Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Dua hari berlalu, dan kini Marlin sudah mulai masuk kerja. Dia berangkat menggunakan setelah hitam dengan kemeja putih di dalam blazernya.
Rambut keritingnya ia ikat asal agar tidak terlalu mengganggu wajah. Sementara kawat gigi, ternyata dia tak bisa membukanya sekarang karena belum tuntas dengan perawatannya.
Marlin tengah berdiri di depan jalan menuju gedung besar khayalannya itu, yang kini akan menjadi tempatnya bekerja.
Berkali-kali ia menarik nafas dalam untuk mengatur suasana hatinya. Tangannya pun nampak beberapa kali meremas tas bekal, yang disiapkan ibunya sejak pagi tadi.
“Ayolah, Marlin. Ini tidak terlalu buruk. Setidaknya disini kau bukan seorang pengangguran,” gumamnya pada diri sendiri.
Sekali tarikan nafas panjang dan hembusan kuat, menjadi awal langkahnya memasuki La’ Grande.
Kali ini, dia berjalan dengan penuh percaya diri, karena ini adalah dunia ciptaannya, dan setidaknya dia tau sedikit tentang tempat tersebut.
Marlin masuk dan diarahkan oleh resepsionis untuk masuk ke ruang rapat di lantai dua.
Di sana sudah ada sekitar empat orang, dan kini menjadi lima dengan datangnya Marlin.
“Selamat pagi,” sapa gadis itu.
Semua pun menoleh.
“Selamat pagi. Masuklah,” ucap salah seorang di sana dengan ramah.
Sementara sisanya, hanya melihat aneh kepada Marlin.
Pasti karena penampilan ini, gerutu Marlin dalam hatin.
Namun, gadis itu tetap memaksakan senyum meski terasa kaku.
“Kemarilah,” ucap pegawai baru itu.
Dia duduk di kursi yang kosong dekat dengan orang tadi.
“Namaku Julia Mo. Kau bisa panggil aku Julia. Aku sebenarnya mahasiswa magang disini. Tapi, mereka memintaku untuk ikut dengan kalian,” ucapnya sembari mengulurkan tangan.
“Marlin Yang. Aku pegawai baru di sini. Apa jurusan yang kau ambil?” jawab Marlin mencoba akrab.
“Aku menejemen dan bisnis. Kalau kau, Marlin?” tanya Julia.
“Ah... a... aku hanya mengikuti pelatihan desain saja,” jawab Marlin ragu.
“Benarkah? Wah... berarti kau sangat berbakat, sampai direkrut tanpa latar belakang pendidikan tinggi. Aku jadi penasaran dengan mu,” puji Julia.
“Kau berlebihan. Aku hanya beruntung saja,” sahut Marlin canggung.
“Oh, iya... Aku tinggal di sekitar sini. Dimana kau tinggal?” tanyanya.
“Aku tinggal di distrik Aster. Kau tahu, sisi utara kota ini,” jawab Marlin.
“Wah... benarkah? Itu tempat yang indah. Aku sesekali ke sana saat mengunjungi saudaraku,” ucap Julia.
“Kau punya saudara yang tinggal di sana?” tanya Marlin.
“Ehm... ada satu. Kapan-kapan saat aku ke sana, boleh aku mampir ke tempatmu?” tanya Julia.
“Tentu saja,” jawab Marlin.
Julia, gadis berambut pendek itu terlihat sangat bersahabat. Dia terus mengajak bicara Marlin tanpa segan, hingga membuat Marlin merasa nyaman disana.
Saat mereka asik berbincang, beberapa pegawai baru kembali berdatangan.
Ku pikir, aku yang terakhir, batin Marlin.
Kini semuanya sudah berkumpul. Total pegawai baru yang mulai kerja hari ini ada delapan, dan akan bekerja di beberapa bagian.
“Selamat pagi,” sapa seseorang dari bagian personalia, yang akan memandu brifing di hari pertama ini.
Semua orang berdiri menyambut kedatangan orang tadi.
“Perkenalkan, saya Morina Lee. Saya dari bagian personalia, yang hari ini akan menjelaskan profil dan peraturan singkat di kantor ini."
"Di akhir agenda nanti, saya akan bagikan ID card, yang juga sekaligus access pass kalian untuk bisa masuk ke dalam gedung,” jelas Morina.
Semuanya nampak mendengarkan dengan serius.
Morina pun lalu mempersilakan semuanya untuk kembali duduk, dan memulai presentasinya.
Para pegawai baru nampak serius menyimak, dan mencatat hal-hal apa yang perlu mereka ingat.
Namun dari sekian orang, hanya Marlin dan Julia yang terlihat begitu santai.
Marlin hanya mencatat nama Setiap orang yang ada di sana saat sesi perkenalan tadi, untuk berjaga-jaga.
Dia pencipta La’ Grande yang tau semuanya tentang perusahaan. Namun, dia punya kelemahan. Dia tak tau sosok nyata tokoh ciptaannya dan tokoh sampingan atau NPC yang ada di dalamnya.
Dia bahkan tak menceritakan jalinan antar anggota keluarga tokoh utama, dan hanya berfokus pada sekitar aktifitas di perusahaan.
Kenapa dia tidak menulis apapun? Apa menurutnya ini tak penting, karena dia hanya mahasiswi magang? Batin Marlin, saya melihat Julia yang sedari tadi terus menyimak dengan santai.
“Baiklah. Sekarang saya akan tampilkan bagan singkat mengenai pimpinan yang ada di La’ Grande,” ucap Morina.
Dia pun menekan tombol panah pada pointer-nya, hingga terpampanglah slide berisikan foto para pimpinan di sana.
“Di atas sana adalah direktur utama La’ Grande, Tuan besar Wang. Atau lebih tepatnya Tuan Julius Wang,” terang Morina.
Terlihat sosok pria tua yang penuh dengan karisma. Wajahnya nampak tegas dan kuat, meskipun keriput sudah banyak memenuhi area tersebut.
Itu si tua keras kepala yang terus mencoba memisahkan tokoh utamaku, gerutu Marlin.
“Berikutnya adalah Daanish Lau, Kepala bagian personalia La’ Grande. Ku dengar kemarin beliau ikut mewawancarai kalian,” sambung Morina.
Tepat! Pria itu memang Daanish. Sama persis dengan yang aku tuliskan, batin Marlin lagi.
Morina terus memperkenalkan semua orang di layar, hingga yang terakhir tersisa kepala bagian desain dan marketing.
“Ini adalah kepala bagian Marketing kita, Camelia Yu. Dan terakhir kepala bagian desain, Ethan Wang,” ucap Morina.
Marlin terus memperhatikan kedua sosok itu dengan serius.
Ini dia tokoh utamanya. Ethan dan Camelia. Si cantik dan si tampan di La’ Grande. Benar-benar pasangan serasi, batin Marlin antusias.
Selama Brifing panjang, beberapa kali pembicara berganti. Hingga akhirnya pada pukul sebelas, beberapa orang terlihat masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Perkenalkan, mereka ini yang akan mengantarkan kalian, ke tempat dimana kalian semua akan bekerja dari masing-masing divisi,” ucap Morina.
Ada tiga orang perwakilan divisi yang hadir, dan mereka mulai memanggil pegawai yang akan bergabung dengan divisi mereka.
Marlin tentu saja pergi bersama perwakilan divisi desain, sementara Julia dengan divisi perencanaan.
“Sampai ketemu di cafetaria bawah saat makan siang Marlin,” ucap Julia.
“Baiklah,” sahut Marlin.
Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️
Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