Demi menggagalkan rencana jahat ibu tirinya, Zahira terpaksa mendaftarkan diri pada sebuah aplikasi biro jodoh, dimana dirinya akan menjadi Pengantin Pesanan.
"Aku tidak menyangka pengantin pria nya mirip Tarzan"-- Zahira Malika Maheswari.
"Kenapa fotomu beda dengan wajah aslimu. Jawab aku, Nona Zahira!"-- Louis Abraham Smith.
Bagaimana jadinya jika keduanya terikat kontrak pernikahan, hingga terkuat rahasia Louis yang dapat menghancurkan kontrak pernikahan keduanya.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Pengantin Pesanan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pengantin Pesanan
Perusahaan ZMM Group....
"Bu Wira, tolong atur jadwal pertemuanku dengan Pengacara Jordan. Aku sungguh ingin tahu apalagi rencana jahat si duo serigala" ujar Zahira sebelum masuk ke dalam ruangannya.
Wanita yang baru saja ia sebut namanya adalah sekretarisnya. Wanita itu bernama Wira Rahayu, wanita dewasa berusia 45 tahunan. Hanya dia satu-satunya orang yang sangat dipercaya Zahira di dalam perusahaannya.
Mengingat Bu Wira salah satu karyawan kompeten yang sudah puluhan tahun bekerja di perusahaan orang tuanya, jadi ia sudah tahu seluk-beluknya sebelum mempekerjakannya pada perusahaannya sendiri.
"Baik Miss" sahut wanita dewasa itu dengan sopan.
"Eem atur saja jadwalku di jam makan siang hari ini. Soalnya banyak hal yang perlu aku bahas dengan pengacara Jordan." ucap Zahira tersenyum memberitahu sekretarisnya.
"Maaf Miss, bukankah di jam makan siang anda memiliki pertemuan dengan klien dari luar kota" jelas Wira sambil memperlihatkan buku kecil yang menjadi buku catatannya mengenai jadwal pertemuan atasannya.
"Batalkan saja, aku belum srekk dengan tawaran kerja samanya."
Zahira tampak cuek meletakkan tas kerjanya di atas meja.
"Baiklah jika seperti itu" ucap Wira sambil menyajikan segelas cappucino beserta roti bakar. Karena Zahira belum sempat sarapan dari rumah, makanya sekretarisnya lah yang selalu sigap menyiapkan sarapan pagi untuknya.
"Terima kasih, Bu Wira." ucap Zahira tersenyum lebar tanpa beban.
Wira hanya menanggapinya dengan anggukan kepala, lalu pamit keluar dari ruangan atasannya.
Zahira bergegas duduk di kursi kebesarannya dan memulai untuk sarapan. Selesai sarapan pagi barulah ia memulai pekerjaannya dengan penuh semangat empat lima.
Sesuai jadwal pertemuannya dengan Pengacara Jordan, Zahira sudah siap berangkat menuju tempat lokasi pertemuan mereka. Sang sekretaris sudah mengaturnya dengan baik di salah satu kafe kekinian di kotanya.
"Selamat siang pengacara Jordan" sapa Zahira dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.
Sosok pria paruh baya itu tampak tersenyum ramah menyambut kedatangannya
"Ya, selamat siang. Silahkan duduk, nona manis." balas Tuan Jordan sambil mempersilahkan kliennya duduk di kursi.
"Terima kasih, Tuan Jordan!" ucap Zahira lalu duduk di kursi berhadapan dengan Tuan Jordan.
"Ngomong-ngomong apa gerangan sampai ingin bertemu denganku" ucap Tuan Jordan tanpa basa-basi.
"Aku tebak, pasti ini ada kaitannya dengan...."
"Kurasa anda sudah mengetahuinya, jadi tak usah basa-basi" jawab Zahira tersenyum tipis.
"Ya. Aku sudah menduganya, karena aku yang datang lebih dulu, maka aku yang akan mentraktir mu, nona manis" ucap Tuan Jordan disertai dengan nada candaan.
"Ha ha ha, tidak perlu Tuan Jordan. Lagian umurmu sudah kalah telak jika ingin mendekatiku. Mau dikemanakan istri dan anak-anakmu jika masih mengejar ku" kata Zahira dengan senyum sinisnya.
"Bagaimana kalau putraku saja nona Zahira, lagian kalian sama-sama jomblo bukan?" ucap Tuan Jordan dengan idenya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Zahira semakin tergelak tawa mendengar ucapan Pengacara Jordan.
"No way! aku sudah tahu kartu As putramu itu. Dia terkenal sebagai seorang player." tolak Zahira dengan suara lantang, membuat tuan Jordan tertawa kecil.
"Baiklah, kita kembali pada inti permasalahan. Berapa nominal uang yang ditawarkan oleh Tante Victoria?" tanya Zahira dengan raut wajah tampak serius.
"Aku tidak mengerti dengan ucapanmu, nona Zahira" kata Tuan Jordan dengan raut wajah serius.
"Tolong katakan, rencana apa lagi yang sedang disusun oleh Tante Victoria? Aku ingin tahu sedetail mungkin." ucap Zahira sambil menopang dagunya.
"Dia ingin mengambil alih seluruh harta warisan mu" jawab Tuan Jordan sambil menarik senyuman tipis disudut bibirnya.
