Ini kelanjutan kisah aku istri Gus Zidan ya, semoga kalau. suka🥰🥰🥰
****
"Mas, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil tercengang, matanya membesar sempurna, ia ingin sekali beranjak dari tempatnya tapi kakinya untuk saat itu belum mampu ia gerakkan,
"Apa?" Ia duduk lebih tegap, mencoba memastikan ia tidak salah dengar.
Gadis itu menganggukan kepalanya pelan, kemudian menatap Gus Syakil dengan wajah serius. "Saya bilang, saya mau menikah dengan Anda."
Gus Syakil menelan ludah, merasa percakapan ini terlalu mendadak. "Tunggu... tunggu sebentar. mbak ini... siapa? Saya bahkan tidak tahu siapa Anda, dan... apa yang membuat Anda berpikir saya akan setuju?"
Gadis itu tersenyum tipis, meski sorot matanya tetap serius. "Nama saya Sifa. Saya bukan orang sembarangan, dan saya tahu apa yang saya inginkan. Anda adalah Syakil, bukan? Anak dari Bu Chusna? Saya tahu siapa Anda."
Gus Syakil mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba memahami situasi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Godaan sang suami
Malam ini, Sifa begitu bosan di depan tv, tidak ada acara yang bagus, tidak ada pesan di ponselnya atau group kelasnya selain membahas soal reoni yang ada di adakan, ingin rasanya ia tidak datang Minggu depan tapi beberapa teman dekatnya mamaksa karena kebetulan acaranya diadakan di Blitar.
Sifa menoleh ke arah ruang kerja Syakil, pintu itu tertutup sejak magrib tadi dan sepertinya Syakil tidak keluar dari sana selain sholat, ia begitu penasaran dengan apa yang Syakil lakukan di ruang kerja. Ia pun memutuskan untuk membuat secangkir teh dan menyusul Syakil dengan membawakan secangkir teh yang baru saja ia buat sebagai alasan.
"Mas Syakil ...., boleh masuk nggak?" tanya Sifa yang sudah berada di ambang pintu, sepertinya Syakil tidak menyadari sata pintu terbuka karena terlalu serius.
Menyadari Sifa akan masuk, Syakil pun dengan cepat menutup laptopnya yang tampanya masih menyala.
"Masuk, Sifa."
Sifa pun tidak membuang waktu, ia berjalan perlahan mendekati sang suami,
"Lagi ngerjain tesis ya?" tanya Sifa dan Syakil pun hanya mengangguk.
"Aku bawakan teh hangat untukmu." ucapnya lagi sembari menyerahkan teh itu pada Syakil.
"Terimakasih," jawab Syakil sembari menyeruput teh hangatnya kemudian meletakkan kembali ke atas meja.
Sifa pun menyandarkan bokongnya di atas meja dan tepat berada di depan Syakil, "Pasti sulit ya buat kamu cari uang sambil menyelesaikan kuliah. Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan, aku bisa kok buat bantu-bantu ngetik atau ngedit." ucap Sifa sembari membungkukkan badan nya hingga posisi mereka begitu dekat, jika mereka bukan suami istri pastilah Sifa dianggap sebagai penggoda dengan posisi seperti itu.
Syakil mencoba menjauh, ia tidak begitu nyaman dengan posisi ini, apalagi saat wajah Sifa begitu dekat, "Tidak masalah, jangan khawatir. Aku masih bisa sendiri."
Sifa pun tersenyum karena berhasil menggoda suaminya, "Tegang sekali wajahnya,"
"Issttttt," Syakil mendengus kesal melihat ekspresi puas dari Sifa. "Oh iya, tadi udah aku transfer uangnya untuk kamu. Sedikit lebih banyak, aku harap kamu bisa mengelolanya dengan baik." ucap Syakil kemudian begitu mengintanya.
Sifa mengerutkan keningnya, "Yang kemarin cukup kok, kenapa di tambah?" tanya Sifa heran, ia sudah mulai terbiasa dengan hidup hemat bahkan kebiasaanya berbelanja seolah kini lenyap, setiap kali ingin berbelanja ia malah melihat harga dan diskon tidak seperti dulu, ia yang lebih suka dengan harga mahal dan branded tentunya.
"Tidak pa pa, siapa tahu kamu membutuhkan sesuatu, atau jika kamu ingin beli baju, beli saja." ucap Syakil sambil tersenyum dan mendongakkan kepalanya menghadap Sifa yang masih duduk di depannya dengan posisi yang lebih tinggi.
Membayangkan uangnya banyak, Sifa malah terlihat bingung, ia pun mengangkat kedua bahunya, "Yahhh, nanti aku pikirkan."
Sejenak mereka kembali hening, Syakil pun kembali menyeruput tehnya.
"Mas, bagaimana perkembangan kakinya?" tanya Sifa sembari memperhatikan kaki Syakil. Ini sudah satu Minggu semenjak terapi pertama.
"Baik," jawab Syakil singkat.
"Syukur deh, asal mas Syakil rajin terapi, insyaallah pasti akan segera sembuh." ucap Sifa merasa lega.
Syakil terbengong, ia tidak percaya apa yang baru saja di ucapkan oleh Sifa, "Coba katakan sekali lagi." kali ini syakil yang mendekat, bahkan kedua tangannya berada di sisi Sifa di atas meja.
