NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

014. Pertarungan Sengit

Tuhan ... bangunkan aku. Andai semua yang terjadi hanya sebuah mimpi, mohon bangunkan aku dalam keadaan sehat. Bangunkan aku secepat mungkin. Jangan biarkan aku mati dalam raga yang tidak kukenali.

Dan andai aku tidak layak untuk kehidupanku yang sekarang, jemput aku setelah pamit dengan Ibu.

Tuhan ... ampuni aku. Bunuh diri itu cuma pikiran jahat sesaat. Jangan diambil serius. Ampuni aku yang tidak pernah bersyukur ini. Kembalikan aku ke ragaku.

Aku Gita. Bukan Mar.

PLAKK!

Mar merasa pipinya perih. Telinganya berdenging dan rahangnya seakan lepas saking berdenyutnya. Ia bermimpi terbangun dari pingsan dan kembali ke tubuh Gita. Ia pasti sudah menjadi Gita. Ia hampir yakin. Namun kesadarannya disambut dengan penampakan langit-langit kamar tanpa plafon.

"Kau ... pingsan lagi? Jangan pingsan. Aku mau dilayani. Buka...buka!" Samsul menarik kaus yang dikenakan Mar ke atas dan melucuti atasan itu dengan cepat.

"Berengsek ...!" jerit Mar, spontan menutup bagian atas tubuhnya yang kini hanya mengenakan braa lusuh.

Ini tubuh Mar. Bukan tubuhku. Tapi kalau Samsul menyentuhku, kurasa aku bisa gila. Pria ini nggak layak untuk seorang Mar.

Pemerkosa, kekerasan dalam rumah tangga, rampok, pembunuh. Lo harusnya membusuk di penjara.

"Melawan lagi? Kau selalu gini, Mar. Padahal akhirnya kau juga suka. Ayo, buka celanamu. Nanti kau juga pasti menikmati. Buka!" Tangan Samsul sudah mencengkeram bagian pengait celananya.

Sisa tamparan tangan Samsul masih membekas di pipi Mar. Sekarang kepalanya ikut berdenyut. "Menikmati?" Mar meremaas tangan Samsul sekuat tenaga dan menyingkirkan tangan itu dari tubuhnya. "Pergi, Berengsek! Tangan lo kotor! Najis!" Mar menendang-nendang dan memukuli semua bagian tubuh Samsul yang bisa ia gapai.

"Melawan kau sekarang? Melawan?!" Suara Samsul menggelegar. Tangannya kembali terangkat dan kembali bersiap mendaratkan pukulan di wajah Mar. Namun, Mar mendorongnya sebelum pukulan itu sampai. "Arrrghhh."

Samsul setengah mabuk sore itu. Pria pengangguran yang dulu buruh pabrik belakangan bekerja serabutan sejak di-PHK. Meski dulu bekerja, uang Samsul selalu tidak tampak karena ia adalah pengabdi setia judi slot. Mar menafkahi rumah tangganya yang kacau dengan menjadi pembantu rumah tangga di perumahan terbesar di area itu.

Punggung Samsul menghantam pintu kamar. Meski tidak keras, hantaman itu membuat Jaya menjerit dan meneriakkan nama ibunya. Samsul hanya meringis sebentar. Tendangan Mar nyaris mengenai pangkal pahanya.

"Kerasukan setan apa kau?" Pertanyaan Samsul diikuti dengan umpatan-umpatan kotor yang tak layak didengar anak-anaknya.

"Kerasukan lo!" balas Mar. Samsul semakin mendelik. Melemparkan tatapan tajam dengan mata merahnya. Istri yang biasa dengan mudah ia kalahkan hari itu memberi perlawanan sengit.

"Memang udah bosan hidup kau rupanya." Samsul membuka kancing kemejanya satu persatu. Bersiap menyergap Mar yang kini berdiri di ranjang tipis sambil kembali mengenakan atasannya.

Mar terus mundur sampai mencapai jendela rusak yang sudah dipaku ke bingkainya. Berdiri di ranjang tipis yang biasa digunakan Mar tidur bersama kedua putranya. Laki-laki yang berstatus suami Mar itu jarang muncul di malam hari.

