NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pusat perhatian

“APA?!”

Kelas langsung gempar. Semua mata tertuju pada Keen, yang masih berdiri dengan tenang di depan kelas. Raisa, Gita, Andra, dan Indah pun refleks menoleh dengan ekspresi terkejut. Bahkan Bu Kepala Sekolah tampak sedikit terganggu dengan kericuhan yang tiba-tiba pecah di dalam kelas.

“Gema! Kurang ajar lu! Bule juga lu rebut!” seru salah seorang siswa, suaranya penuh kesal dan cemburu. Siswa-siswa lain juga kesal pada Gema, dalam hati mereka mengutuk Gema.

Kepala Sekolah mengetuk meja guru beberapa kali, mencoba meredakan kekacauan. “Shut! Diam semua!” serunya, suaranya menggelegar, langsung membuat kelas hening seketika. “Keen, silakan duduk di sebelah Hans,” tambahnya dengan nada lebih tenang, menunjuk bangku kosong di deretan depan.

Keen mengangguk patuh dan mulai melangkah menuju tempat duduk yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Tempat duduk itu kebetulan berada di samping Raisa, yang masih terlihat sedikit bingung dengan situasi yang baru saja terjadi.

Hans, seorang remaja tampan dengan tubuh tegap, langsung menurunkan kursi yang ada di atas mejanya, tersenyum penuh percaya diri. “Silakan duduk, nona,” ucapnya dengan nada sopan, matanya berbinar melihat Keen.

Keen hanya membalas senyuman singkat. “Terima kasih,” jawabnya dengan lembut, lalu menaruh tasnya di samping meja dan duduk di kursi tersebut.

Hans tersenyum kearah Keen. “Yes! Ini kesempatan emas buat dapet cewek!” batin Hans penuh semangat.

Sementara itu, Bu Kepala Sekolah melihat jam tangannya, memastikan waktu sebelum pelajaran dimulai. “Masih ada 20 menit sebelum kelas dimulai. Jika kalian ingin bertanya sesuatu pada Keen, silakan. Saya akan meninggalkan kalian dulu,” ucapnya sebelum meninggalkan kelas dan menutup pintu dengan pelan.

Tak butuh waktu lama, kerumunan siswa kembali ramai dengan pertanyaan yang tertuju pada siswi baru itu. Indah, yang penasaran sejak tadi, langsung pindah tempat dan duduk di meja depan Keen, matanya berbinar penuh keingintahuan. “Eh, kamu beneran tinggal di rumahnya Gema?” tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.

Keen, yang belum sepenuhnya memahami konteks, hanya memasang wajah bingung. “Lu? Lu itu apa?” tanyanya balik, mencoba memahami istilah yang tidak dikenalnya.

Indah menepuk jidatnya sendiri dengan tawa kecil. “Sorry, lu itu bahasa slangnya kamu di sini,” jelasnya sambil tersenyum.

Keen mengangguk pelan, mulai mengerti. “Oh, gitu ya. Ya, aku beneran tinggal di rumah Gema, memangnya kenapa?” jawab Keen dengan polos, matanya memandang Indah dan beberapa siswa lain yang tampak penasaran.

Andra, yang duduk tidak jauh dari situ, ikut nimbrung. “Lah, kamu nggak tahu julukannya Gema di sekolah ini?” tanya Andra, suaranya terdengar dramatis.

Keen menggelengkan kepala dengan ekspresi penasaran. “Emangnya apa julukan dia?”

“Gema itu punya julukan playboy atau buaya,” jawab Andra. “Dia suka mainin cewek, bikin cewek-cewek suka sama dia, terus diabaikan atau ditolak. Habis itu, dia cari cewek lain,” lanjutnya dengan nada penuh gosip.

Keen mendengar semua itu dengan ekspresi tak percaya. “Apa? Gema?” ujarnya pelan, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja didengarnya.

Keen mulai ditanyai banyak pertanyaan yang berbeda-beda dari teman-teman barunya itu.

......................

Bel istirahat berbunyi, membuat semua murid SMA Gajah Mada itu keluar dengan wajah penuh syukur. Begitu juga dengan Raisa, Gita, Indah, Andra beserta teman mereka, Keen dan Hans, kalian pasti tahu alasan Hans ikut. Mereka duduk di tempat biasa ditempati Raisa dan kawan-kawan.

“Sekarang giliran lu kan yang pesen, Git?” tanya Indah, mengingat giliran memesan makanan.

Gita mengangguk pelan. “Iya, lu pada mau pesen apa?”

“Gua bakmie sama es susu,” jawab Raisa.

“Gua nasgor sama es Nutrisari yang jeruk,” ucap Andra.

Keen menatap Andra bingung. “Apa itu nasgor?”

Hans tertawa kecil dan menjawab, “Fried rice.”

“Oh, aku paham sekarang. Kalau begitu aku juga nasgor, tapi sama jus mangga,” balas Keen.

“Lu apa Hans?” tanya Gita.

“Gua samain aja sama Keen,” jawab Hans santai.

Gita mencatat semua pesanan lalu beranjak menuju warung di kantin, meninggalkan yang lain untuk mengobrol.