"Mas pasti akan sembuh." jawab Sifa lagi.
"Bukan itu, yang lengkap." ucap Syakil lagi semakin dekat.
Sifa seolah memutar memorinya, ia mencari kata yang tertinggal, "Insyaallah, mas pasti akan sembuh." jawab Sifa ragu.
Dan Syakil pun tersenyum, "Rasanya adem...," ucapnya sedikit berbisik.
"Apanya? Tehnya?" tanya Sifa sembari melirik ke arah tehnya.
"Hatiku," bisik Syakil lagi membuat Sifa terpaku, jantungnya berdetak hebat,
Sifa pun mengerutkan keningnya, "Mas...,"
Syakil tersenyum dan memundurkan tubuhnya, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerjanya, "Aku bicara serius."
"Jangan menggoda." Sifa mengerucutkan bibirnya, pura-pura ngambek tapi pipinya memerah.
"Itu pipinya merah," goda Syakil lagi membuat Sifa semakin malu.
"Awas ya...,"
Sifa hendak mencubit lengan Syakil tapi dengan cepat Syakil malah menarik tubuh Sifa hingga terjerembab di tas pangkuan Syakil,
"Mas Syakil, lepasin." protes Sifa yang hendak turun tapi Syakil menahannya.
"Kenapa? Nggak suka?" tanya Syakil membuat Sifa bingung. Ia bukan tidak suka tapi perasaannya terasa tidak nyaman.
"Bukan gitu. Aneh aja." jawab Sifa sekenanya.
Kringgggg kringgggg kringgggg
Tiba-tiba ponsel Syakil berdering membuat obrolan mereka terhenti, ternyata dari bundanya. Sifa hendak turun tapi Syakil tetap menahan Sifa dengan melingkarkan lengannya di perut Sifa, ia meminta Sifa tetap di posisinya. Ternyata bunda Chusna melakukan video call.
"Assalamualaikum, bunda." sapa Syakil kemudian setelah video call terbuka.
"Waalaikumsalam," tampak ada ekspresi kaget saat melihat Sifa juga ada bersama Syakil, "Sifa juga di situ ya, syukurlah. Bagaimana kabar kalian?"
"Alhamdulillah baik bund, Banda sendiri bagaimana?" tanya Sifa kemudian mencoba bersikap ramah pada ibu mertuanya.
"Bunda baik,"
"Bunda sehat kan?" tanya Syakil memastikan."
"Alhamdulillah, sehat. Jadi bunda cuma mau kasih tahu kalau besok sidang terakhir perceraian bunda. Doakan semuanya lancar ya, nak."
"Iya, pasti bunda. Semoga setelah ini bunda mendapatkan kebahagian yang bunda impikan." ucap Syakil menanggapi sedangkan Sifa memilih diam karena ia tidak tahu menahu urusan perceraian ibu mertuanya bahkan ia belum begitu kenal, selama ini ia hanya ngobrol melalui telpon dan hanya bertemu satu kali di rumah sakit waktu itu, sedangkan bapak mertuanya, belum pernah bertemu sama sekali, bahkan sepertinya Syakil juga tidak pernah berhubungan dengannya.
"Aamiin. Ya sudah kalian baik-baik ya di situ, bunda kangen. Semoga bulan depan bunda bisa berkunjung."
"Jangan memaksakan diri bund, Sifa menjagaku dengan baik. Jadi jangan khawatir." ucap Syakil sambil tersenyum dan melirik ke arah Sifa.
"Syukurlah, terimakasih Sifa." ucap sang bunda pada Sifa.
"Iya bund, sama-sama." jawab Sifa merasa sungkan.
"Ya sudah, bunda tutup dulu ya, maaf bunda ganggu, kalian lanjutkan saja. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Telpon pun tertutup, tapi Sifa tampak bingung, ia menatap sang suami,
"Lanjutin apa?" tanya Sifa polos.
Syakil menunjukkan posisi mereka saat ini,
"Astaghfirullah hal azim," Sifa terperanjat dan turun dari pangkuan Syakil, "Ihhh, jadi malu kan sama bunda. Kita kan jadi di kira ngapa-ngapain." kepuh Sifa.
"Kenapa malu? Bunda kan jadi mikir kalau kita mau....," Syakil menghentikan ucapannya sembari tersenyum jahil pada Sifa.
"Mau apa?" tanya Sifa jutek.
"Mau ngaduk adonan." jawab Syakil dengan senyum yang masih sama tapi sepertinya Sifa gagal fokus.
"Adonan?"
Syakil menganggukkan kepalanya meyakinkan, "Hemmmm, adonan."
"Kue?" tanya Sifa lagi masih belum faham.
"Baby." jawab Syakil dan mata Sifa langsung membulat sempurna.
"Mas...., nggak lucu ya." ucap Sifa sembari menjejakkan kakinya dengan kasar ke lantai kemudian meninggalkan ruangan Syakil, meninggalkan Syakil yang tersenyum puas karena berhasil menggoda sang istri.
Bersambung
malu 2 tapi mau🤭
saranku ya sif jujur saja kalau kamu yg nabrak syakil biar gak terlalu kecewa syakil nya
pasti dokter nya mau ketawa pun harus di tahan....
krn gak mungkin juga lepas ketawa nya...