DALAM TAHAP REVISI TANDA BACA
Jangan lupa follow IG Author : tiwie_sizo08
Karena insiden yang tak diinginkan, Zaya terpaksa harus mengandung benih dari seorang Aaron Brylee, pewaris tunggal Brylee Group.
Tak ingin darah dagingnya lahir sebagai anak haram, Aaron pun memutuskan untuk menikahi Zaya yang notabenenya hanyalah seorang gadis yatim piatu biasa.
Setelah hampir tujuh tahun menikah, rupanya Aaron dan Zaya tak kunjung mejadi dekat satu sama lain. perasaan yang Zaya pendam terhadap Aaron sejak Aaron menikahinya, tetap menjadi perasaan sepihak yang tak pernah terbalaskan, hingga akhirnya Aaron pun memilih untuk menceraikan Zaya.
Tapi siapa sangka setelah berpisah dari Zaya, Aaron justru merasakan perasaan asing yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Jatuh cintakah ia pada Zaya?
Akankah akhirnya Aaron menyadari perasaannya dan kembali bersama Zaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelahiran Albern
Karena waktu persalinan Zaya yang sudah semakin dekat, akhirnya Aaron memutuskan untuk mengumumkan secara resmi status pernikahannya. Ia mengadakan semacam pertemuan yang digelar di perusahaannya.
Aaron mengumumkan bahwa dia telah menikah beberapa bulan yang lalu dan sekarang tengah menunggu kelahiran anak pertamanya. Adapun alasannya tidak menggelar pernikahan secara terbuka adalah karena ingin melindungi privasi istrinya.
Alhasil seluruh Brylee Group menjadi gempar. Setiap orang pasti mengatakan keterkejutannya akan berita tersebut. Pasalnya, selama ini bos mereka itu tak pernah terlihat menggandeng seorang wanita. Bahkan beberapa anak perempuan dari relasi bisnisnya harus gigit jari karena selalu diabaikan oleh Aaron. Dan sekarang, sang Direktur Utama mengatakan bahwa dia sudah menikah serta akan segera memiliki anak pula. Sungguh sebuah kejutan yang tak terduga.
Sementara itu, di rumah, Zaya tampak sedang menonton tv. Kebetulan siaran tv yang Zaya tonton adalah acara gosip yang tengah mengupas kehidupan pribadi seorang pengusaha muda, yang tak lain adalah Aaron Brylee. Sepertinya karena pengumuman pernikahannya yang mengejutkan itu, Aaron hari ini menjadi trending topic yang dibicarakan banyak orang.
Ditampilkan juga para wanita yang selama ini terang-terangan mengejar Aaron dan berakhir dengan diabaikan, padahal mereka kebanyakan adalah para gadis cantik dan kaya. Mulai dari putri seorang pengusaha, seorang model sampai dengan seorang penyanyi terkenal. Tapi kini, mereka semua harus gigit jari karena Aaron telah mengatakan jika dia sudah mempunyai istri. Meskipun tak ada yang tahu seperti apa istri Aaron tersebut.
Tanpa disadari, hati Zaya merasa senang. Zaya lega saat melihat para wanita cantik itu mengetahui jika Aaron sudah memiliki istri. Cemburukah Zaya? Entahlah. Tetapi sejak kejadian sepulang dari rumah sakit itu, hubungan Zaya dan Aaron ada sedikit kemajuan. Mereka bahkan telah beberapa kali mengulang aktivitas suami istri seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Seorang pelayan paruh baya datang membawa buah-buahan yang telah dipotong untuk Zaya, membuat Zaya beralih sejenak dari siaran tv yang ditontonnya.
Pelayan itu biasa dipanggil Bu Asma. Dia adalah pelayan paling senior yang telah bekerja sejak Aaron kecil. Semua pelayan lainnya sangat hormat padanya. Bahkan Aaron juga menghormatinya.
