NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Berandalan

Menikah Dengan Berandalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:22.1k
Nilai: 5
Nama Author: macarhd

Hidup Naura sudah berantakan, semakin berantakan lagi ketika ia diperkosa dan diharuskan menikah dengan brandalan bernama Regan Januar. Kejadian mengerikan itu terpaksa membuat Naura mengundurkan diri dari pekerjaannya, berhenti kuliah, dan berbohong kepada ibu dan sahabatnya. Tidak ada ekspektasi berlebih dengan pernikahan yang didasari dengan alasan menyedihkan seperti itu. Namun, apakah pernikahan mereka akan berjalan baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon macarhd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hamil?

Ada dua hal yang membuat Naura terbangun pagi ini, di jam yang masih menunjukan pukul empat pagi. Pertama, karena mimpi buruk itu lagi, dan yang kedua karena rasa mual yang kembali datang hingga mengharuskan cewek itu berlari menuju kamar mandi kecilnya. Dan ya, sama seperti kemarin ketika ia berada di toko kue, lagi-lagi Naura memuntahkan isi perutnya.

Tuhan... ada apa dengan tubuhnya?

Kenapa ia bisa mual dan muntah separah ini?

Naura kembali ke kamarnya dengan tubuh yang sama lemasnya seperti kemarin. Ia menyembunyikan diri di bawah selimut, memiringkan tubuhnya dan menjadikan kedua lengannya sebagai bantalan. Pikiran-pikiran negatif yang selalu menghantuinya akhir-akhir ini kembali terbesit, ditambah dengan keadaan tubuhnya yang semakin menandakan bahwa kemungkinan itu memang sudah pasti adanya.

Selain dihantui mimpi kejadian mengerikan itu, Naura juga selalu bermimpi bahwa ia tengah ... hamil. Iya, Naura selalu memimpikannya. Entah mimpi mual dan muntah-muntah, entah mimpi sudah ke dokter dan dinyatakan hamil, entah mimpi Melody mengetahui kejadian itu dan kehamilannya, mimpi perutnya yang tiba-tiba sudah membesar, atau bahkan Naura juga pernah mimpi bahwa ia sudah memiliki anak kecil dalam hidupnya.

Dalam situasi kehidupannya yang sekarang, mimpi yang menurut sebagian orang membahagiakan itu terasa menakutkan bagi Naura. Bukan hanya karena dia belum siap, melainkan faktor-faktor lain juga menjadi alasannya. Seperti hidupnya yang masih serba kekurangan dan ... ia yang belum memiliki seorang suami.

Siapa pun tahu, memiliki anak tanpa seorang suami merupakan sesuatu yang amat mengerikan, bukan? Menyedihkan dan aib bagi setiap orang.

Selain kenyataan mengenai kejadian itu, kejadian di mana Naura diperkosa, kejadian di mana menyatakan bahwa Naura sudah melepas keperawanannya, kejadian di mana bisa saja membuatnya hamil, sampai detik ini Naura juga belum kedatangan tamu bulanan yang mana seharusnya sudah datang sejak dua minggu yang lalu. Itu artinya, Naura sudah telat dua minggu.

Sudah semakin akurat saja, bukan? Semua itu membuktikan bahwa mau tidak mau, siap tidak siap, Naura harus menerima kenyataan kalau ia memang tengah hamil. Entah ketika ia hanya menduganya, atau ketika seorang dokter yang memeriksa tubuhnya yang mengatakan itu.

Naura sadar, sepertinya kenyataan menyedihkan itu tidak bisa ia hindarkan dalam hidupnya. Ia tidak bisa terus terpuruk dalam keadaan seperti ini, di mana pikirannya merasa tidak tenang karena ketakutan itu. Tidak mau terus menerus seperti itu, Naura memutuskan bahwa setelah selesai kuliah siang nanti, sebelum pergi ke toko, ia akan pergi ke dokter terlebih dahulu.

Untuk memeriksa tubuhnya dan demi kepastian dari rasa takutnya.

Masa bodoh dengan apa yang akan ia dengar dari dokter nanti, yang pasti Naura memang harus segera memastikannya. Apa pun itu.

Jam sudah menunjukan pukul lima pagi, Naura beranjak ketika ponselnya berdering, tanda bahwa alarm yang ia pasang sudah waktunya berbunyi. Setelah mematikannya, Naura tidak langsung kembali meletakan ponsel itu, tetapi beralih membuka aplikasi hijau tempat bertukar kabar di sana. Ada beberapa pesan, dari grup kelas, dari Melody, juga nomor asing yang sudah Naura ketahui siapa orangnya.

