Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membuat Rencana
Liu Liyan membawa nampan berisi dua mangkuk sup, dua piring tumisan daging dan sayur, serta 4 buah talas rebus kedalam kamar.
Seperti biasanya jika makan malam, ia akan menikmatinya bersama sang suami.
"Ini apa...?" tanya Xiao Yun melihat talas disup dan piring.
"Talas." Liu Liyan mendekatkan sumpit kemulut Xiao Yun "ini enak, cobalah...!"
Xiao Yun mendesis sebelum akhirnya membuka bibirnya.
Tekstur talas yang lembut, manis dan gurih. Memenuhi mulut, membuat mata elang Xiao Yun berkilau puas.
"Enak sekali, dari mana kau tahu kalau talas ini bisa dimakan..?"
Tentu Xiao Yun merasa aneh, sejak dulu Liu Liyan sering kehutan dan pasti menjumpai banyaknya talas juga ubi gajah.
Tapi tak sekali pun ia mengambilnya, karena wanita itu tak pernah ada cerita kesiapa pun.
Kedua bahu Liu Liyan terangkat "entahlah, tiba-tiba saja aku ingin mencoba memakan mereka. Makanya tadi aku mengambil cuma sedikit untuk dicoba."
"Kalau begitu, besok ajak Yue'er dan Yan'er untuk mengambil talas lagi."
Liu Liyan mengangguk.
Dengan telaten Liu Liyan menyuapi suaminya, sembari menjejalkan makanan kemulutnya sendiri.
"Oya, aku berencana besok akan membuat gula dan kerupuk." kata Liu Liyan penuh semangat.
Hidung Xiao Yun seketika saja terasa gatal.
Gula, yang benar saja.
Lalu apa itu kerupuk..?
"Suamiku, kau tahu..? sebenarnya gula terbuat dari tebu dan dihutan banyak sekali tanaman itu yang siap panen."
Mata Xiao Yun meruncing "apa itu tebu..?"
Liu Liyan pun menjelaskan tanaman tebu yang dimaksud. Selain itu, ia juga memberi tahu ada bahan lain untuk bisa menghasilkan pemanis sejenis madu.
Cara pembuatan kerupuk juga Liu Liyan jabarkan, serta semua ide usaha yang ingin secara bertahap ia jalankan.
"Sayang, kau...
Lidah Xiao Yun mendadak kelu. Matanya menelisik sosok wanita cantik dihadapannya.
"Aku masih Liu Liyan, istrimu." sungut ketus dengan bibir tercebik, mengerti apa yang difikirkan suaminya.
Xiao Yun terkikik, mencubit gemas pipi merona sang pemilik hati.
"Aku akan menghasilkan uang yang banyak dan membawamu keklinik Zheng-Zhou."
"Terimakasih..!" ucap tulus Xiao Yun, membelai lembut wajah cantik Liu Liyan.
"Kita ini suami istri, tidak mengenal kata terimakasih."
Sebagai suami, Xiao Yun tentu saja mendukung semua rencana Liu Liyan.
Mau itu baik atau buruk, selama Liu Liyan disisinya. Xiao Yun pasti akan membela.
Ia juga berharap semoga segera sembuh, agar bisa membantu sang istri dan kembali keakademi untuk mengikuti ujian provinsi.
Setelah membereskan bekas makan, Liu Liyan membantu suaminya mengelap badan lalu berganti baju.
Efek lelah berburu, begitu bertemu bantal Liu Liyan langsung mendengkur terlelap.
Wajah cantiknya terlihat damai dan tenang, membuat Xiao Yun tak pernah bosan memandang.
"Aku sangat beruntung karena dimiliki oleh wanita hebat sepertimu."
Bisik Xiao Yun mengingat awal pertemuan dengan Liu Liyan dan semua pengorbanan yang telah diberikan wanita itu.
Menjilat kakek dan neneknya demi sang ibu dan kedua adiknya agar tidak ditindas.
Membantu pekerjaan Guo Xia dan Xiao Yue.
Diam-diam menyelipkan koin perunggu dan perak dibawah bantal tidurnya.
Mengirim makanan baik kerumah atau keuniversitas.
Menghajar para wanita yang mengejar-mengejar dirinya.
Setiap berburu, tangkapannya langsung dijual dan hasilnya pasti akan dibagi sama rata. Separuh untuk Liu Dayan dan separuh lagi diberikan pada Guo Xia.
Disaat semua mundur meninggalkan, Cuma Liu Liyan yang bertahan dan malah senang karena saingannya berkurang.
