NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan Adnan

Hari-hari Rheina terasa semakin berat. Setiap kali ponselnya berdering, nama Desti selalu muncul di layar. Wanita itu, yang kini sudah pulih dari masa kritisnya, terus mendesak Rheina untuk mempertimbangkan kembali pernikahannya dengan Adnan. Meski hubungan mereka selama tiga tahun terakhir terputus, kini Desti seperti tak mau menyerah untuk mempertemukan kembali keduanya, terutama demi Zahid, cucu yang sangat dirindukannya.

Rheina duduk di ruang tamu rumahnya, menatap layar ponselnya yang kembali bergetar dengan panggilan dari Desti. Dengan perasaan yang bercampur aduk, ia menjawab telepon itu.

"Rheina sayang, kamu sudah pikirkan lagi soal Adnan?" suara Desti terdengar lembut, tetapi penuh desakan di baliknya.

Rheina menarik napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak terdengar kesal. "Mami, Rheina butuh waktu. Ini semua tidak mudah bagi Rheina."

"Tapi, Zahid membutuhkan ayahnya. Dia butuh keluarga yang utuh," lanjut Desti, tak menghiraukan kebingungan yang dirasakan Rheina. "Mami tahu kamu masih mencintai Adnan. Kalian bisa memulai kembali, memperbaiki semuanya."

Rheina menggigit bibirnya. Sungguh, ia ingin meneriakkan semua perasaannya, bahwa apa yang terjadi di masa lalu tidak mudah dilupakan. Hubungan dengan Adnan penuh luka, penuh perselisihan. Namun, di sisi lain, Desti terus menggunakan nama Zahid sebagai alasan, membuatnya merasa bersalah jika ia menolak permintaan itu.

Setelah beberapa menit, Rheina hanya bisa berkata, "Mami, Rheina menghormati keinginan mami, tapi ini soal perasaan. Rheina tidak ingin tergesa-gesa."

Telepon pun berakhir dengan perasaan tertekan di hati Rheina. Ia tahu bahwa mantan mertuanya tidak akan berhenti menghubunginya. Selama ini, demi menghormati Desti, Rheina berusaha sabar. Namun, ia tahu bahwa sesuatu harus berubah. Ia tidak bisa terus berada dalam bayang-bayang masa lalu yang seolah-olah menuntutnya untuk kembali ke kehidupan yang tidak lagi ia inginkan.

Sementara itu, Nando terus menunjukkan perhatian dan dukungannya, meskipun Rheina merasakan kegelisahan dari pria itu. Setiap kali mereka bertemu, Rheina dapat melihat pertanyaan di mata Nando, meskipun pria itu tak pernah menekannya untuk segera memberi jawaban.

Hari itu, saat Rheina sedang menyiapkan makan malam untuk Zahid, ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan dari Desti, tapi dari Adnan. Rheina merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Sejak percakapan terakhir mereka di rumah sakit, Adnan jarang menghubunginya langsung, seolah memberinya ruang untuk berpikir. Namun, kini pria itu menelepon, membuat hati Rheina semakin tak tenang.

"Rheina, aku ingin bicara," suara Adnan terdengar dari seberang telepon. "Bisa kita bertemu?"

Rheina terdiam sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. "Baiklah, kita bisa bicara, tapi aku harap ini tidak tentang desakan Mami."

Adnan terdiam sebentar, lalu menjawab, "Aku janji, ini bukan hanya soal Mami. Ini tentang kita. Aku ingin kita bicara jujur, tanpa tekanan."

Pertemuan itu pun akhirnya diatur. Rheina tahu bahwa apapun yang akan terjadi nanti, ini bisa menjadi titik balik dalam hidupnya.

---

Di sebuah kafe yang nyaman, Rheina dan Adnan duduk berhadap-hadapan.

"Aku tahu kamu tersiksa atas permintaan Mami. Apalagi saat ini ada Nando yang selalu ada di samping kamu. Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang sedang kalian jalankan. Namun, satu hal yang aku minta. Beri aku kesempatan untuk bisa melakukan hal yang sama dengan Nando, sehingga nanti kamu bebas menentukan pilihan. Aku akan ikhlas melepas kamu untuk Nando, jika usahaku ini tidak membuahkan hasil apa-apa untukmu. Biar aku yang menjelaskan pada mami setelahnya." Adnan menyampaikan keinginannya.

Rheina terdiam mendengar permintaan Adnan. Dia menatap pria yang pernah mengisi hidupnya itu dengan perasaan campur aduk. Ada rasa sakit yang tersisa dari masa lalu, tapi juga ada ketulusan di mata Adnan kali ini, sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Suasana di kafe yang nyaman tak cukup membuat hatinya tenang.

"Adnan, kamu tahu semuanya tidak semudah itu," Rheina akhirnya berkata dengan suara lembut, namun tegas. "Tiga tahun kita terpisah, dan banyak yang sudah berubah."

Adnan mengangguk pelan. "Aku tahu. Dan aku sadar aku sudah banyak mengecewakanmu dulu, membuatmu terluka. Tapi saat ini, aku hanya ingin memperbaiki semuanya, bukan hanya untuk Zahid, tapi untuk kita. Aku ingin memberimu ruang untuk memilih dengan hati yang tenang."

Rheina menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Selama ini, Nando selalu ada di sisinya, membuatnya merasa tenang dan dihargai. Sementara Adnan, meskipun masa lalunya penuh dengan konflik, tetap saja merupakan sosok yang pernah menjadi bagian dari hidupnya dan ayah dari Zahid.

"Kamu yakin mau melakukan ini?" tanya Rheina, mencoba memastikan. "Kalau nanti kamu terluka lagi, Adnan?"

Adnan tersenyum pahit. "Aku lebih baik terluka karena berusaha, daripada menyerah tanpa mencoba. Setidaknya aku tahu, aku sudah memberikan yang terbaik untuk kita, meskipun mungkin pada akhirnya kamu tidak memilihku."

Rheina terdiam. Kata-kata Adnan mengguncang hatinya. Ia tahu bahwa apa yang Adnan katakan bukan sekadar janji kosong. Namun, di sisi lain, perasaannya terhadap Nando sudah berkembang semakin dalam, dan Nando telah memberikan begitu banyak perhatian yang selama ini ia rindukan.

"Aku ... butuh waktu," ucap Rheina pelan, suaranya terdengar bimbang. "Aku tidak bisa memberikan jawaban sekarang, Adnan."

Adnan mengangguk mengerti. "Aku tidak memintamu untuk menjawab sekarang. Aku hanya berharap kamu bersedia memberiku kesempatan untuk menunjukkan bahwa aku sudah berubah."

Suasana di antara mereka menjadi hening. Rheina mengalihkan pandangannya keluar jendela, melihat orang-orang berlalu lalang di jalanan. Di dalam hatinya, ada perasaan bersalah karena tahu bahwa apapun keputusannya nanti, seseorang pasti akan terluka. Namun, ia juga tahu bahwa ia tak bisa terus-menerus berada dalam keraguan ini.

Pertemuan mereka berakhir dengan janji tanpa kepastian. Rheina masih terjebak dalam dilema yang sulit. Di satu sisi, ada Adnan yang berusaha menebus kesalahannya di masa lalu, dan di sisi lain, ada Nando yang telah mencintainya dengan tulus tanpa syarat.

Saat Rheina melangkah keluar dari kafe, hatinya semakin berat. Pilihan apa yang harus ia ambil? Dan siapakah yang akan ia pilih pada akhirnya?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!