"Sini kau! Sini! Perempuan sundal!" teriak Samsul dengan seluruh urat di lehernya yang menonjol. Samsul melemparkan pakaiannya dan naik ke ranjang menangkap kaki Mar. Wanita itu kembali jatuh berdebam. Samsul terlalu kuat dan gila sepeti biasa.

"Lepasin aku! Lepasin! Aku nggak sudi. Lepas ...!" Mar memukuli kepala Samsul yang kembali mencoba melepaskan kausnya.

Laki-laki berengsek! Aku bersumpah nggak akan membiarkan tangan kotornya itu menyentuh Mar! Kau bajingan Samsul ....

Mar mendorong dada Samsul sekuat tenaga. Setelah tercipta sedikit jarak, Mar melayangkan pukulan ke tenggorokan pria itu. Samsul berteriak dan terbatuk-batuk. Mar mempergunakan kesempatan itu dengan kembali menendang dan melemparkan tubuhnya ke sudut kamar. Cepat-cepat meraih botol minuman yang biasa digunakan untuk menggantung anti nyamuk bakar.

Samsul yang semakin marah kembali menangkap bahu Mar tanpa memperhitungkan pergerakannya sendiri.

PRANG!

Dengan mata berkilat karena amarah, Mar memecahkan botol minuman dan sontak berbalik. Satu gerakan cepat sudah membuatnya berhasil meletakkan ujung tajam botol ke leher Samsul. Mar menekan kaca tajam itu sampai setetes darah keluar dari lubang tipis yang baru ia buat di leher samsul. Pria itu berjengit.

"Dengar, Berengsek." Napas Mar terengah. Dengan tangan kiri mencengkeram lengan Samsul, tangan kanan Mar menggenggam botol dan terus menekannya ke leher pria itu. "Mungkin selama ini Mar udah banyak ngalah buat lo. Lo perkosa dia kapan lo mau. Mar pasti terlalu sayang sama Jaya sampai-sampai dia selalu pulang ke sini. Pasti Mar nggak mau Jaya jadi anak broken home. Tapi lo malah perkosa Mar lagi sampai dia hamil Hasan. Dan Hasan jadi bayi kurang gizi karena bapaknya berengsek kayak lo. Lo memang berengsek!" Jeritan Mar melengking di ujung tenggorokannya.

"Leherku sakit, Mar! Lepas...lepas. Dasar sundal!" Samsul kembali memaki, tapi tidak berani bergerak karena takut melihat ekspresi Mar yang lain dari biasanya. Samsul meringis karena lehernya terasa perih. Mar yang hari itu gila sudah berhasil melukainya.

"Sundal? Emak lo yang sundal! Sundal! Mata duitan! Sama berengseknya sama lo. Lo harus pergi malam ini. Jangan balik ke sini buat ganggu gue, Jaya atau Hasan. Kalau lo balik...."

"Kenapa kalau aku pulang? Ini rumahku juga," balas Samsul terbata, namun suaranya cukup keras. Ia tercekik dan darah di lehernya kembali menetes.

"Ibu!" teriak Jaya dari luar.

Gita ... kalau Mar dipenjara, dua anak laki-lakinya bakal terbengkalai nggak ada yang ngurus. Kendalikan diri lo.

Mar mengerling sedetik, lalu mengembalikan fokusnya pada Samsul. "Kalau lo balik buat ganggu gue atau anak-anak itu ...." Mar maju selangkah untuk berbisik di telinga Samsul. "Gue bakal bikin hal yang sama ke emak lo, kayak yang lo bikin ke wanita di jembatan. Ngerti? Ngerti, dong .... Masa nggak ngerti." Mar ingin tertawa saat melihat wajah tolol Samsul yang terkejut dan bingung beberapa saat.

Mar mundur dengan tangan gemetar. Samsul memandang Mar seakan tak percaya dengan sosok yang baru saja ia hadapi.

"Lo bisa pergi sekarang," kata Mar, membuka pintu lebar-lebar dan tatapannya langsung beradu dengan Jaya yang terperangah.