Pesan yang pertama ia buka adalah pesan dari Melody. Pesan yang diakhiri oleh stiker yang membuat Naura penasaran dengan pesan apa yang Melody kirimkan sebelumnya.

Melody:

Ra? Besok kita sarapan bareng, ya? Biasa, lo harus jadi juri dari hasil masakan gue besok. Gue belajar masak lagi.

Seperti itulah pesan dari Melody. Tanpa berpikir lama, juga kebetulan Naura yang sedikit malas untuk membuat sarapan pagi ini, ia langsung membalas dan mengiyakan ajakan Melody.

Naura:

Siap laksanakan. Tapi gue harus ngasih penilaian jujur atau gimana, nih, sama rasa masakannya?

Sudut bibir Naura terangkat ketika mengirimkan pesan itu. bukan tanpa alasan mengapa ia mengetiknya, pasalnya, terakhir kali Naura merasakan masakan Melody, ia sakit perut bahkan sampai dua hari. Bukan karena tidak enak, melainkan karena terlalu pedas di lidah dan perutnya. Namun meski demikian, Naura tidak pernah menolak jika saja sahabatnya itu memintanya untuk melakukan hal yang sama.

Melody sudah sebaik itu kepadanya, dan Naura tidak boleh mengecewakan sahabat satu-satunya itu.

Setelah mengirim pesan ke Melody, Naura kembali ke beranda utama dan menimbang-nimbang untuk membuka pesan dari nomor tak bernama itu. Satu pesan yang sudah bisa ia baca apa isi pesannya.

083XXXXXXXXX:

Gimana? Kamu berkenan biara dengan saya hari ini?

Sudah pasti tahu, kan, siapa orang yang mengirimnya?

***

"Gimana rasanya, Ra?"

Saat ini Naura dan Melody tengah berada di kantin kampus, membeli minuman seraya menyantap makanan hasil masakan Melody pagi ini. Yang katanya dimasak dengan penuh perjuangan. Naura percaya itu, sebab rasanya memiliki peningkatan dari rasa masakannya sebelumnya. Namun, entah kenapa, entah apa yang salah, setelah memakan beberapa suap, perutnya kembali terasa mual, yang mana hal itu membuat Naura terpaksa menghentikan suapan berikutnya.

Melihat apa yang dilakukan oleh Naura, senyum di bibir Melody luntur seketika. Ia mulai bertanya apa penyebabnya. "Kenapa, Ra? Nggak enak, ya?"

"Enak," jawab Naura cepat.

"Terus kenapa nggak dilanjutin? Punya gue udah mau habis, punya lo masih banyak."

Naura bingung harus menjawab apa. Kalau ia menjawab seadanya, bukankah Melody akan curiga? Sudah pasti dia akan bertanya kenapa dirinya bisa mual dan berujung memaksanya pergi ke rumah sakit seperti kemarin-kemarin. Namun, jika tidak menjawab, Naura takut kalau Melody akan memikirkan yang tidak-tidak.

Perlu diketahui bahwa Naura benar-benar menyimpan masalahnya sendirian. Tidak ada yang tahu persoalan kejadian mengerikan itu, juga tidak ada orang yang ia percaya untuk dikasih tahu. Ibunya, sahabatnya, dan orang sekitar, jangan sampai mengetahui hal itu.

Bukan hanya rasa malu saja, Naura menyembunyikan kesedihan itu juga karena tidak mau semua orang khawatir dengan bagaimana kondisi hidupnya, tidak mau dianggap lemah, juga menganggap bahwa ia juga mampu menghadapi semuanya. Meskipun hanya sendirian.

"Gak tahu kenapa, gue... mual, Mel," ucap Naura pelan. Dari pada membuat sahabatnya memikirkan yang tidak-tidak, lebih baik Naura bicara apa adanya saja. Biarlah, kemungkinan setelah ini Melody akan mengucapkan kata-kata panjang juga omelan mengenai dirinya yang ngeyel tidak mau pergi ke dokter.

Tepat seperti dugaan Naura, Melody berdecak di tempatnya. Dia menarik kotak makan yang ada di hadapan Naura, kemudian kembali menutupnya. "Kenapa lo nggak bilang?" tanyanya.