"Aku sudah mengetahuinya sejak dulu. Katakan yang sejujurnya tuan, jangan berbelit-belit" ucap Zahira sambil mengepalkan tangannya.
"Eem baiklah, karena kamu anak dari sahabatku, aku akan berkata jujur kepadamu." ucap Tuan Jordan sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Sayangnya kamu tidak pernah berpihak kepadaku. Zahira hanya mampu membatin sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Jujur saja Zahira begitu tertarik ingin mendengarkan secara langsung penjelasan dari pengacara Jordan.
"Ibu tirimu merencanakan hal yang sangat luar biasa. Jika dalam waktu seminggu kamu tak kunjung menikah, maka seluruh harta warisan mendiang ayahmu akan diambil alih oleh Delisha, putrinya. Selain itu, jabatan mu sebagai presiden direktur juga akan diambil alih olehnya. Kecuali jika kamu ingin menikah dengan kakek tua yang menjadi pria pilihannya, itu menjadi tawaran terakhir untukmu, nona Zahira. Maka dari itu, dia berencana untuk menikahkan kamu dengan kakek tua yang sudah menjadi pilihannya." Jelas tuan Jordan panjang lebar.
"Apa!"
Zahira tak sengaja menggebrak meja, membuat pelayan restoran yang ingin menghidangkan pesanan mereka tampak terkejut dan melihat mereka secara bergantian.
"Maaf, saya terbawa suasana" ucap Zahira sambil memijit pangkal hidungnya.
"Tidak apa-apa. Mbak, tolong hidangkan makanannya" ucap tuan Jordan melihat tatapan dari pelayan restoran tersebut. Pria paruh baya itu tidak ingin menjadi pusat perhatian di restoran tersebut.
"Apa rencanamu selanjutnya?" tanya tuan Jordan melihat Zahira tampak melamun tanpa menyentuh makanannya.
"Aku akan menggagalkan rencana ibu tiri ku. Aku siap menikah, tapi bukan menikah dengan kakek tua pilihannya" ucap Zahira menyeringai lalu menyeruput jus alpukat pesanannya.
Setelah itu, Zahira memutuskan untuk kembali ke perusahaannya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
🍁🍁🍁🍁
Di satu sisi, sosok pria bertubuh tinggi nan kekar sedang berburu di dalam hutan. Pria itu sedang membidik seekor rusa yang sedang mencari makan. Senapan panjangnya terus diarahkan pada mangsanya hingga melepaskan satu tembakan.
"Akkkh sial" umpatnya kesal karena bidikannya tidak tepat sasaran. Sedangkan rusa tadi mulai berlari kencang hingga tak terlihat lagi dari pandangannya.
"Tuan muda. Nyonya meminta anda untuk pulang ke rumah utama." ucap pria paruh baya bernama Malik. Pria paruh baya itu datang bersama rombongannya guna menemui tuan muda nya di dalam hutan.
"Katakan padanya bahwa aku tidak akan pulang. Disinilah rumahku yang sesungguhnya" ucap Pria bermata elang itu yang dipanggil tuan muda.
"Tapi tuan, Anda..." Louis langsung mengangkat senapannya lalu mengarahkan kearah pria paruh baya itu.
"Mohon maaf tuan muda, saya hanya menjalankan perintah nyonya" ucap Malik sambil menundukkan kepalanya.
"Hentikan Tuan Louis. Dia tidak bersalah" terdengar suara teriakan seseorang mendekat kearahnya. Pria itu bernama Sean alias tangan kanan Louis.
Seketika pria yang dipanggil tuan Louis menurunkan senapan panjangnya.
"Kita lanjutkan perburuan esok pagi, sebaiknya kita pulang." ucap Louis dengan tegasnya lalu melenggang pergi meninggalkan rombongan pria paruh baya itu.
Pria yang dipanggil tuan muda itu bernama lengkap Louis Abraham Smith, pria tampan yang baru saja berusia 32 tahun dan masih single. Hobinya berburu dan tidak heran jika pria itu dijuluki raja Hutan. Apalagi penampilannya yang berambut gondrong membuatnya semakin garang.
Sudah sepuluh tahun lamanya Louis masih sibuk dengan dunia berburunya di tengah hutan belantara. Bahkan terdapat mansion mewah yang sengaja dibangun untuk mempermudah aksesnya dalam berburu dan sudah menetap di sana.
Tidak hanya itu, Louis juga seorang CEO pada perusahaan LA dan begitu banyak bisnis yang digelutinya salah satunya perhotelan, perbankan, ekspor dan impor. Namun, selama ini hanya orang-orang kepercayaannya nya yang menjalankan semua bisnisnya termasuk perusahaannya. Dia hanya berkunjung ke perusahaannya dua kali setahun.
"Tuan, apa alasanmu tidak mau pulang?" tanya Sean sambil memasukkan semua senapan yang dipakainya di bagasi mobil.
"Berburu" ucap Louis dingin lalu menutup pintu mobilnya. Sean menghela nafas panjang lalu masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
"Sean!"
"Iya tuan" sahut Sean yang fokus mengemudi.
"Carikan aku wanita yang bersedia menjadi istriku" ucap Louis dengan suara berat membuat Sean membulatkan matanya.
"Kau dengar tidak!"
"Iya tuan, saya dengar" ucap Sean seakan tidak percaya dengan ucapan tuannya barusan.