Kisah Manis Seorang Penulis

Tiba di ruangan Rahm, Sefty langsung berontak dan melepas cekalan tangan Rahm dengan kasar. "Lihat! Hidupku menjadi tidak tenang karenamu," ucap Sefty saat melihat wartawan yang masih belum pergi dari gedung perkantoran Rahm. "Lagipula kau itu manusia paling aneh yang pernah aku temui. Berani-beraninya kau mengatakan aku kekasihmu, padahal kita sama sekali tidak saling mengenal."

"Kau pikir aku tidak punya alasan mengakuimu sebagai kekasihku?" Rahm duduk di meja kerjanya tanpa menatap Sefty yang saat ini berdiri di dinding kaca yang mengarah ke halaman depan kantor.

"Apa alasanmu?" tanya Sefty.

"Di sana kemarin ada mantan kekasihku, dan aku sengaja mengatakan bahwa kau adalah calon tunanganku agar dia tahu bahwa aku tidak akan terpuruk hanya karena kehilangannya."

"What? Jadi kau memanfaatkan aku untuk keuntunganmu?" tanya Sefty tak percaya. "Seharusnya, pemberitaan media itu menghujatmu bukan aku. Karena faktanya, kau yang memanfaatkanku atas peristiwa ini."

"Sudahlah jangan dibahas."

"Apa kau bilang? Jangan dibahas? Hei, Tuan muda Leonardo, dengarkan aku. Namaku diperbincangkan dan sosial mediaku diserang. Kau tahu, itu sangat-sangat mengganggu ketenanganku, dan kau malah seenaknya memintaku untuk tidak membahas ini?"

"Ti-tidak tidak, bukan itu maksudku. Dengar, aku pasti bertanggung jawab untuk membersihkan nama baikmu kembali, aku janji. Tapi tolong beri aku waktu."

"Sampai kapan?"

"Sampai—"

Tok tok...

Dave masuk ke ruangan Rahm dan langsung menunjukkan ponselnya kepada Rahm begitu saja.

"Kurang ajar! Jadi dia akar dari hujatan ini?" tanya Rahm dengan rahang mengeras.

"Benar, Bos. Tampaknya Nona Arneta masih tidak terima melihat anda bahagia, maka dari itu ia membuat akun palsu dan menghujat Nona Sefty."

"Ada apa? Pelakunya sudah ketemu?" tanya Sefty yang kini berangsur mendekat.

"Nona? Sejak kapan anda di sini."

"Maaf, ternyata mantan kekasihku 'lah yang menyebar berita tidak baik tentangmu." ucap Rahm pada Sefty tanpa menghiraukan pertanyaan Dave.

"Mantan kekasihmu?"

Dave langsung menunjukkan foto Arneta di ponselnya "Ini Nona Arneta, mantan kekasih Tuan Rahm."

"Dia ini..."

"Ya, dia adalah salah satu pemain di film anda."

Sefty masih tidak habis pikir. Ternyata, mantan kekasih Rahm adalah salah satu cast yang mengambil peranan penting dalam filmnya.

"Dave, langsung temui Arneta dan minta dia menghapus semua artikel atau apapun yang dia buat untuk menghujat Sefty. Bersihkan nama baik Sefty seperti semula. Kalau dia melawan, maka langsung saja kau bawa ini ke jalur hukum. Aku sudah cukup muak dengan wanita itu yang selalu berbuat seenaknya." ucap Rahm.

"Siap, Bos."

Setelah Dave pergi, Sefty juga ikut pergi dari ruangan Rahm. Seakan tidak ingat jika di luar masih ada wartawan, Sefty berjalan dengan santai tanpa mengenakan penutup wajahnya lagi, dan hal itu membuat wartawan mengenali wajahnya.

"Itu Nona Sefty." tunjuk salah satu wartawan.

"Di mana?"

"Itu."

Sefty menghentikan langkahnya dengan mata membulat sempurna saat dirinya dikejar oleh wartawan. Ia berusaha menutup wajah dengan sepuluh jarinya dan menerobos rombongan wartawan itu. Namun ternyata semuanya memang tidak semudah itu. Sefty terjebak diantara banyaknya wartawan dan membuatnya tidak bisa kemana-mana.

Dari lantai atas, Rahm begitu panik saat melihat Sefty terjebak dalam kerumunan wartawan. Dengan cepat, Rahm turun menuju tempat para wartawan itu dan mencoba melewati mereka semua untuk menjangkau Sefty. Begitu ia dekat dengan Sefty, dengan segera ia menggapai pinggang Sefty dan memeluknya, lalu mengajak Sefty untuk lari dari kejaran wartawan.

Rahm membawa Sefty masuk ke mobilnya dan langsung membawa Sefty pergi dari gedung perkantoran keluarganya. Meski awalnya sedikit susah untuk pergi dari sana karena para wartawan yang menghadang mobil mereka. Namun akhirnya Rahm dan Sefty tetap bisa menerobos kerumunan itu dan membuat semua wartawan bubar.

"Hah! Untung saja kita selamat." ucap Sefty lega.

"Di mana rumahmu?" tanya Rahm.

"Rumahku? Untuk apa?"

"Aku akan mengantarmu, memangnya kau mau pulang dengan apa? Ingat, mobilmu masih ada di perusahaan."

"Hais! Kenapa aku malah meninggalkannya di sana." rutuk Sefty.

"Jadi, di mana alamat rumahmu biar aku antar."

"No, aku akan pesan taksi saja."

"Katakan saja alamatmu atau aku akan bawa kau pulang ke rumahku dan kau tidak akan dibiarkan Mama pergi dengan mudah."

"Heh jangan jangan! Baiklah, antarkan aku ke jalan Cempaka no.5"

"Oke."