Dante, pria kejam yang hidup di dunia kelam, tak pernah mengenal rasa iba. Namun segalanya berubah saat ia bertemu Lea, gadis lugu yang tanpa sengaja menjadi saksi pembunuhannya. Lea, seorang guru TK polos, kini menjadi obsesi terbesarnya—dan Dante bersumpah, ia tidak akan melepaskannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Malam yang sunyi,angin menerpa cukup membuat seluruh tubuh lia merinding karena kedinginan,tapi dia menahan sekuat tenaga dengan menggosok-goskan kedua tangannya berharap ada rasa hangat.
Dion yang memperhatikan itu berusaha acuh,namun dia masih memiliki hati nurani nya,dengan gerakan santai dia membuka jas nya dan menempelkan nya kebadan lia.
Lia reflek mendongakan kepalanya,beberapa detik mata mereka saling bertemu. "jangan salah paham,aku melakukan ini karena kau adalah kakak lea. Gadis yang aku sukai!" jelas dion dengan membenarkan posisi nya kembali.
ada rasa sakit di hati nya,namun dia menepis semua pikiran nya,"dion benar,aku harus tahu diri."gumam nya dalam hati mencoba menguatkan diri.
"kenapa kamu bisa menyukai adik ku?"tanya lia memberanikan diri.
Dion menoleh,lalu tersenyum kecil,pandangan mendongak ke arah langit,matanya menyipit memperhatikan para bintang yang bersinar di atas langit.
Sementara lia masih menunggu jawaban,"karena dia unik!"jelas nya pelan dengan tersenyum kecil membayangkan wajah lea yang berada di atas langit.
"unik?"lirih lia dengan pelan,dion menganggukan kepalanya."iya dia sangat unik,waktu pertama kali kita bertemu,dia menolongku dari seorang rampok. Dan yang membuatku kagum dan lucu adalah saat dia sendiri ketakutan namun dia masih memikirkan nasib orang lain."jelas nya dengan pandangan tidak beralih sama sekali, matanya masih betah menatap bintang di atas langit.
Lia tersenyum kecil,memaksaka senyum nya masih terukir di sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Lea menangis sesenggukan di atas ranjang nya,matahari pagi masuk ke dalam jendela yang besar di dalam kamar nya.
"apa kamu akan terus menangis di sana?"tanya dante yang sudah berada di depan pintu kamar lea,membuat lea terperanjat kaget.
"kau bertanya?!"ucap lea dengan menghapus air matanya,hidung nya sangat merah,dan mata nya sangat bengkak.
Lea berdiri dan dia berjalan cepat ke arah dante,"kau telah mencium ku bajingan!"ucap nya dengan menekankan setiap perkataan nya,lea sangat muak dengan keadaan dante,dia ingin pergi namun percuma saja karena dante sudah membeli dirinya,pasti nya dante akan mudah menangkap dan menemukan nya.
"aku baru mencium mu,belum meniduri mu."jawab dante dengan santai,dia menaikan satu alis nya membuat lea sangat muak.
"sudahlah...pergi dari kamarku,aku malas berdebat dengan mu. Apasi tujuan mu membeli ku atau hanya akan mengurung ku."omel nya dengan menatap tajam dante.
dante terkekeh dia sangat gemas melihat kelakuan lucu dan menggemaskan wajah gadis itu,"baik lah...kamu mau kemana akan aku kabulkan sekarang!"ucap nya santai membuat mata lea berbinar.
"benar kah?"tanya nya berusaha meyakinkan,takut nya dante hanya akan mempermainkan perasaan nya.
"ya aku tidak main-main dengan perkataan ku!"ucap nya seperti tahu isi pikiran gadis di depan nya itu.
"baiklah...."ucap nya pelan,dia berbalik arah berjalan ke arah jendela,menatap matahari pagi yang sangat cerah,"aku ingin jalan jalan!"ucap nya sambil berbalik arah menatap manik mata dante.
"hanya jalan-jalan?"tanya dante merasa aneh.
Lea mengangguk cepat dengan wajah yang ceria.