"Dimasa depan, aku akan menggantinya dengan banyak kebahagian. Aku sangat menyayangimu istriku..!"
Xiao Yun mencium mesra kening Liu Liyan, sebelum akhirnya memejamkan mata guna menyusul kealam mimpi indah bersama.
Pagi hari, Liu Liyan memberi tahu semua rencananya pada ibu mertua dan kedua adiknya.
Mereka berempat pun mengerti dan sepakat setelah semua pekerjaan rumah selesai, Liu Liyan akan pergi kehutan bersama Guo Xia dan Xiao Yue.
Sedangkan Xiao Yan ditinggal dirumah untuk menjaga dan menyuapi sang kakak lelaki.
Memanen tebu, talas serta umbi gajah. Menjadi tujuan utama mereka, sebelum nanti kehutan bambu untuk mencari rebung dan jamur.
Karena semalam sudah diberi tahu fungsi tebu, jadi Guo Xia dan Xiao Yue tak banyak bertanya lagi.
"Tebunya dipotong seukuran keranjang, agar tidak ada yang melihat dan tahu metode pembuatan gula."
Intruksi Liu Liyan.
Setidaknya sampai dia bisa mengumpulkan banyak uang, baru resep membuat gula akan dibocorkan.
Guo Xia, Yue dan Yan amat mempercayai Liu Liyan. Jadi apapun yang dilakukan dan ucapkan pastilah bagi mereka adalah sebuah kebenaran.
Pada saat yang sama, nyonya Gong sedang mengomel dirumahnya. Mengutuk langit dan bumi, lalu membaca mantera mengundang petir untuk dikirimkan kerumah keluarga cabang kedua.
Kabar mengenai Liu Liyan yang membawa pulang babi dan rusa, baru nyonya Gong dengar.
Murkanya kian menebal, setelah tahu jika semua hasilnya dijual oleh Liu Liyan.
"Perempuan liar tak tahu diri, tidak punya etika dan sopan santun. Punya daging tapi tidak berbagi keorangtua, kurang ajar..!"
Nafas nenek Gong memburu, wajah keriputnya menghitam.
Jika memiliki ilmu kebatinan, dapat dilihat jika ubun-ubun wanita tua itu mengeluarkan asap hitam yang amat pekat.
Dulu Liu Liyan selalu bersikap manis, menjilat memanjakannya dengan membawakan makanan enak. Sesekali juga memberikan uang walau cuma 5 atau 10 wen.
Tanpa nyonya Gong tahu, itu semua cuma acting belaka. Agar Liu Liyan bebas datang kapan saja kerumah utama.
"Perempuan jalang tidak tahu terimakasih, tanpa aku mana bisa dia menikah dengan si cacat Yun itu."
Lagi, nenek Gong mencak-mencak sembari menunjuk kearah rumah keluarga cabang kedua.
Wanita tua itu lupa, jika Liu Liyan adalah menantu Guo Xia yang sudah lama dikeluarkan dari kediaman utama Xiao.
"Ibu, jangan dulu marah-marah. Yan niang itu paling menyayangi dan berbakti padamu. Tunggu sebentar lagi, dia pasti akan mengantarkan daging atau uang kemari."
Kata manis penuh harap nyonya Mei, meredakan api amarah sang ibu mertua.
Tuan Xiao yang sedang duduk dikursi goyang mengangguk, ia mendukung apa kata menantu bungsunya.
"Benar, Yan niang selalu berbakti kepadamu. Mungkin dia hanya lupa, tunggu saja sebentar lagi dia pasti datang."
Gemuruh badai didada nyonya Gong seketika saja mereda, mendengar kata mutiara dari suaminya.
"Baiklah, aku akan menunggu." kata nenek Gong congkak duduk dikursi dengan dagu terangkat tinggi.
Tanpa mereka tahu, yang ditunggu sedang sibuk bolak-balik dari hutan kerumah mengangkut tebu, talas, ubi gajah dan rebung bersama kedua adik iparnya.
Sedangkan Guo Xia gantian berjaga dirumah, memasak serta membereskan hasil menjelajahi hutan.
Talas, ubi gajah dan rebung, menumpuk tinggi memenuhi dapur. Bermacam sayuran liar juga jamur, dijemur diatas tampah besar untuk dikeringkan.
Daging babi dan jeroan serta sosis yang sudah semalaman diasapi, Guo Xia gantung dilangit-langit dapur.
Ketika matahari tak lagi menampakkan sinarnya, Liu Liyan, Xiao Yue dan Xiao Yan baru menghentikan aktifitasnya.