NovelToon NovelToon
Midnight Rain

Midnight Rain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Kaya Raya / Angst / Romansa / Roman-Angst Mafia
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: AYZY

Pada mulanya, sebuah payung kecil yang melindunginya dari tetesan hujan, kini berubah menjadi sebuah sangkar. Kapankah ia akan terlepas dari itu semua?



Credits:

Cover from Naver

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYZY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cold and Heavy, Like Midnight Rain

Di sisi lain, pada sebuah gedung pencakar langit lantai ke-13.

"Bagaimana?" Andrew bertanya setelah Johan datang ke ruangan pribadinya sembari membawa sejumlah berkas.

"Ini adalah foto - foto yang dapat kita ambil," ucap Johan sembari menyerahkan sebuah amplop coklat berukuran besar yang dengan cekatan langsung dibuka oleh Andrew. Saat pria itu melihat foto-foto tersebut, Johan segera melanjutkan, "sangat sulit menemukan Nyonya Evans, akan tetapi sepertinya ia juga mengganti identitas aslinya."

"Kenapa? Apa alasannya?" Dahinya semakin berkerut, ia tidak suka terlibat urusan kakaknya, akan tetapi mau tidak mau ia harus menyelidiki juga. Apalagi, itu menyangkut Stella .... Entah kenapa Andrew menjadi sedikit khawatir karenanya.

Johan tampak ragu-ragu sejenak sebelum menjawab. Ia berdehem singkat, "Pertama-tama, kau juga harus ingat tentang kecelakaan yang terjadi bertahun-tahun silam."

"Maksudmu kecelakaan mobil yang dialami Nathan?"

"Betul. Itu adalah kecelakaan yang tidak biasa. Suami Nyonya Evans—seorang detektif swasta tewas dalam kecelakaan tersebut setelah berkunjung ke rumah mantan direksi—mendiang Tuan Anthony Turner," ucap Johan. Ia menghela napas sembari mengempaskan tubuhnya ke sebuah sofa yang berada tak jauh dari meja kerja Andrew.

"Lalu?"

"Kusarankan untuk tidak terlibat terlalu jauh." Johan memijat pelipisnya.

"Jangan menasihatiku, Jo. Teruskan saja informasi apa yang kau dapatkan."

"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak melakukan sesuatu, karena informasi yang aku dapatkan itu pun belum tentu benar,"

Sebenarnya, Johan mulai khawatir. Entah kenapa ia memiliki firasat yang buruk. "Menurutku, mungkin saja ada yang disembunyikan oleh mereka berdua. Apakah kamu tidak pernah bertanya-tanya, mengapa malam itu Tuan Nathan dan Tuan Anthony berada di dalam mobil yang sama dan secara kebetulan menuju ke rute yang juga dilalui oleh mobil mendiang suami Nyonya Evans?"

"Tepat setelah mobil mendiang Tuan Evans pergi dari rumah mendiang Tuan Anthony, Tuan Anthony langsung keluar menggunakan mobilnya."

"Untuk mengejar mobil seorang detektif swasta itu, begitu?"

Johan menganggukkan kepala. "Sayangnya, tidak ada alasan lain lagi yang masuk akal selain itu. Informasi ini aku pastikan kebenarannya, entah kau ingin percaya atau tidak."

Johan meletakkan sebuah berkas lagi di meja Andrew. Itu adalah data rekaman cctv pada saat kejadian. Lengkap dengan foto mobil dan plat.

"Jika benar apa yang kau katakan, kurasa Nathan juga tidak akan seceroboh itu. Bisa saja mereka berdua menyuruh orang lain untuk mengejar mobil orang itu. Apakah mereka berdua dalam keadaan yang sangat terdesak? Tapi terdesak karena apa? Apa yang mereka berdua sembunyikan sebenarnya?" ucap Andrew sembari membaca berkas tersebut dengan teliti.

Salah satu berkas menunjukkan profil Anthony Turner, lengkap dengan data dirinya. "Anthony Turner ... Sean Turner? Hanya ini informasi yang kau dapatkan?" Andrew bergumam. Kemudian terlintas sekelibat bayangan dalam benaknya. Ia teringat saat itu ia pernah memukul Sean saat mereka masih duduk di bangku sekolah menengah. Waktu itu semua orang mengira bahwa dirinya cemburu karena Stella—yang sudah menjadi pacarnya waktu itu didekati oleh Sean.

Padahal kenyataannya tidak demikian.

Setelah pria itu menyadari kebodohan apa yang ia lakukan di masa lalu, ia tertawa. Tapi tawa itu terdengar sangat menyakitkan.