"bersiap lah!"ucap dante dengan berbalik arah meninggalkan lea begitu saja,"gadis unik"gumam nya sambil terus berjalan santai.
sekarang meraka berada di mall terbesar di kota nya,lea mengerutkan dahi nya ,lalu mendongak menatap ke arah dante yang berada di sebelah nya,tidak lupa di belakang mereka ada beberapa pengawal. Dante jaga-jaga siapa tahu gadis kecil ini akan kabur dan lari.
"kenapa ke sini?"tanya nya heran.
"kau tidak suka?"dante berbalik bertanya,tanpa menoleh sama sekali ke arah lea.
"suka sekali...."bisik nya sangat pelan,Begitu melihat toko es krim, mata Lea langsung berbinar. Tanpa berpikir panjang, dia berlari ke sana, nyaris melupakan kehadiran Dante.
Lea berbalik arah ternyata dante tidak mengejarnya ,bahkan sama sekali tidak mengikutinya,lea menghela nafas panjang dia berjalan kembali ke arah di mana dante berdiri.
"Ayo! Aku mau es krim!" seru Lea sambil menarik tangan Dante tanpa ragu. Pria itu sedikit terkejut jarang ada yang berani bersikap seperti ini padanya.
"aku mau es krim paling mahal dan enak di sini,tenang dia yang bayar."ucap lea dengan semangat,tidak lupa dia menunjuk dante kepada pelayan tersebut.
"aku mulai ragu bahwa dia adalah guru tk."gumam nya pelan,dante terus menatap lea ,dia ragu bagaimana bisa gadis seceroboh ini bisa menjadi guru tk.
matahari mulai naik ke atas,pertanda sudah tengah hari,namun lea menolak pulang menggunakan mobil,lea berinisiatif untuk jalan kaki,sudah lama dia tidak berjalan kaki.
Lea berjalan kaki di trotoar di dampingi dengan dante,dan di belakang nya di ikuti pengawal dengan menaiki mobil,itu sangat menganggu bagi lea,namun dia sekarang hanya seorang gadis yang sudah di jual oleh ayah nya sendiri. Bahkan dia tidak hak atas kehidupan nya sendiri.
"jika kau sudah lelah silahkan naik mobil,aku masih ingin berjalan kaki. Percayalah aku tidak akan kabur."ucap lea mulai membuka suara,dia sungguh risih berjalan di sebelah pria yang dingin tanpa senyuman itu.
Satu detik...dua detik...tidak ada jawaban dari dante,lea menyipitkan matanya,lalu menghela nafas panjang."terserah" gumam nya pelan.
Dante tetap berjalan di sampingnya, matanya lurus ke depan. Lea mungkin merasa dia acuh, tapi sebenarnya Dante diam-diam memperhatikan. Gadis ini memang keras kepala. Tapi entah kenapa, dia membiarkannya.
Di tempat lain, jauh dari langkah kaki Lea yang mulai terasa berat, seorang wanita sedang sibuk dengan pekerjaannya. Lia. Dia menatap nanar ke luar jendela, matanya menangkap sosok yang begitu familiar. Lea. Adiknya. Namun, bukan kebebasan yang ia lihat melainkan Lea yang berjalan di samping pria asing. Tampan, mapan, tapi tetap asing. Hatinyanya mencelos. Jika Lea sudah bebas, kenapa dia tidak mencarinya? Kenapa justru berjalan bersama pria lain?
"lea?"lirih nya pelan,dia ingin mengejar namun tiba tiba langkah nya terhenti.
Lia mengerutkan kening nya,"apa dia sudah bebas?tapi kenapa bersama orang lain?kenapa tidak menemui ku?"gumam nya merasa kecewa atas kelakuan adik nya.
Lia mundur perlahan berusaha mengabaikan keadaan adik nya,walaupun hatinya dan pikiran nya ingin sekali memeluk dan menanyakan bebrapa pertanyaan,tapi dia tahan sekuat mungkin.
"ternyata dia sudah bahagia dengan pria asing itu,apa pria itu yang menolong lea?dan lea memilih tinggal bersama nya dan melupakan keluarga nya sendiri?"lirih nya pelan menerka -nerka apa pemikiran nya tepat atau tidak.