NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 29

Setelah beristirahat sejenak, ketiganya berkumpul di dalam tempat persembunyian yang gelap dan sepi, jauh dari sorotan Volkov. Zed, yang wajahnya masih tampak pucat, berusaha memusatkan perhatian pada layar laptopnya, mengumpulkan data dan informasi yang telah dia dapatkan dari sistem komunikasi Volkov.

“Dari data yang gue ambil,” Zed mulai, sambil menggerakkan mouse untuk menunjukkan peta digital yang berisi lokasi-lokasi strategis. “Ini adalah titik-titik utama mereka di sekitar kota. Kita bisa gunakan ini untuk merencanakan serangan balik.”

Kai menatap layar dengan serius, mencermati informasi yang ditampilkan. “Kita butuh rencana yang solid. Volkov pasti akan menyiapkan pertahanan yang ketat setelah serangan kita. Kita harus memanfaatkan setiap kelemahan yang mereka miliki.”

Viktor, yang duduk di dekat Zed, ikut menambahkan. “Setiap lokasi yang ada di peta ini punya keunggulan masing-masing. Kita bisa menyusun strategi berdasarkan titik-titik lemah musuh.”

“Setuju,” jawab Kai. “Tapi kita juga harus mempertimbangkan kekuatan kita sendiri. Kita butuh senjata dan dukungan yang lebih baik untuk melawan mereka. Zed, lo bisa mencoba mengakses lebih banyak informasi tentang persenjataan mereka?”

Zed mengangguk, semangat kembali menyala di matanya. “Gue akan coba. Kalau kita bisa mendapatkan informasi tentang persenjataan mereka, kita bisa mengatur langkah dengan lebih baik.”

Mereka menghabiskan beberapa menit berikutnya merancang rencana yang lebih matang. Satu per satu, mereka mendiskusikan setiap titik yang harus diserang dan mengidentifikasi kemungkinan rute pelarian. Kai merasa semangat timnya mulai kembali, meskipun ancaman Volkov masih membayangi mereka.

Setelah mengatur strategi, Zed mengeluarkan ponselnya. “Gue juga bisa hubungi beberapa kontak yang mungkin bisa membantu. Mereka bisa ngasih kita informasi lebih lanjut tentang gerakan Volkov.”

Kai mengangguk. “Bagus. Kita butuh semua informasi yang bisa kita dapatkan. Kita harus bergerak cepat sebelum mereka menyadari bahwa kita masih hidup dan merencanakan serangan balik.”

Malam semakin larut, tetapi semangat mereka tidak pudar. Ketiganya berdiskusi hingga larut, menyiapkan semua yang diperlukan untuk menghadapi Volkov. Dalam setiap detik yang berlalu, mereka merasakan tekanan yang semakin meningkat, tetapi tekad mereka untuk bertahan hidup dan melawan kejahatan semakin kuat.

Setelah selesai merencanakan langkah selanjutnya, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Kai mengawasi keluar jendela, memerhatikan setiap gerakan yang mencurigakan di luar sana. Dia tahu bahwa saat ini, mereka tidak hanya melawan Volkov, tetapi juga waktu. Setiap detik yang berlalu bisa menjadi penentu hidup atau mati.

Pagi tiba dengan kabut tebal yang menyelimuti kota. Zed adalah yang pertama bangun, merasakan nyeri di bahunya. Dia menatap langit yang kelabu, berusaha membangkitkan semangatnya. “Kita harus segera bergerak,” katanya. “Waktu kita tidak banyak.”

Setelah makan seadanya dan memeriksa peralatan mereka, Kai memimpin mereka keluar dari tempat persembunyian. Mereka berjalan dengan hati-hati, menghindari tempat-tempat terang yang mungkin terlihat oleh mata-mata Volkov.

Selama perjalanan menuju lokasi yang telah mereka pilih, mereka mendengar suara-suara di kejauhan. Suara mobil, teriakan, dan dentuman senjata api. Itu adalah tanda bahwa Volkov sedang bersiap untuk menghadapi mereka. Kai mempercepat langkahnya, merasa semangat berjuang kembali membara di dalam dirinya.

Mereka tiba di lokasi yang telah ditentukan, sebuah gudang tua yang terletak di pinggir kota, jauh dari keramaian. “Ini tempat yang bagus,” kata Viktor saat mereka mengamati sekeliling. “Kita bisa menggunakan tempat ini untuk menyiapkan serangan dan juga sebagai tempat berlindung jika perlu.”

Zed mengeluarkan laptopnya dan mulai mengakses data. “Gue sudah dapat informasi lebih lanjut tentang posisi mereka. Ada beberapa titik yang bisa kita serang tanpa terdeteksi.”

Kai dan Viktor memeriksa peta yang ditampilkan oleh Zed. “Kita bisa mulai dari sini,” Kai menunjuk lokasi. “Serangan di sini akan membuat mereka panik. Setelah itu, kita bisa mengalihkan perhatian mereka ke arah lain.”