Gadis yang selalu ngomel-ngomel itu menyampingkan tempat makan yang ia bawa, kemudian matanya fokus dengan sahabat yang ada di hadapannya. Naura si cewek keras kepala

yang selalu menganggap dirinya baik-baik saja. Gue nggak mau tahu, setelah selesai mata kuliah, lo harus ke dokter. Gue yang anter, sama Mas Arsen juga. Dan lo nggak bisa nolak kali ini. Kita periksa, apa yang salah sama tubuh lo. Kenapa akhir-akhir ini lo selalu pucet, terus sekarang ditambah mual juga. Gue juga sering liat, lo akhir-akhir ini sering ke mushola-nya. Tanpa kelewat seharipun. Lo... belum datang bulan?"

Seketika tubuh Naura menegang, dengan ludah yang sangat sulit lepas dari kerongkongan. Bahkan, untuk bernapas saja kesulitan.

Bagaimana ini?

***

Naura semakin deg-degan saja rasanya ketika dosen di mata kuliah terakhir mengakhiri pelajarannya. Ia panas dingin. Kepalanya berpikir secara keras, memikirkan alasan apa yang paling bagus untuk menolak ajakan Melody yang sebenarnya tak menerima penolakan itu. Bagaimana caranya ia memberitahu Melody bahwa ia ingin pergi ke dokter sendirian, tanpa mau ditemani siapa pun. Karena sebelum Melody mengajaknya pun, ia sudah memiliki niat untuk pergi ke dokter dan memeriksa keadaan tubuhnya.

Kalau Melody tahu, itu bisa gawat. Bukan hanya bisa, melainkan sangat gawat.

"Gaskan, Ra, suami tampan gue udah di depan katanya," ucap Melody yang baru saja beranjak dari duduknya.

Naura menelan ludah susah payah. "Gue ada urusan, Mel, kayaknya nggak bisa, deh."

Raut wajah Melody mulai berubah, dari berseri menjadi kesal. "Loh, loh, loh, kok? Tadi, kan, lo udah bilang oke."

"Bu Nadia WA gue, katanya gue harus ke toko habis ini." Naura memberikan alasan asal, namun terdengar masuk akal juga. Semoga Melody mau memahaminya.

Mata Melody menyipit, tanda bahwa ia sedikit curiga dengan alasan yang diberikan oleh sahabatnya itu. "Mana sini, Bu Nadia-nya biar gue telepon. Lo lagi sakit, masa iya mau kerja rodi mulu?"

Masalah pekerjaan, Melody memang sudah mengetahuinya. Bahkan sejak Naura masuk hari pertama. Gadis itu juga tahu kalau Naura sering kecapean akibat bekerja sampai larut malam.

Melody ini memang terlalu pemaksa. Bukannya Naura tidak senang dengan sikapnya yang seperti itu, tetapi di keadaan sekarang, Naura benar-benar tidak bisa menerimanya. mendengar balasan dari Melody membuat Naura berdecak pelan di tempatnya, dengan perasaan yang kembali uring-uringan.

"Nggak bisa, Mel, gue harus tetep ke sana. Lo tau, kan, kebutuhan gue banyak, gue takut dipecat kalau nggak ke sana." Naura masih memberi alasan, namun bukan Melody namanya kalau tidak ada bahan untuk jawaban.

"Gue kasih ganti sesuai gaji lo sebulan, asal lo mau ke rumah sakit sekarang." Melody menarik lengan Naura. "Ayolah, Ra, lo bahkan gak datang bulan sampai selama itu. Takutnya lo ada penyakit serius. Kalo dibiarin malah makin bahaya. Pokoknya kita pergi sekarang."

Naura yang tidak bisa menahan, membiarkan tubuhnya ditarik begitu saja oleh Melody. Napasnya mulai tidak stabil, jantungnya tak kalah berdebar. Naura kehilangan jalan untuk menolak. Naura berada di jalan buntu sekarang. Setelah ini, kalau saja semua kekhawatirannya benar, apakah Melody baik-baik saja jika mengetahui kenyataanya? Apakah Melody bisa percaya dengan dirinya atau malah kecewa?

Naura sudah tidak bisa berpikir lagi.

Hingga keduanya sudah sampai di pintu gerbang depan kampus dan suami Melody sudah terlihat di sana. Berdiri di samping sedan putihnya, menunggu Melody yang sampai detik ini masih menarik Naura dengan paksa.

"Mas, kita ke rumah sakit dulu, ya? Naura sakit," ucap Melody kepada suaminya, membuat Naura semakin mati kutu. Seperti orang bodoh yang sudah tidak bisa berpikir lagi.

Sedangkan laki-laki matang yang berada di hadapan Melody dan Naura, laki-laki bernama Arsena yang tidak lain adalah suami dari seorang Melody Cinta, terlihat kebingungan di tempatnya. "Kamu tidak baca pesan saya?" ucapnya kepada Melody.