Samsul pergi meninggalkan rumah seperti harapan Mar. Pria itu bahkan tidak memandang kedua anaknya barang sebentar. Jaya yang duduk memangku Hasan hanya bisa melihat kepergian bapaknya dalam diam.

“Tante Cantik nggak apa-apa?” tanya Jaya dengan wajah khawatir.

“Seperti yang kamu lihat. Aku bukan ibumu yang gampang nangis. Kalau cuma dimaki atau dikata-katai begitu aku udah terlatih. Atasanku mulutnya lebih sadis tapi dengan pilihan kata yang lebih elit. Meski aslinya sama-sama kayak preman terminal." Mar mencampakkan pecahan botol ke sudut kamar. Dan dengan santai membuka lemari.

“Jadi … sekarang Tante mau ke mana?” Jaya memandang sosok ibu yang bukan ibunya. Ibu yang biasa lemah lembut kini bicaranya datar dan dingin.

“Jaya … aku nggak mau nyakitin kamu. Bukan aku nggak peduli dengan dua anak laki-lakinya Mar tapi untuk sekarang aku nggak bisa bawa kamu dan Hasan. Aku harus kembali bekerja sambil mengawasi tubuhku … mengawasi Gita. Dan aku nggak enggak bisa menjaga Gita sambil menjaga kalian ditambah sambil bekerja di rumah Pak Harris.” Mar memasukkan pakaian Jaya dan Hasan ke kantong plastik dan tas-tas belanjaan yang didapatnya dari laci lemari.

"Kenapa harus diawasi?"

Mar diam saja. Rasanya tak mungkin memberi tahu Jaya bahwa bapaknya bisa saja mencari Gita dan membunuhnya karena dianggap bisa bersaksi atau melaporkan perbuatan pria itu ke polisi.

“Tante mau bawa kami ke mana?” Jaya khawatir kalau harus tinggal di rumah Nek Minah.

“Ke mana lagi? Satu-satunya keluarga kalian yang bisa aku percaya cuma nenek kamu. Beliau memang judes tapi beliau nggak akan melukai kalian. Dan juga ….” Mar memandang Jaya, “Dan juga bapak kalian cuma jahat ke ibu kalian aja. Secara fisik kalian nggak disakiti. Hal itu yang bikin aku mikir buat memenjarakan si Samsul. Kamu bisa di-bully kalau punya bapak penjahat.” Mar mengucapkan kalimat terakhirnya dengan sangat pelan.

To be continued

1
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
mar dapat sindiran dari surti, mar bikin kawan nya bertanya "
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
rupa nya pak Harris penasaran, penyelidikan di mulai
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk tambah bingung kan
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
kalau Gita terperangkap dalam tubuh mar selama nya, pak Harris tambah bingung
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bisa ku bayangkan pusing nya Gita, menyesuaikan dengan karakter mar
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk ngakak jaya lucu pisan
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
Gita mewakili perasaan mar
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
dasar lelaki pecundang, bisa kasar sama wanita
Yona Salsabila Rambang
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bagus, jaya, keren deh kamu, sangat tabah
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
jaya sok dewasa menanyakan urusan orang dewasa
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
biasa makan di restoran mahal wkwkwk di rumah makan padang pesen 2 meja 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
Sulistiana
Weleh weleh si mar malah laporan
lisna
🤣🤣🤣ketawa Mulu bacanya ada ya rambut bisa hijrah blom lg bunga pasir mana Harris percaya lagi itu nama kepanjangan bunga😅🤣🤣 ih gokil mah otornya🫰
SRI Wahyuni
ternya semua sekutu dgn harris 🤣🤣🤣
Esti Afitri88
aq juga ikut mewek
lisna
nah loh hayo git gmn ngadepin chika 😅
Bakul Lingerie
pada gengsi sih..udahan dong gengsi2 nya
Bakul Lingerie
Kaka Chika sakit kangen
Sri Prihatinie
sudah sedekat itu cikagita. aku jadi ikutan nyesek😥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!