Queen Elyra

Aula perjamuan dipenuhi cahaya lilin yang berpendar lembut, menciptakan suasana yang anggun dan megah.

Para bangsawan Eldrath berkumpul bersama tamu kehormatan dari Kerajaan Valmero. Mereka berpakaian jubah sutra dan gaun berkilauan.

Malam ini adalah malam yang penting, di mana hubungan diplomatik antara dua kerajaan diperkuat melalui pesta yang mewah.

Di tengah ruangan, Lyra duduk dengan anggun dalam balutan gaun biru keperakan. Ia tetap tenang meskipun bisa merasakan tatapan remeh dari para bangsawan Eldrath yang masih memihak Selina.

Namun, perhatian Lyra teralihkan ketika seorang pelayan membisikkan sesuatu ke telinga Ratu, membuat ia terpaksa meninggalkan pesta, dan menyuruh Lyra untuk mengambil alih sebagai tuan rumah.

Beberapa saat kemudian, langkah ringan terdengar mendekat, dan semua mata beralih ke sosok yang baru saja masuk ke aula.

Sierra mengenakan gaun merah yang mencolok, wajahnya dihiasi senyum manis yang tampak dibuat-buat. Meskipun ia seharusnya tidak memiliki tempat dalam perjamuan resmi ini, tetapi Sierra melangkah dengan percaya diri seolah-olah ia memang diundang.

Para bangsawan yang memihaknya tersenyum melihat kehadiran nya, sementara yang lain berbisik tak percaya.

Tanpa ragu, Sierra berjalan mendekati tempat Lyra duduk.

"Yang Mulia Putri Elyra", ucapnya dengan suara lembut namun cukup nyaring untuk menarik perhatian semua orang.

"Saya begitu bahagia bisa menghadiri perjamuan ini. Dan sebagai tanda penghormatan, saya ingin memberikan hadiah kecil pada anda", senyum terlihat menyebalkan.

Lyra menatap Sierra dengan tenang.

"Hadiah apa?", Lyra merasa sedikit trauma dengan hadiah Sierra tempo hari.

Sierra tersenyum lebih lebar. Ia menepuk tangan nya, dan seorang pelayan mendekat, membawa sebuah kotak kayu hitam berukiran emas. Kotak itu tampak elegan, tetapi ada sesuatu yang terasa aneh mengenai benda tersebut.

Pelayan itu meletakkan kotak itu di meja, tepat di depan Lyra.

"Saya yakin Yang Mulia akan menyukai ini", ucap Sierra lembut, tetapi ada kilatan licik di matanya.

Ruangan menjadi hening saat Lyra membuka kotak itu perlahan. Di dalamnya, tergeletak sehelai kain sutra berwarna abu-abu gelap dengan bordiran simbol tertentu.

Beberapa bangsawan terkejut, dan beberapa langsung menutup mulut mereka dengan kipas. Seorang wanita bangsawan tetawa kecil.

Bisikan pelan mulai menyebar di antara para tamu. Semua mata mulai beralih ke arah Lyra, menunggu reaksinya.

Lyra tetap tenang, meskipun ia belum sepenuhnya memahami makna kain itu.

Namun, Pangeran Darian dari Valmero, yang duduk tidak jauh dari sana, mengangkat alisnya dan berbicara dengan nada datar namun tajam.

"Hadiah yang... menarik", ucap Pangeran Darian lalu menatap Sierra, "apakah ini pilihan yang disengaja?".

Sierra pura-pura terlihat bingung "tentu saja, Yang Mulia. Ini adalah kain berkualitas tinggi dari pengrajin terbaik".

Charlotte yang sedari tadi diam saja, akhirnya melangkah mendekati Lyra. Dia tidak tahan melihat kepura-puraan Sierra.

"Yang Mulia, kain itu adalah warna duka bagi para selir yang jatuh dari kasih sayang Raja", ucap Charlotte pada Lyra.

Lyra memandang kain itu sekali lagi. Hadiah ini bukan sekadar kain. Itu adalah penghinaan terselubung yang dikemas dalam bentuk elegan.

Selina tetap tersenyum, berpura-pura tak menyadari apa yang telah ia lakukan.

"Bukankah itu benar, Yang Mulia? Anda hanya lah istri kedua", ucap Sierra dengan nada lembut.

Lyra mengulurkan tangan dan menyentuh kain itu dengan lembut, lalu tersenyum kecil.

"Sungguh hadiah yang... bermakna", katanya, suaranya tetap tenang, "saya harus berterima kasih kepada anda, Lady Sierra".

Beberapa bangsawan mulai bergumam di antara mereka, memperhatikan betapa Lyra menanggapi penghinaan ini dengan anggun. Namun, sebelum situasi menjadi lebih tegang, Darian kembali berbicara.

"Di kerajaan kami, kain seperti ini hanya diberikan kepada wanita yang telah melalui cobaan besar dan keluar sebagai pemenang", katanya, menatap Lyra dengan penuh arti.

"Mungkin ini adalah pertanda bahwa Putri Elyra akan semakin bersinar setelah melewati semua tantangan yang ada", Darian tersenyum ramah pada Lyra.

Sierra terdiam, wajahnya menegang sesaat sebelum ia cepat-cepat memaksakan senyumnya kembali.

...****************...

Lyra mengambil kain itu dari dalam kotak dan menyerahkan nya kepada Anya.

"Pastikan ini disimpan dengan baik. Aku akan menjadikan nya sebagai tirai di kamarku".

Beberapa bangsawan yang awalnya menunggu reaksi buruk dari Lyra kini terdiam, mengagumi ketenangan nya.

Namun, seseorang di meja utama tampak kurang senang dengan perkembangan ini. Sejak awal, Cedric hanya diam, tetapi kini tatapan memandang Darian tajam. Dengan berani dia membela Lyra.

Ethan yang pergi ke luar kota untuk beberapa minggu. Sempat membuat Cedric tenang, namun kini, seorang pria asing menunjukkan ketertarikan pada istrinya.

Cedric tak melepaskan pandangan nya dari Darian. Auranya terlihat menakutkan, bagai hewan buas yang siap menerjang mangsanya.

...****************...