Setelah merumuskan rencana, mereka membagi tugas. Kai dan Viktor akan menjadi eksekutor, sementara Zed akan tetap di belakang untuk memantau situasi dan memberikan dukungan dari jarak jauh.

“Satu hal yang perlu kita ingat,” kata Kai saat mereka bersiap-siap. “Kita harus tetap bersama. Jika kita terpisah lagi, kita akan berisiko ditangkap atau bahkan terbunuh.”

Zed mengangguk, wajahnya serius. “Gue akan berusaha sebaik mungkin untuk tetap terhubung dengan kalian berdua. Jangan khawatir.”

Setelah semua siap, mereka melangkah keluar dari gudang. Jantung Kai berdegup kencang saat mereka melangkah menuju titik yang telah ditentukan. Dia bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara, tetapi dia tahu bahwa mereka harus terus melangkah maju.

Mereka mulai bergerak menuju titik serangan pertama, dengan Viktor memimpin jalan. Selama perjalanan, mereka saling berkomunikasi dengan tenang dan berusaha tetap fokus. Setiap kali mereka mendengar suara langkah kaki di sekitar, mereka segera mencari tempat persembunyian.

Ketika mereka tiba di lokasi yang telah ditentukan, Kai menilai keadaan sekitar. Dia melihat beberapa penjaga Volkov berjaga di luar gedung. “Oke, kita harus membuat gangguan,” katanya. “Viktor, lo siap?”

Viktor mengangguk, dan Kai memberi sinyal untuk mulai. Viktor melangkah maju, mencoba menarik perhatian penjaga. Dia melemparkan sebuah batu ke arah yang jauh, menciptakan suara gaduh. Begitu para penjaga berbalik, Kai dan Zed bergerak cepat, melompati pagar dan memasuki gedung.

Di dalam gedung, suasana terasa menegangkan. Zed dengan cepat mengeluarkan laptopnya dan menghubungkan ke jaringan Volkov. “Gue akan coba ambil alih sistem keamanan mereka,” ujarnya. “Kalau berhasil, kita bisa lebih mudah bergerak.”

Sementara itu, Kai memperhatikan pintu-pintu di sekelilingnya, memastikan tidak ada yang mendekat. Suara langkah kaki dan percakapan para penjaga di luar terdengar semakin dekat. “Kita tidak punya banyak waktu, Zed,” kata Kai, merasa jantungnya berdegup kencang.

Zed terus mengetik, wajahnya tampak serius dan fokus. “Satu lagi… Dan… Selesai!” dia berteriak saat berhasil mengakses sistem. “Kita sekarang memiliki kendali atas kamera dan alarm. Kita bisa bergerak tanpa terdeteksi.”

Kai merasa sedikit lega, tetapi tetap waspada. “Bagus, Zed. Sekarang kita harus segera bergerak ke area berikutnya.”

Mereka melanjutkan perjalanan ke dalam gedung, mengikuti rute yang telah ditentukan oleh Zed. Dia terus memberikan arahan dan informasi, memandu mereka melalui labirin ruangan yang gelap dan berbahaya. Ketiganya bergerak dalam diam, hanya terdengar suara langkah kaki mereka di lantai yang berderit.

Namun, saat mereka mendekati area penyimpanan senjata, suara sirene tiba-tiba berbunyi. “Sial!” Kai berteriak, merasakan ketegangan kembali meningkat. “Kita harus bergerak cepat!”

Zed menatap layar laptopnya dengan panik. “Ada yang mendeteksi keberadaan kita! Kita harus segera keluar dari sini!”

Viktor menggenggam senjatanya erat-erat, wajahnya tampak tegas. “Gue akan memastikan kita bisa keluar. Lo berdua siap?”

“Siap!” jawab Kai dan Zed bersamaan.

Mereka bergerak cepat menuju pintu keluar, tetapi sebelum sampai, sekelompok penjaga Volkov muncul dari ujung koridor. “Tutup jalan!” teriak salah satu penjaga, dan mereka segera mengarahkan senjata ke arah Kai dan yang lainnya.

“Lindungi diri kalian!” teriak Viktor, segera melindungi Kai dan Zed. Peluru mulai berdesingan, dan Kai berusaha menghindar sambil menembakkan senjatanya. Dia merasakan ketegangan dalam tubuhnya, tetapi dia tahu bahwa tidak ada ruang untuk mundur.

“Zed, cari rute alternatif!” perintah Kai, sementara dia dan Viktor terus menembak untuk menahan musuh.

Zed mencari-cari di laptopnya. “Ada pintu darurat di ujung koridor! Ayo cepat!”

Kai dan Viktor melangkah mundur, berusaha menjauh dari tembakan. Dengan gerakan cepat, mereka berlari ke arah pintu darurat yang ditunjukkan Zed. Suara tembakan terus berdengung di belakang mereka, tetapi semangat mereka tidak pudar.

Begitu sampai di pintu darurat, Zed bergegas membuka pintu dan mereka semua melompat keluar. Namun, di luar, situasi tampak lebih buruk dari yang mereka duga. Pasukan Volkov sudah menunggu, siap untuk?

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!