Sementara itu, di sisi lain kantin, Gema, Tara, Kian, dan Dava baru saja tiba setelah pelajaran matematika yang melelahkan. Wajah mereka menggambarkan kelegaan yang mendalam setelah melalui jam yang menekan mental mereka.

Tanpa disadari, pandangan Gema langsung tertuju ke arah Keen. Ia tampak kaget melihat Keen duduk bersama Raisa dan kawan-kawannya. Seketika, Gema memalingkan wajahnya, berusaha menghindari kontak mata. Di kejauhan, Keen tersenyum kecil, seolah menikmati reaksi Gema yang kikuk.

“Tumben banget Gema dan gengnya baru masuk kantin. Biasanya mereka yang paling pertama sampai,” celetuk Gita yang baru saja kembali dengan pesanan mereka.

“Lu nggak nyapa Tara, Ndra?” tanya Gita, menyadari Andra tak menegur Tara yang juga ada di kantin.

“Nggak. Bodo amat, biarin aja,” balas Andra sambil melipat tangannya.

“Lu masih marahan sama Tara? Bukannya kemaren udah baikan?” Raisa mengangkat alis, penasaran.

Andra hanya mendesah. “Iya, tapi ada beberapa hal yang belum selesai. Begitulah.”

Hans, yang duduk di sebelah Keen, menepuk pundak Andra dengan santai. “Yang sabar ya, Ndra. Pacaran sama orang pendiem emang butuh ekstra sabar.”

Andra hanya mengangguk pelan, tak ingin memperpanjang pembicaraan. Mereka akhirnya mengalihkan obrolan ke topik yang lebih ringan, sembari menikmati makanan yang telah tiba.

Di meja lain, tepat di depan mereka, Gema dan sahabat-sahabatnya menghibur diri dengan bermain kartu Uno sambil menikmati bakso. Gelak tawa sesekali terdengar dari meja mereka, mencairkan suasana kantin yang ramai.

“Uno game!” Kian berteriak gembira setelah menghabiskan semua kartunya. Ia tersenyum puas, sementara yang lain hanya menggelengkan kepala, kesal karena kalah.

Kian mengambil mangkuk baksonya dan memakannya sambil celingak-celinguk, mencari sesuatu yang menarik. Tak lama, matanya menangkap sosok kakak kelas mereka, Sarah, yang duduk di meja seberang dengan wajah sedih.

“Lah, itu kak Sarah, ngapain dia sedih begitu?” bisik Kian. Tentu saja, perhatian Gema dan yang lainnya langsung tertuju pada Sarah.

Mereka melihat kakak kelas berdarah Jepang-Sunda itu terduduk diam, dengan lima kotak plastik berisi risol di depannya. Ia tampak lesu, dan dari wajahnya terlihat jelas ada sesuatu yang mengganggunya.

“Mau samperin?” Kian mengajak sahabat-sahabatnya.

Gema mengerutkan kening. “Ngapain? Biarin aja.”

Tapi Kian tak menyerah. “Siapa tau dia ada masalah dan kita bisa bantu. Sekalian dapat pahala, bro.”

Sebelum sahabatnya sempat protes, Kian sudah bangkit dan berjalan menuju Sarah, membuat yang lain tak punya pilihan selain mengikuti.

“Kenapa, Kak?” tanya Kian, mendekati meja Sarah dengan senyum ramah.

Sarah mendongak, wajahnya masih menyiratkan kekecewaan. “Aku lagi nyoba jualan risol, tapi dari tadi nggak ada yang beli. Udah keluarin modal banyak, tapi belum laku satu pun.”

Dava menggaruk kepalanya, berpikir sejenak. “Berapa harganya, Kak? Dan totalnya ada berapa?”

“Lima ribu satu. Total ada 50 risol,” jawab Sarah, matanya sedikit berkaca-kaca.

Kian tersenyum penuh arti. “Oke, Kak. Gini aja, kita bantu jualin risolnya. Kalau habis, Kakak kasih kita 50 ribu aja. Kalau nggak laku, ya nggak usah kasih apa-apa. Deal?”

Sarah tertegun, tak percaya dengan tawaran itu. “Beneran?”

“Sumpah, Kak. Kalau bohong, potong kuping gua!” Kian bersikeras, meyakinkan.

Sarah akhirnya tersenyum, merasa sedikit lega. “Yaudah, gua terima.”

Begitu kesepakatan dibuat, Dava dan Kian segera memasang aksi teatrikal mereka. Mereka menarik napas dalam-dalam, dan dengan lantang berteriak di kantin yang ramai.

“Dibeli! Dibeli risolnya kakak Sarah! Dengan harga 5 ribu, kalian bisa berfoto dengan dua artis SMA Gajah Mada ini yaitu Gema si playboy dan Tara, si kapten basket tampan!”

Kantin seketika heboh. Semua mata tertuju pada Gema dan Tara yang langsung memerah karena malu. Mereka tak menyangka Kian dan Dava akan melakukan hal semacam itu.

“Anak bangsat!” maki Gema dan Tara serempak.

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!