Melody mengerutkan keningnya. " Memangnya kenapa?"

Arsena menghela napas. "Kita harus ke Makassar setengah jam lagi, nenek kritis."

Tolong, bukannya tidak memiliki empati sedikitpun atau tidak berprikemanusiaa, namun mendengar ucapan suami Melody membuat Naura menghela napasnya lega. Itu artinya, Melody tidak bisa mengantarnya ke rumah sakit, dan yang paling penting gadis itu tidak akan tahu tentang bagaimana kondisi tubuhnya nanti.

Naura menoleh menatap Melody, yang ternyata tengah melakukan hal yang sama dengan dirinya. "Emang dasarnya lo nggak mau dianter sama gue, ya, Ra," ucap Melody dengan nada lesuh.

"Nggak apa-apa, Mel, keluarga lo juga butuh lo di sana. Lo pergi aja, gue masih sehat dan masih bisa ke rumah sakit sendiri. Percaya sama gue," balas Naura.

Melody diam sebentar, sebelum akhirnya ia menghela napas panjang di sana. Bagaimanapun keluarganya juga tengah membutuhkan Melody di sana. Meskipun nenek yang dimaksud bukan nenek kandungnya melainkan nenek dari suaminya, ia harus tetap pergi ke sana. "Maaf, ya, Ra, lo harus pergi sendirian."

Naura menarik sudut bibirnya karena demi apa pun ia sangat senang dengan hal itu. "Nggak apa-apa, Mel, gue masih bisa sendiri. Gue janji gue bakal ke rumah sakit sekarang."

"Awas, ya, kalau bohong!" tegas Melody.

Naura terkekeh seraya menganggukkan kepalanya. "Iya, Iya, Melody. Gih, nanti lo telat."

Melody menganggukkan kepalanya, setelahnya ia berjalan lebih mendekat untuk segera masuk ke dalam mobilnya. "Gue tepatin soal omongan gue tadi, gue kirim nanti."

Tanpa diberi waktu untuk menjawab, Naura menghela napas ketika Melody sudah memasuki mobilnya. Ia tahu dan ia mengerti maksud ucapan Melody barusan, di mana sesuatu yang akan dikirim nanti adalah uang yang Melody sebutkan ketika mereka masih di dalam kelas.

Itu sangat merepotkan. Naura ingin menolaknya dengan keras.

"Naura, sekali lagi saya minta maaf, ya. Melody tidak bisa mengantar kamu. Semoga cepat sembuh," ucap Pak Arsen sebelum ikut masuk ke dalam mobil.

Naura mengangguk seraya tersenyum. Senyumnya bahkan masih bertahan sampai mobil putih itu melesat jauh meninggalkannya. Naura bisa bernapas lega, namun kekhawatirannya belum juga hilang. Sebab, setelah ini ia akan mengetahui sesuatu yang mungkin dapat membuatnya lebih kepikiran dari sebelumnya.

Naura mulai melangkahkan kakinya, namun belum sampai tiga langkah, ia kembali menghentikan langkahnya ketika ada yang menahan lengannya dari belakang.

Naura menoleh, dan ia melihat Bagas di sana. Laki-laki yang kemarin datang ke toko dan membuatnya kebingungan setengah mati.

1
syisya
uwuuu banget makin ada kejelasan, emang paling enak kalau cerita itu sambil pelukan atau membelai jadi lebih dapet kemistrinya
who i am ?
di tunggu up nya Thor 😘
Heny Adinda
aaaaaa jgn lama2 up nya thot, tengah mlm pun ku tunggu semangat🔥
syisya
😗suit suiiiiiit
who i am ?
one
syisya
waaah ada masalah apa ini yg sudah lama tapi belum kelar
syisya
apa karna urusan cewek ?
syisya
menerkam tanpa aba" ?
beneran gak tuh aku udah lama lho thor menunggu apakah bakal ada adegan 🍍 nanasnya tp sejauh ini belum terlihat tanda" hihihi
Wagini
lanjut
syisya
udah sejauh ini tapi masih jauh aja🤔
syisya
mulai ada titik" nih
Heny Adinda
sweet bgt regann
syisya
lanjutkan
syisya
🤣🤣🤣🤣
who i am ?
lanjut thooor, semangatt💪
syisya
kikikikikik ya iyalah nauraaa masih ditanya lagi, gemes deh
syisya
mampus hhhhh
syisya
waooow crazy up 👏🏻👏🏻👏🏻 makasih kak triple upnya keren bingiiiitz
syisya
thanks thor selalu double up
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!