Kisah sederhana tentang dua anak manusia yng ingin saling menemukan kebahagiaan. Nia, gadis sebatang kara yang mentalnya hancur saat kecil karena orang-orang di sekitarnya. Bertemu dengan Bagus, laki-laki sederhana yang bekerja sebagai tukang bangunan. Niat tulus Bagus mampu membuat Nia luluh dan mau menjalin hubungan dengan Bagus hingga akhirnya menikah.
Bagaimana kisah keduanya? Yuk kita baca bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Muslikah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
22.
Kalau ada yang bertanya siapa orang yang paling bahagia saat ini? Dengan sangat bangga bu Lasmini akan dengan senang hati mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Jujur hati bu Lasmini malam ini sangat senang dan bahagia. Senyuman tak pernah luntur dari wajahnya. Melihat anak-anak beserta cucu dan menantu begitu rukun, sungguh bu Lasmini tak ingin momen ini berakhir.
Tapi dari semua itu yang membuat bu Lasmini palingan bahagia adalah putranya si bujang lapuk akhirnya menemukan calon teman hidupnya. Meski masih terlalu awal tapi setidaknya ada harapan kedepannya nanti.
"Uti, tumben menunya banyak? Biasanya ayam kecap pakai sambel teri terus oseng kangkung" Ucap Enggar, anak Erni yang sama julid nya dengan sang ibu meskipun laki-laki.
"Kenapa? Gak suka sama menunya? " Sahut pak Warsidi.
"Malah suka Kong, cuma agak kaget aja, tumben gitu hehehe" Enggar pun nyengir.
"Enak gak gar? " Kini ganti Bagus yang bertanya.
"Banget paklek, apalagi ayam serundeng nya, enak, gak kayak biasanya"
"Jelas enak ini yang masak calon bulekmu ini" Ucap Bagus membanggakan calon istrinya. Nia hanya tersenyum tidak enak melihat semua atensi orang tertuju padanya.
"Beneran Nia? " Dedi memastikan.
"Beneran Ded, jangan harap istri, mertua dan para iparmu yang masak, kalau mereka yang masak menunya yang tadi kayak yang dibilang Enggar. Keren kan Ded? Baru kali ini tamu malah yang njamu tuan rumah " Ada sindiran dari apa yang Bagus ucapkan membuat ketiga saudaranya dan sang ibu jadi malu sendiri. Dasar payah, ucap Bagus dalam hati.
Dedi terkikik sendiri dengan apa yang di sampaikan Bagus.
"Tapi jujur ini sangat enak, apalagi sambel tomat nya juara" Puji Jumari dan diacungi jempol Edi yang sejak tadi sibuk nambah ayam dan urap.
"Uti nanti minta ayam serundengnya ya? Buat sarapan besok" Ucap Enggar yang terlihat sangat suka dengan ayam goreng serundeng.
"Suruh sendiri ibumu masak " Ucap Bagus sebal. Enak aja main mau bawa.
"Ih pakek jahat" Enggar manyun karena ucapan Bagus.
"Minta sama Bulik Nia dong gar, ini yang masak bulek bukan uti" Ucap bu Lasmini.
Enggar tersenyum malu-malu. Jujur saja bocah laki-laki itu sejak tadi terpukau dengan kecantikan Nia. Bahkan mau menatapnya saja dia sungkan. Karena menurut Enggar, Nia wanita paling cantik yang pernah ia lihat langsung.
.
.
Acara makan malam telah selesai, semua anggota keluarga kini telah berkumpul kembali di ruang keluarga. Menikmati hidangan penutup, ada gorengan, buah, kue brownies dan beberapa jajanan yang dibawa oleh saudara- saudara Bagus.
"Ini brownies kok enak ya? Gak kayak yang di jual di penjual sayur itu" Ucap Risma yang sejak tadi tidak berhenti memakan brownies.
"Iya, gak enek juga kan? " Sahut Edi suami Erni.
"Uti beli dimana ini? " Kini ganti Abdul yang bertanya pada sang uti yang baru saja ikut duduk setelah dari dapur.
"Buatan Bulik kalian itu, enak ya? " Jawab bu Lasmini membuat semua orang benar-benar kaget.
Dedi yang mendengar ucapan sang mertua langsung saja menatap calon adik iparnya. Jujur saja Dedi ini sudah sangat lama tahu Nia, dulu dia bunganya SMP 1. Gadis paling cantik saat itu. Tapi sederhana dan tidak banyak tingkah. Banyak orang yang suka dan mengejarnya tapi tak ada satu pun yang berhasil membuat hati wanita cantik itu hatinya terbuka.
Dedi yang beda satu tahun sekolahnya dengan Nia hanya tahu kabar Nia sampai di lulus saja. Setelah itu dia tidak pernah tahu. Dan sekarang kembali bertemu dengan versi Nia yang luar biasa sempurna. Jujur sebagai laki-laki dia tidak bisa bohong kalau Nia adalah paket lengkap untuk seorang wanita. Dan beruntungnya bagus memiliki Nia sebagai teman hidupnya.
"Belajar dari mana Nia? " Dedi mencoba mengakrabkan diri.
"Ikut les" Jawab Nia singkat.
"Bisa ini buka toko kue kalau sudah menetap di sini pasti laris" Sahut Jumari memberi saran.
"Bisa dipikirkan nanti" Bukan Nia yang menjawab tapi bagus.
"Semua udah kumpul belum? " Tanya Bagus sambil melihat semua saudara dan iparnya. Kalau para ponakan ada yang sedang asik bermain di luar sambil leyeh-leyeh.
"Udah gus" Jawab Erna dan Erni kompak.