Dulu Bu Asma bekerja kepada kedua orang tua Aaron. Lalu setelah Aaron mempunyai rumah sendiri, Aaron pun mengajak bu Asma ikut bersamanya.
"Dimakan dulu buahnya, Nyonya." Bu Asma meletakkan sepiring buah-buahan di hadapan Zaya.
Zaya pun mengiyakan.
Mata Bu Asma lalu beralih pada kaki Zaya yang agak membengkak. Bu Asma berlalu, kemudian kembali dengan membawa minyak pijat.
"Biar saya pijat kakinya, Nyonya. Kaki Nyonya bengkak," ujar Bu Asma sambil meraih kaki Zaya.
Zaya yang awalnya hendak menolak pun akhirnya hanya bisa pasrah membiarkan perempuan paruh baya itu memijat kakinya.
"Nyonya sedang menonton Tuan rupanya," goda Bu Asma saat melihat kearah tv.
Zaya tersipu. Seperti anak gadis yang ketahuan berpacaran oleh ibunya. Sifat keibuan Bu Asma memang mampu mengobati kerinduan Zaya akan kehadiran sosok ibu dalam hidupnya. Itulah sebabnya ia menganggap Bu Asma seperti ibunya sendiri.
"Tuan Aaron tampan, ya, dilihat dari tv," ujar Bu Asma sambil memandang ke arah tv.
"Aslinya juga tampan ...," jawab Zaya tanpa sadar. Buru-buru dia menutup mulutnya karena telah kelepasan berbicara.
Bu Asma tersenyum maklum. Ia tahu istri tuannya ini sudah mulai punya perasaan cinta, tetapi berusaha untuk menutupi.
"Tuan Aaron tidak hanya tampan, Nyonya, tapi juga sangat baik. Saya sekeluarga sudah sangat banyak berhutang budi pada Tuan," tutur Bu Asma.
"Satu-satunya hal buruk tentang Tuan Aaron adalah Tuan kurang bisa menunjukkan perasaannya. Meski Tuan menyukai seseorang, Tuan tidak akan terang-terangan menunjukkanya," sambung Bu Asma lagi.
Zaya tampak mencerna kata-kata Bu Asma.
"Jadi benar kalau sebelum menikah Aaron tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan manapun?" tanya Zaya penasaran.
"Setahu saya, satu-satunya perempuan yang pernah dekat dengan Tuan Aaron hanyalah Nona Carissa," jawab Bu Asma.
"Nona Carissa?"
"Iya. Nona Carissa adalah teman masa kecil Tuan. Orang tua mereka adalah rekan bisnis, sekaligus bersahabat. Jadi sejak kecil mereka sering bersama-sama. Tapi Nyonya, pertama kali mengenal Nona Carissa, Tuan sangat tidak menyukainya. Katanya Nona Carissa itu tidak sopan dan berisik, suka sekali mengganggu Tuan. Tapi lama-kelamaan mereka jadi berteman." Bu Asma sedikit tertawa saat bercerita.
"Lalu sekarang?" tanya Zaya lagi.
"Saya kurang tahu. Saya dengar Nona Carissa sedang merintis karinya di luar negeri. Nona Carissa itu seorang pianis," jawab Bu Asma.
Zaya terlihat menangguk-anggukkan kepalanya. Dia membayangkan betapa cantik dan berkelasnya sosok Carissa itu. Perempuan yang bisa dekat dengan Aaron.
"Jadi, Nyonya, saran saya lebih baik Nyonya seperti Nona Carissa saja supaya bisa meluluhkan hati Tuan Aaron," sambung Bu Asma lagi menasehati.
"Hah?" Zaya tidak mengerti.
"Maksud saya, Nyonya harus lebih berinisiatif pada Tuan, supaya Tuan tahu Nyonya menyukainya dan jadi tidak ragu menunjukkan perasaanya pada Nyonya."
Apa? Lebih berinisiatif?
