"I love you, om!!
maaf Tari pergi tanpa pamit, karena ternyata selama ini perasaan Tari, bukanlah rasa sayang seorang ponakan pada pamannya, melainkan rasa sayang seorang wanita pada lawan jenisnya, maaf sekali lagi, Tari pergi tanpa pamit, dan semoga kita bertemu setelah Om menikah."
Itu adalah isi surat dari Mentari Putri untuk pamannya yang bernama Andre tian.
Putri pergi tanpa pamit, karena sungguh jika dia harus pamit secara langsung, rasanya tidak mungkin, Tari tidak akan kuat, sungguh.
Sementara itu yang membaca surat langsung meremas surat tersebut dengan sangat kuat, sampai urat ditangannya terlihat mengeras,-
Dan semoga karya saya kali ini, bisa dinikmati banyak pembaca Aamiin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap salah
"Om tidak apa-apa?" tanya Mentari masih dengan wajah kawatirnya.
"Kau... kenapa ada disini dan kenapa ada diatas tempat tidurku?" ucap Tian yang kini sudah berdiri dan menatap marah pada Mentari.
"Ah Syukurlah Om sudah marah-marah" itulah jawaban Mentari yang merasa senang karena Tian sudah marah-marah pertanda jika dia sudah sembuh, dan setelah itu Mentari bergegas turun dari tempat tidur tian, lalu merapihkan dua selimut miliknya dan untuk selimut Tian dia tidak perduli.
"Astagfirullah, Tari kau sedang apa disini, dan kenapa tadi kau diatas tempat tidurku?" ulang tian mengulang pertanyaannya tadi.
Mentari yang sedang melipat selimutnya kini berkata dengan wajah tanpa dosa. "Aku mencoba membuat om merasa hangat."
"Heh? maksud kamu apa?" ucap Tian yang memang lupa jika tadi dia kedinginan.
"Tadi om sakit, dan terus berkata dingin-dingin, aku yang sudah kehabisan akal untuk membuat Om merasa hangat, ya langsung naik ketempat tidur dan memeluk Om, dan hasilnya lihat Om langsung sembuh dan sudah marah-marah lagi" Sungguh Mentari berucap tanpa rasa berdosa dan malah terkesan bangga karena berhasil menyembuhkan omnya itu.
"Astagfirullah Tari...." ucap Tian tidak habis pikir. "Tari... otak kamu ditaruh dimana? Bagai mana jika tangan ku ini berbuat yang tidak-tidak pada Tubuhmu, walau aku ini pamanmu tapi aku adalah laki-laki dewasa."
"Iya aku tahu, sangat tahu, tapi om juga harus tahu, jika tadi tangan Om sampai bergerak diluar jalur, sudah pasti dari tadi om sudah kutendang" jelas Mentari yang secara tidak langsung mengatakan jika Tian tidak berbuat apa-apa padanya.
"Tapi tetap saja apa yang kamu lakukan salah" ucap Tian tidak sedikit pun dia berpikir untuk membenarkan tindakan Mentari tadi.
"Iya, aku salah, aku minta maaf, dan lain kali jangan sakit lagi agar aku tidak melakukan hal yang sama, oh Iya maaf pintunya didobrak pak Rt" ucap Mentari yang sudah membalikan badannya hendak keluar kamar Tian, namu saat matanya melihat pintu yang sedikit rusak, dia pun baru ingat tentang pintu kamar Tian itu, dan saat itu juga Mentari langsung memberitahu kenapa pintu kamar itu bisa rusak.
Tian menatap pintu kamarnya sambil berkata "Tadi pak Rt kesini?"
"Ya aku memanggilnya karena kawatir sama Om yang gak keluar kamar dan ya gitu aku memanggil pak Rt yang kebetulan lewat buat dobrak pintu kamar Om, dan rasa hawatirku terbukti saat pintu berhasil dibuka, Om tergeletak dilantai, Ya sudah aku mau istirahat cape," ucap Mentari mulai melangkah namun langkahnya terhenti karena suara Tian yang berkata "Maaf dan terimakasih."
"Hem, lain kali jangan sakit lagi seperti tadi, aku takut apalagi saat ingat Om sakit gara-gara aku" ucap Mentari yang tidak ingin melihat kearah Tian lagi.
Mentari yang kini merasa lapar memilih untuk kearah dapur setelah menaruh selimut miliknya, niat awal mentari janya ingin mengambil makanan untuk dirinya saja, karena rasanya malas jika harus sekalian membawakan makanan untuk Tian.
Namun baru juga dia menaiki anak tangga menuju pembatas ruangan antara dapur ruang keluarga juga kamar-kamar, Mentari kembali turun dan mengambil makanan untuk Tian beserta minumnya tentu saja, alhasil dua mangkuk sup ayam, satu mangkuk nasi dan dua gelas air, dia bawa diatas nampan, menuju kamar Tian.
"Om, makan dulu" ucap Mentari.
Tian menoleh kearah Mentari dengan dia yang duduk bersandar diatas tempat tidur, seperti sedang melamun.
"Kebetulan tadi aku masak sup, jadi tidak harus repot-repot memasak lagi untuk Om." ucap Mentari sambil memberikan satu mangkuk Sup untuk Tian.
"Ini om, oh iya apa perlu aku suami?" tanya Mentari yang kini malah berpikir mungkin Tian butuh bantuannya untuk memakan supaya.
"Tidak perlu aku bisa makan sendiri." ucap Tian menolak tawaran Mentari, karena jika itu sampai dilakukan Mentari entah akan seperti apa perasaannya itu, apa lagi kini dia sedang berusaha untuk tidak berpikir membuat Mentari mencintainya seperti dirinya yang mencintai Mentari.
"Baiklah, ini nasinya mau sedikit atau banyak?"
"Sedikit saja, takut jika kebanyakan tidak akan habis" ucap Tian dan Mentari langsung menaruh sedikit nasi dimangkuk sup Tian.
Tian memakan makanannya sambil terus menatap Mentari, yang duduk diatas kasur yang sama namun dia menghadap kearah lain dan sepertinya dia makan sambil melamun, Terbukti saat dia dipandang terus oleh Tian, Mentari tidak menyadari tatapan Tian, yang bisa membuat siapapun langsung Tahu Jika Tian menaruh rasa pada mentari.
semangat Thor 💪
makasih 🙏😘
jadi cowok munafik banget, sudah jelas tau kalo mentari mencintai nya dan dia pun mencintai nya kenapa gak mutusin indah saja
Sabar terus mau selebar apa tubuhku ini kalau harus sabar terus hik hik hik/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
plissssssss./Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
ku mohon.....
Jadi plis kasih bintangnya dong biar penulis amatir ini semangat nulisnya /Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
satu lagi jang lupa tinggalkan jejak dengan cara vote, dan like. makasih dan sehat selalu.