"Untuk semuanya... " Ucap Bagus memulai.
Malam ini dihadapan para keluarganya Bagus dengan kepercayaan dirinya memberi tahu kepada seluruh saudara dan iparnya perihal kedatangan Nia. Bagus menjelaskan bahwa hubungannya dan Nia akan segera melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu menikah. Semua saudara dan iparnya tak lupa juga pak Warsidi juga bu Lasmini kaget, karena yang mereka tahu hubungan keduanya masih sangat baru. Tapi kenapa harus cepat-cepat menikah.
Tapi setelah dijelaskan mereka paham dan mendukung saja. Terlebih para saudara Bagus yang sangat senang dengan kabar ini. Akhirnya saudara laki-laki mereka laku juga, itu yang ada di otak para saudaranya.
"Nia ini sebatang kara jadi semua acara nanti diadakan di rumah ini, bagaimana Nia? " Tanya pak Warsidi.
Nia menatap Bagus yang sejak tadi menggenggam tangannya.
"Saya ngikut saja pak bagaimana baiknya" Jawab Nia.
"Mau mengadakan acara lamaran gak mbak? " Kini ganti bu Lasmini ynag bertanya.
"Tidak perlu buk, langsung nikah saja" Jawab Nia pagi.
"Kalau memang begitu rencana kalian jujur bapak sangat senang, ini mulai mengurus pernikahan mau kapan? Apa masih mau beberapa bulan lagi? Atau langsung saja? " Tanya pak Warsidi memastikan.
Nia terlihat sedikit bingung, pasalnya pekerjaannya di Surabaya juga harus dia pikirkan. Dia masih ada kontrak.
"Saya masih ada kontrak kerja pak, jadi perlu ngobrol dulu dengan orang kantor" Jawab Nia dan diangguki oleh yang lain.
"Kalau kamu gimana gus? " Pak Warsidi menatap sang putra.
"Ngikut Nia aja pak" Jawabnya cepat.
"Iyalah gak ngikut gimana? Mau jadi karatan? " Sahut Erni si mulut pedas.
"Ampun Erni mulutmu" sentak bu Lasmini gemas dengan putrinya ini. Erni terkikik sendiri. Suka sekali dia menggoda bagus.
.
.
"Oke makasih ya mbak, nanti kalau aku sudah balik ke Surabaya kita ngobrol lagi" Ucap Nia saat sedang menelpon seseorang.
(....... )
"Oke deh, dah dulu ya? Assalamu'alaikum" putus Nia memutuskan sambungan teleponnya.
"Gimana yang? " Tanya Bagus yang sejak tadi duduk di samping Nia.
"Kata mbak Mira sih gak masalah mau menikah sekarang kan bisa cuti juga tapi ya satu bulan sebelum hari H udah ngajuin cuti, jadi biar bisa cari pengganti aku gitu" Jelas Nia dan diangguki bagus.
"Terus setelah menikah kamu gimana? Masih mau kerja dan tetap di Surabaya atau ke kampung? "
Nia terlihat berpikir, jujur ini pilihan yang sulit bagi Nia. Di satu sisi dia ingin di kampung tapi di sisi lain dia masih terbayang rasa sakit itu.
"Kalau pulang kampung aku masih boleh kerja kan? "
"Kenapa mau kerja? "
"Gak papa mas, cuma sayang aja dengan posisiku saat ini. Kerjaanku gak berat kok mas bener deh"
"Emang bisa gitu kamu kerja di sini? "
"Kata mbak Mira bisa diusahakan, aku kan salah satu BA yang sering goal mas, jadi bisa dipertimbangkan" Jelas Nia.
"Senyamannya kamu aja lah yang, yang penting kamu gak tertekan hidup sama aku"
.
.
Pagi kembali menyapa di rumah Bagus, Nia sudah bangun sejak sebelum adzan subuh berkumandang. Tapi tidak langsung keluar kamar. Tapi setelah mendengar adzan barulah dia keluar bersamaan dengan bu Lasmini.
Nia melakukan sholat subuh bersama dengan bu Lasmini sementara bagus dan pak Warsidi ke mushola.
"Mbak Nia ibu keluar dulu sebentar ambil belanjaan. Mbak kalau mau bikin kopi atau teh silakan. Bapak tadi sudah ibu buatkan" Ucap bu Lasmini sebelum keluar dari rumah lewat pintu belakang.
Nia pun mengangguk. Lalu dia mengambil ceret air dan merebus air untuk membuatkan Bagus kopi dan teh untuk dirinya sendiri.
"Hemm.....kopinya wangi yang" Ucap bagus yang baru saja datang dan kini tengah memeluk erat nia dari belakang. Nia jujur saja kaget dan hampir memekik. Tapi tidak jadi.
"Bikin kaget aja deh" Nia menepuk lengan Bagus kencang membuat sang pemilik tertawa keras.
Bagus pun membalikkan tubuh Nia hingga berhadapan dengannya dan menguncinya dengan melingkarkan tangannya di kedua pinggang Nia. Posisi keduanya sungguh dekat dan intim. Nia bahkan sampai bisa merasakan hembusan nafas Bagus.
Cup...
Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir manis Nia. Nia tersipu malu tapi juga takut kalau ada orang yang melihat. Nia menunduk saja.
"Gak usah malu gak ada orang" Ucap bagus dan kembali dia mencium dan memanggut lama bibir manis Nia.
"Astaghfirullah......" Teriakan seseorang membuatmu Nia dan Bagus menghentikan aktivitas nikmat mereka. Bagus pun melotot tajam melihat sang pemilik suara.
slm kenao