Zaya tidak tahu hal buruk apa yang akan terjadi kalau dia berinisiatif seperti yang Bu Asma katakan tadi. Bisa-bisa Aaron langsung menendangnya keluar dan menceraikannya. Membayangkannya saja membuat Zaya ngeri.
"Saya tidak seberani itu ...," sesal Zaya.
Bu Asma tersenyum.
"Nyonya jangan terlalu khawatir. Tuan Aaron tidaklah sekejam itu. Tuan sangat pengertian meskipun sikapnya agak dingin," ujarnya menenangkan.
"Tuan Aaron sama persis seperti Nyonya Ginna," sambung Bu Asma Lagi.
"Nyonya Ginna?"
"Iya, Nyonya Ginna. Ibunya tuan Aaron."
Zaya buru-buru menutup mulutnya. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menebak kalau yang dimaksud Bu Asma itu adalah ibunya Aaron. Menantu macam apa yang tidak tahu nama ibu mertuanya sendiri.
Zaya memang tidak tahu apa-apa tentang kedua orang tua Aaron. Karena memang sejak sebelum menikah dengan Aaron, Zaya tidak pernah bertemu keduanya. Aaron juga tidak pernah menceritakan tentang orang tuanya. Satu-satunya hal yang akan mereka berdua bahas saat bertemu hanyalah tentang calon anak mereka.
Zaya masih berniat untuk terus menanyakan banyak hal yang berhubungan tentang Aaron, tapi kemudian ia merasakan perutnya menegang, mulas, dan nyeri. Lalu tiba-tiba terdengar suara seperti bunyi sesuatu meletus.
"Astaga, Nyonya, air ketubannya pecah!" pekik Bu Asma saat melihat cairan yang mengalir di betis Zaya. Bersamaan dengan itu perut Zaya pun menjadi semakin mulas dan melilit.
"perruttku ... ssakit ... Buu ...." Zaya tampak kesusahan bicara. Rasa sakit itu terasa begitu menghujam dan tiba-tiba, membuatnya nyaris tak punya keseimbangan bahkan hanya untuk sekedar berdiri.
Dengan dibantu oleh seorang sopir, akhirnya Zaya dibawa kerumah sakit terdekat. Bu Asma juga terdengar telah menghubungi Aaron, hingga Aaron tinggal menyusul ke rumah sakit saja.
Zaya telah berada di dalam ruang bersalin saat Aaron datang. Tampak dokter tengah mempersiapkan peralatan untuk membantu Zaya melakukan persalinan.
Zaya terlihat sangat kesakitan. Sesekali ia menjerit dengan suara tertahan. Wajahnya telah dipenuhi dengan keringat sebesar biji jagung. Dan bibirnya pun tampak mendesis menahan sakit. Melihat semua itu Aaron menjadi sangat cemas.
"Segera lakukan persiapan untuk operasi, Dokter! aku ingin istriku melahirkan secara sesar!" pinta Aaron dengan nada tinggi dan memerintah.
Karena cemas, tanpa sadar Aaron memanggil Zaya dengan sebutan 'istriku'. Itu adalah pertama kalinya sejak beberapa bulan pernikahan mereka. Airmata Zaya sampai tak sengaja menetes mendengarnya.
Dokter yang menangani Zaya tampak bingung. Pasalnya pada pertemuan terakhir Aaron sudah menyetujui saat Zaya menginginkan untuk melahirkan secara normal. Lagipula saat ini sebenarnya kondisi Zaya bisa dibilang baik, hanya saja ia sedang mengalami kontraksi otot rahim dan proses pembukaan leher rahim yang memang terasa sangat menyakitkan. Hal itu sangat normal dan dialami semua calon ibu yang akan melahirkan.
Tangan Zaya menarik ujung lengan baju Aaron. Ia menatap Aaron lalu menggeleng lemah.
"Aku ingin melahirkan secara normal, Aaron ...," pintanya di sela-sela rasa sakit.
"Tapi, Zaya ...."
"Kumohon," pinta Zaya lagi sebelum Aaron sempat menyelesaikan kata-katanya.
