"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#29
"Ma, Akmal sudah punya pilihan."
Sesampainya di rumah Akmal dan Mamanya berdebat karena Akmal tidak suka dengan rencana Mamanya apalagi mereka sudah membicarakan soal perjodohan.
"Mana, pilihan kamu!. Seperti apa bibit, bebet dan bobotnya."
"Ma, kenapa sih Mama selalu menilai orang dari apa yang mereka miliki. Akmal sudah dewasa bisa memilih calon istri sendiri."
Akmal kesal sekali dengan Mamanya.
"Kalian kenapa sih, bikin kepala Oma pusing."
Omanya keluar dari kamar mendengar Akmal berdebat dengan Mamanya.
"Ini cucu Oma, dipilihkan wanita yang sudah jelas bibit, bebet dan bobotnya malah tidak mau." Adu Mama Rita kepada Mama mertuanya.
"Akmal, seperti apa wanita pilihan mu."
Omanya ini memang bijaksana orangnya, walaupun Akmal waktu itu juga sudah pernah bercerita.
"Dia sederhana saja Oma, Dia memang gadis biasa tapi Dia wanita yang istimewa di hati Akmal."
"Kenapa tidak dikenalkan pada kita."
"Akmal belum bisa Oma, ini sudah kesepakatan kita berdua Akmal akan mengenalkan kepada keluarga setelah Dia menyelesaikan skripsinya nanti."
"Dia masih kuliah.?"
Tanya Oma nya.
"Iya Oma, dan Dia mau diajak serius setelah selesai kuliahnya karena itu bentuk pertanggungjawabannya kepada kedua orang tuanya."
Oma nampak tersenyum dan mengusap pundak cucunya yang duduk di sampingnya.
"Apalagi masih mahasiswa, cuma mau manfaatin kamu doang itu." Celetuk Mama Rita.
"Ma, Dia nggak seperti itu."
Akmal benar-benar tidak habis berpikir kenapa Mamanya seperti itu.
"Rita, kenapa kita tidak mencoba untuk mengenal gadis pilihan dari Akmal."
Saran dari Omanya.
"Gadis nggak jelas begitu Ma, masih mahasiswa mau diajak serius setelah nanti lulus eh.. Nanti udah lulus pilih yang lain."
Akmal rasanya ingin membentak Mamanya namun Omanya memberi tanda jangan.
"Akmal, coba kenalkan kepada Kita. Ajak kesini." bujuk Omanya.
"Bilang Oma mau kenal."
"Akmal nggak janji Oma, Dia gadis istimewa selalu menjaga nama baik orang tuanya sebelum Akmal menemui kedua orangtuanya."
Oma nampak tersenyum.
"Gadis apa itu, dia mau dekat sama kamu tapi nggak mau kenal sama keluarganya."
"Ma, cukup Ma. Akmal bisa memilih calon istri sendiri."
Akmal berdiri kemudian meninggalkan Mama dan Omanya menuju ke kamar.
"Itu kalau Mama manjain Akmal terus."
Mama Rita menyalahkan Oma.
"Astaghfirullah Rita. Kamu yang nggak bisa mengambil hati Akmal."
"Sudah lah Ma."
Mama Rita meninggalkan Oma yang masih duduk di ruang keluarga.
Di dalam kamar, Akmal terduduk di sofa sambil menyandarkan kepalanya yang terasa berat.
"Kasih, Mas harus gimana.?"
Kepala Akmal terasa penat, antara mau memperjuangkan Kasih tetapi juga tidak mau menjadi anak durhaka.
Dia mengambil ponselnya lalu menghubungi Ridho, teman sekaligus sahabat yang biasa menjadi tempat keluh kesahnya siapa tau dia bisa memberi solusi.
"Aku harus gimana Do."
"Kayaknya saran Oma itu betul harusnya kamu memperkenalkan Kasih."
"Tapi kamu tau Kasih gimana orangnya."
"Ya, kamu cari cara supaya dia mau ketemu sama Oma dan Mamamu."
"Kalau untuk ketemu sama Oma aku masih merasa aman tetapi kalau ketemu Mama aku nggak mau Kasih sakit hati."
"Mama Kamu akan terus merendahkan Kasih kalau dia tidak mengenalnya."
"Huff... Perasaan Ku nggak enak kalau Kasih harus ketemu Mama."
"Kamu harus bisa menerima resikonya Bro, kalau kamu terus sembunyikan Kasih dari keluarga kamu Mama kamu akan terus berusaha mencarikan menjodohkan kamu."
