan aneh di bawah cahaya redup, memancarkan aura yang dingin dan mengancam. Sosok itu berdiri tegak, diam, namun kehadirannya terasa sangat kuat, menekan.
Gray merasakan kekuatan gelap di dalam dirinya bergetar, merespon kehadiran sosok berbaju besi itu. Pedang misterius di tangannya terasa semakin berat, seolah-olah menariknya ke arah sosok tersebut. Serlina mundur selangkah, matanya terpaku pada sosok misterius itu, tangannya mengepal erat.
Sosok berbaju besi itu tetap diam, tidak bergerak, hanya menatap mereka berdua dengan aura yang tak terbaca. Keheningan kembali menyelimuti mereka, keheningan yang jauh lebih menegangkan daripada keheningan sebelumnya. Gray tahu, tantangan baru telah tiba. Dan tantangan ini, jauh lebih misterius daripada sebelumnya. Ia harus mengungkap apa itu "itu" yang dimaksud oleh suara tersebut, dan mengalahkannya. Tetapi bagaimana?
Sebelum mereka melakukan apapun, makhluk itu mengayunkan pedang besarnya ke arah mereka, Gray menangkisnya namun ia terpental sangat jauh.
Serlina, dengan kecepatan yang mengejutkan, menghilang tepat sebelum pedang raksasa itu mengenai dirinya. Gray, meskipun terhempas dan merasakan nyeri menusuk di lengannya, bangkit dengan susah payah. Darah segar membasahi tanah di sekitarnya. Sosok berbaju besi itu, yang kini terlihat lebih jelas karena pergerakan Serlina, ternyata memiliki tinggi yang luar biasa—hampir dua kali lipat tinggi Gray. Pedang besar yang digenggamnya memancarkan cahaya hitam pekat yang menyeramkan.
"Kau kuat,"
Suara berat dan dalam terdengar, keluar dari balik topeng baju besi yang menutupi wajahnya.
"Tapi, kau masih terlalu lemah."
Gray menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang menggebu. Pedang misterius di tangannya bergetar, seakan-akan beresonansi dengan kekuatan gelap dalam dirinya. Ia merasakan potensi kekuatan yang jauh lebih besar daripada yang pernah ia gunakan sebelumnya, tetapi ia belum mampu mengendalikannya sepenuhnya. Kekuatan itu terasa liar, tak terkendali, seperti binatang buas yang haus darah.
Serlina muncul kembali di sisi Gray, wajahnya pucat tetapi matanya berkilat dengan tekad. Ia mendekatkan diri ke Gray, meletakkan tangannya di lengan yang terluka. Sebuah cahaya lembut mengelilingi luka tersebut, dan Gray merasakan nyeri berangsur-angsur mereda. Perdarahan pun berhenti.
"Kita harus bekerja sama,"
Bisik Serlina, suaranya rendah dan tenang, kontras dengan situasi yang genting.
"Kita perlu memanfaatkan kekuatan kita masing-masing."
Sosok berbaju besi itu mengayunkan pedangnya sekali lagi, serangannya lebih cepat dan lebih kuat daripada sebelumnya. Gray, dengan bantuan kekuatan penyembuhan Serlina, mampu menghindari serangan itu dengan hanya selisih rambut. Ia melihat kesempatan. Serlina menghilang, muncul di belakang raksasa berbaju besi itu, menusuk titik lemah di baju besi dengan pisau kecilnya. Pisau itu tidak menembus, tetapi menimbulkan percikan api yang cukup mengalihkan perhatian. Di saat itu juga, Gray melompat, kekuatan gelap di dalam dirinya meledak. Ia mengeluarkan seluruh kekuatan yang ia miliki dalam satu serangan dahsyat, mengarahkannya tepat ke jantung baju besi.
Namun, serangan itu dipantulkan. Gelombang kejut yang dihasilkan menjatuhkan Gray dan Serlina ke tanah. Sosok berbaju besi itu hanya sedikit terhuyung. Tantangan ini terbukti jauh lebih sulit daripada yang mereka perkirakan.
"Kau masih jauh dari cukup kuat,"
Suara itu bergema lagi, "Tapi… aku akan memberimu kesempatan lain." Sosok itu menghilang, meninggalkan Gray dan Serlina dalam keheningan yang berat. Di sekitar mereka, reruntuhan medan perang seakan menyaksikan kegagalan mereka. Gray terbatuk, merasakan rasa pahit di tenggorokannya. Ia harus menemukan cara yang lebih efektif. Ia harus lebih kuat.
"Belum… masih belum,"
Gumam Gray, suaranya serak, lebih berat daripada biasanya. Ia berdiri, tubuhnya bergetar—bukan karena kelemahan, melainkan karena kekuatan gelap yang menggelegak di dalamnya. Kekuatan itu terasa seperti cairan kental yang memenuhi setiap pori-porinya, mendesak untuk dilepaskan. Pedang misterius di tangannya berdenyut seirama dengan detak jantungnya yang bergemuruh, resonansi yang menyakitkan namun juga memberdayakan. Kepalanya berdenyut-denyut hebat, rasa sakit yang menusuk bagai ribuan jarum menusuk otaknya. Namun, rasa sakit itu tergantikan oleh gelombang kekuatan yang dahsyat, membangkitkan semangat juang yang membara.
Ia merasa lebih kuat, lebih tangguh daripada sebelumnya. Sosok berbaju besi itu masih berdiri di tempatnya, terdiam. Keheningan di antara mereka berdua terasa mencekam, dipenuhi oleh antisipasi yang menegangkan. Aura kekuatan gelap yang menyelubungi Gray seakan menantang aura kegelapan yang terpancar dari baju besi itu. Sosok tersebut menunggu. Menunggu Gray menyerang.