Aaron membuang nafas kasar. "Baiklah, terserah kau saja," kata Aaron akhirnya. Ia nampak terlihat tidak suka.
Proses persalinan pun dilanjutkan. Aaron duduk di sisi zaya, sambil sesekali mengusap-usap kepalanya, seakan ingin menenangkan seperti yang pernah dia lakukan pada perut Zaya sebelumnya.
Zaya menoleh dengan wajah menahan sakit.
"Genggam tanganku, Aaron," pinta Zaya lirih.
Aaron menurutinya. Digenggamnya tangan Zaya erat, seolah ingin menyalurkan kekuatan pada istrinya itu.
Dan setelah tiga jam lamanya, perjuangan Zaya pun berakhir.
"Oeeekkk ... oeeekk ... oeeekk ...." Suara bayi menggema diruangan itu, memenuhi gendang telinga.
Aaron terkesiap. Jantungnya seperti berhenti berdetak. Suara tangis anaknya itu sekilas membuatnya kehilangan kesadaran.
Aaron menatap bayi mungil itu dengan takjub. Menyentuh sedikit dari ujung jari-jari kecilnya. Sungguh ia telah dibuat semakin jatuh cinta dengan anaknya itu, makhluk kecil yang mewarisi separuh genetiknya.
"Selamat, Tuan. Putra Anda telah lahir dengan sehat dan sempurna." Dokter memberikan selamat, dibalas anggukan oleh Aaron.
"Terima kasih, Dokter," lirih Aaron. Untuk pertama kalinya dalam hidup Aaron dia berterima kasih dengan tulus kepada orang asing.
Setelah Zaya dan anaknya dibersihkan. Bayi mungil itu diberikan pada ibunya untuk disusui. Dan tak butuh waktu lama, bayi itu pun tertidur.
"Anda mau menggendongnya, Tuan?" tanya perawat yang membantu Zaya.
Mata Aaron langsung berbinar.
"Apa boleh?" tanyanya meyakinkan.
Perawat itu mengangguk, kemudian memberikan bayi mungil itu ke dalam gendongan Aaron. Awalnya Aaron merasa canggung. Tapi tak lama kemudian, dia sudah bisa menyesuaikan diri.
Perlahan Aaron mendekat dan duduk di sisi Zaya terbaring sambil menggendong sang anak. Ditatapnya Zaya sebentar, sebelum kemudian pandangannya jatuh kepada bayi mungil yang tengah dia gendong.
"Albern ...," ujarnya.
"Namanya Albern Brylee," tambahnya lagi.
"Baby Al," timpal Zaya sambil tersenyum.
Aaron juga ikut tersenyum dan mengangguk setuju.
Mereka kemudian hening. Menikmati momen yang mereka sendiri masih belum bisa percayai. Menyaksikan kelahiran putra tampan yang meski masih bayi tapi tampak sudah sangat mempesona.
Zaya membingkai pemandangan di hadapannya. seorang Ayah yang tengah menggendong putranya, nampak terlihat sangat bahagia. Detik itu Zaya menyadari, bahwa ia telah jatuh dengan sangat dalam ke dalam pesona kedua lelaki di depannya ini.
Bersambung....
Author ga bakalan bosen buat minta kalian like.
Like dong......😁
jangan sedikit-sedikit marah, menangis 😭 dan Mengabaikan suami.
bisa-bisanya mamanya dikasi. zombie
baru merasa kehilangan ya Aaron
waktu zaya kau menghina dan menyeretnya seperti sampah di rumah mu menyakiti nya di tempat tidur dia tetap memaafkan dan bertahan padamu.
dia tidak meminta hartamu Aaron hanya kasih sayang perhatian atau lebih tepatnya CINTA.
tapi setelah berpisah baru kau merasa kehilangan
masih waras kah Aaron?
karena zaya patut di perjuangkan
seganti g apapun laki-laki kalau tak bisa menghargai ya percuma