"Aku mengerti sekarang, ternyata kakakku itu memang sedang menyembunyikan sesuatu," Andrew menutup semua berkas itu dengan kasar, sama sekali tidak berniat untuk menyentuhnya lagi.

"Bodohnya aku dulu menurutinya tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun. Dan Stella Evans, gadis itu tidak lebih dari seorang pion bagi Nathan," Andrew berkata tanpa belas kasih, namun suaranya sedikit bergetar. Hatinya terasa berat namun pria itu tidak menyadarinya. Ketika ia mulai merogoh satu batang rokok dari balik laci mejanya Dan membakar ujungnya sampai mengeluarkan asap, ia mulai memikirkan sesuatu.

Apa yang telah dilakukan oleh Nathan pada keluarga gadis itu?

Andrew menghisap rokoknya dalam-dalam kemudian mengembuskannya secara perlahan.

Sementara itu, Johan memperhatikannya tetap pada posisinya semenjak ia datang kemari.

Meskipun Johan hanyalah seorang bawahan, tapi pria itulah yang selalu berada di samping Andrew. Ia tahu betul bagaimana perkembangan pria itu semenjak kedatangannya untuk mengisi jabatan direksi yang kosong, persoalan keluarga yang harus dihadapinya, dan masalah lain. Meskipun masih terbilang sangat muda, ia lebih dari cukup untuk melakukan pekerjaannya dengan baik. Bahkan Nathan tidak bisa menyaingi dirinya, terlepas dari kalinya yang cacat.

Hanya satu yang kurang. Tapi apa itu, Johan sendiri tidak tahu. Yang pasti, ada satu hal yang tidak disadari oleh semua orang. Seperti saat ini. Ketika Johan melihat pria itu sedang menyembunyikan emosinya dengan mengisap tembakau dan tidak lagi berbicara sepatah katapun. Ketika itulah Johan tahu hanya dengan melihat bahasa tubuhnya yang berubah menjadi lebih gelisah daripada biasanya. Maka dari itu ia tadi sempat berkata untuk menyuruhnya berhenti menggali informasi.

"Omong-omong, di mana semua foto ini diambil?"

"Di Kota X, kira-kira jauhnya 80 km dari sini. Kenapa? Apa kau berniat menemuinya?"

"Tidak, bukan apa-apa."

Johan menghela napas untuk kesekian kalinya. Jelas pria itu sedang menyembunyikan sesuatu. Dan bisa-bisanya Andrew hendak membakar rokok keduanya? Dengan sigap ia berjalan beberapa langkah ke depan—menuju meja kerja Andrew kemudian menyambar putung rokok baru yang nyaris dimasukkan ke dalam mulut.

"Jika kau begitu khawatir ataupun merasa bersalah pada Stella, maka setidaknya jangan membuat gadis itu menangis lagi."

Kapan Stella menangis? Begitu pikirnya.

Dan begitulah satu kalimat yang dilontarkan oleh Johan pada hari itu bersarang di dalam pikirannya setiap saat.

1
🌸Ar_Vi🌸
laaahh.. kok gitu.. di eksekusi langsung stella nya.. /Chuckle/
AYZY: gua yang deg degan /Drowsy/
total 1 replies
🌸Ar_Vi🌸
lanjuut..
🌸Ar_Vi🌸
rumit keknya ya thor..
saran aja nih.. kalau buat cerita misteri, updatenya sehari 3 x.. supaya pembacanya ga kentang.. /Chuckle//Kiss/
AYZY: lagi sakit kepala 😣😭
🌸Ar_Vi🌸: semangat kakak.. /Applaud/
total 3 replies
🌸Ar_Vi🌸
selowww banget ya ceritanya.../Bye-Bye/
AYZY: wkwk gimana, lanjut nggak
total 1 replies
AYZY
jika kamu tidak akan melakukan apa pun malam ini, bagaimana kalau kamu melakukan sesuatu untukku?
AYZY
kalau aku tak datang siapa yang bisa menggantikanku ya?
AYZY
sepanjang waktu aku menunggumu untuk memintaku ikut denganmu. karena aku hanya ingin mendengarnya darimu
AYZY
Aku baru saja bangun, ada apa?
aqua_ rine
/Chuckle/
aqua_ rine
buset
aqua_ rine
tuh kan
aqua_ rine
bener bener ya lu
aqua_ rine
parahh
aqua_ rine
awokwowk
aqua_ rine
masak sih
aqua_ rine
/Frown//Frown//Frown/
aqua_ rine
omegattt
aqua_ rine
Stella, run 😭😭😭
AYZY: /Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ruhe
moga lancar ka ❤👍
AYZY: thanks 💛💜
total 1 replies
AYZY
kamu pasti setuju denganku kan?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!