"Kamu minta tolong ke Septi, Dia pasti mau membujuk Kasih untuk bertemu dengan keluarga kamu."
"Aku akan coba Bro."
"Ketemu di resto aja jangan ke rumah kamu, Kasih pasti nggak mau."
"Baiklah."
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Esom harinya Kasih bersiap ke kantor tinggal 2 hari saja magang akan selesai dan dia kembali ke kampus untuk melanjutkan kuliahnya.
"Kasih, hati-hati ini banyak kue nya."
Pesan Ibunya.
"Iya Buk."
Kasih menata kue diatas sepeda motornya dan bersiap berangkat.
"Kasih berangkat ya Buk."
Kasih meraih tangan kedua orang tuanya secara bergantian lalu mencium punggung tangan mereka.
"Hati-hati ya Kasih."
Pesan Bapaknya.
"Iya Pak, Kasih bisa. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Kasih menjalankan sepeda motornya meninggalkan rumah dan perlahan berjalan menuju ke warung Bude.
Sesampainya disana, Kasih memberhentikan sepeda motornya dan hati-hati sekali untuk menurunkan boks yang berisi kue pesanan dari pelanggan ibunya.
"Jadi ingat Mas Akmal."
Ucapnya sendiri sambil menggotong tempat kue itu, Kasih teringat saat pertama kali berkenalan dengan Akmal yang membantu dirinya saat membawa kue banyak dan hampir jatuh.
Kasih mengucapkan salam dan menaruh kue di meja.
"Gasik Kasih."
"Iya Bude, takut buru-buru soalnya ini kan kuenya banyak banget."
"Makasih ya Kasih."
"Baik Bude, kalau begitu Kasih langsung berangkat ya Bude."
"Iya Kasih, hati-hati."
Kasih berlalu meninggalkan warung dan menuju ke perusahaan.
Sesampainya diparkiran Kasih tadi sekilas melihat mobil Akmal yang tumben pagi-pagi sudah terparkir di lobi.
"Nggak salah kan tadi mobil Mas Akmal."
Kasih meletakkan helmnya dan berjalan menuju ke ruangan,
Drtt..
Ponsel Kasih di dalam tas bergetar dia mengambilnya dan melihat nama Akmal dalam panggilan masuk.
"Assalamualaikum Mas."
"Waalaikumsalam, Kasih sudah berangkat.?"
"Sudah diparkiran Mas, ada apa Mas.?"
"Kok gasik sudah sampai sini, nggak ke warung Bude.?"
"Tadi sudah dari sana Mas, kenapa sih Mas.?"
"Mas mau sarapan ditemani sama Kamu, Mas kira masih di jalan atau lagi di warung Bude malah udah sampai."
"Mas tumben nggak sarapan di rumah.?"
"Malas, mau sarapan sama kamu, temani Mas ya."
Kasih bingung tadi sudah dari sana masa iya mau ke warung Bude lagi, lagian sebentar lagi jam kantor mulai nggak enak juga terlambat.
"Tapi Mas, Kasih sudah sampai sini dan sebentar lagi juga jam kantor masuk."
Tak ada jawaban dari Akmal, membuat Kasih bingung dan menganggap Akmal marah kepadanya.
"Kasih.."
Septi menepuk pundaknya dari belakang karena dia baru saja datang.
"Septi, ngagetin aja."
"Ngapain.?"
Dengan suara berbisik karena melihat Kasih sedang menelpon.
"Mas Akmal."
Kasih pun hanya dengan mimik bibirnya dan Kasih menganggukkan kepalanya.
"Mas.. Mas Akmal masih disana."
"Iya Kasih."
Akhirnya Akmal bersuara kembali.
"Maaf ya Mas, Kasih nggak enak kan tinggal dua hari juga magang disini masa iya Kasih terlambat hari ini Mas. Maaf ya Mas."
Septi tersenyum dan menganggukkan kepalanya, dia paham lah temannya itu sedang ngapain.
"Huft.. Besok terakhir kamu magang disini Kasih. Mas nggak kan bisa melihat kamu setiap hari lagi."
"Kasih harus balik kampus kan Mas."
"Ya sudah, siang ini keluar sama Mas ya. Kita makan siang ada yang Mas ingin bicarakan."
"Penting Mas.?"
"Iya Kasih, Mas mau curhat sama kamu. Mau ya."
Kasih menatap Septi yang menganggukkan kepalanya.
🙂🙂🙂
masih arogan atau langsung baik😂