Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28
Maxim menatap Anna yang baru saja masuk ke dalam kamarnya. Dia memberikan tatapan yang begitu tajam hingga membuat wanita itu tidak berani menatap ke arahnya. Anna hanya berani menundukkan kepalanya saja saat ini karena jujur saja, melihat tatapan Maxim membuat seluruh tubuhnya merinding.
"Hebat sekali dia berkunjung ke rumah seorang wanita dan tidak tau diri seperti itu. Dia bahkan baru saja keluar dari sini walau aku tahu jika dia berat sekali untuk meninggalkan mu bersama ku di sini!" sindir Maxim karena dia tau bahwa Dexter berat sekali meninggalkan Anna bersamanya.
"Bukankah anda juga sama? bahkan sendiri bersikap seolah-olah ini rumah milik anda. Apa itu tidak hebat?" sahut Anna yang membuat Maxim terdiam.
Dia di skak oleh Anna hingga membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Jujur saja, ini benar-benar sangat memalukan baginya. Tapi mana Dia peduli. Yang jelas saat ini dia sedang menikmati kehidupan yang berada di rumah Anna.
Di saat mereka berdua saling terdiam, tiba-tiba saja bel pintu rumahnya kembali berbunyi dan bahkan ada seseorang yang mengetuknya.
"Siapa lagi itu?" gumam Anna saat mendengar ada orang yang datang ke rumahnya lagi.
Sedangkan Maxim sendiri terlihat biasa saja karena dia tahu siapa yang datang ke rumah, Anna saat ini.
Anna pun turun ke lantai satu dan dia melihat siapa yang datang saat ini. Ternyata Mark, asisten pribadi Maxim.
"Mau apa?" tanya Anna dengan wajah angkuhnya karena dia sengaja melakukan hal itu.
Sekarang ini dia yang berkuasa, karena memang ini rumahnya. Sedangkan mereka sendiri hanya tamu yang bisa merusuh di dalam rumahnya. Jadi wajar saja jika dia bersikap seperti itu.
"Aku datang ke sini tidak untuk bertemu dengan Anda. Permisi!" pamitnya yang masuk begitu saja ke rumah Anna karena memang dia datang kemari bukan untuk menemui wanita itu. Tapi untuk bertemu dengan bosnya, Maxim.
"Hey!" umpat Anna saat Mark masuk ke dalam rumahnya begitu saja tanpa izin darinya walau pria itu sudah permisi. Tapi betapa aja dia tidak sopan menurutnya.
"Apa-apaan ini?" tanya Anna ketika melihat kedua laki-laki itu malah duduk di ruang tamu sambil membuka laptopnya.
Bahkan Anna juga melihat beberapa bahan makanan yang dibawa oleh Mark tadi.
"Diam lah, Anna. Aku sedang bekerja!"
"Tapi kenapa kalian bersikap seolah-olah di rumah kalian berdua? aku juga membutuhkan waktu untuk istirahat. Aku juga butuh privasi untuk diriku sendiri. Tapi kalian berdua datang dan mengacaukan hariku. Seharusnya ini akhir pekan dan aku menikmatinya, dan karena kalian berdua aku tidak bisa menikmati akhir pekanku. Besok aku juga sedang bekerja dan aku membutuhkan waktu untuk istirahat saat ini!" ujar Anna.
Dia benar-benar tidak percaya bahwa kedua pria ini bersikap sesuka hatinya dan menjarah rumahnya. Bahkan Mereka mengganggu ketenangannya di akhir pekan.
"Kalau begitu ayo pergi!" ajak Maxim.
Dia langsung keluar dari rumah itu dan membawa Anna masuk ke dalam mobil. Sedangkan Mark sendiri hanya bisa mendesah pasrah untuk semua itu. Dia tahu seperti apa sikap dan perbuatan bos sekaligus teman baiknya ini.
Maxim sedang merasakan begini jatuh cinta, tapi karena kegengsiannya dia menahan semua itu agar tidak diketahui banyak orang.
"Hey, kita mau kemana tuan?" tanya Anna ketika dia dibawa masuk ke dalam mobil mewah itu.
"Pergi! bukankah tadi kau mengatakan ingin menikmati akhir pekanmu?"
"Iya, tapi bukan seperti ini caranya. Maksudnya jangan menggangguku dan biarkan aku istirahat dengan tenang." sahut Anna.
Dia tidak ingin pergi kemanapun karena akhir pekannya dia hanya membutuhkan waktu untuk istirahat saja. Tapi mereka-mereka ini malah membawanya pergi keluar dari rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi dia beristirahat.
"Maka lakukan cara yang berbeda. Hidup mu terlalu monoton!"
Sumpah demi apapun Anna benar-benar sakit ketika mendengar apa yang laki-laki itu katakan padanya. Maxim mengatakan bahwa hidupnya terlalu monoton. Lalu apa kabar dengan dirinya? dia bahkan tidak bisa tersenyum kepada orang lain dan bisa-bisanya dia mengatakan bahwa hidupnya itu monoton.
Entahlah, Anna benar-benar tidak habis pikir dengan semua itu. Maxim dengan segala pola tingkahnya yang menyebalkan.
"Tapi kita mau ke mana?" tanya Anna penasaran gimana laki-laki itu akan membawanya pergi.
"Ke tempat di mana kau bisa menikmati akhir pekanmu, dan aku bisa bekerja dengan tenang!" jawab Maxim.
Mobil yang mereka tumpangi sudah melaju meninggalkan rumahnya. Anna hanya diam saja dan dia ikut ke manapun laki-laki itu akan membawanya pergi, sampai di mana mereka tiba di sebuah gedung yang menjulang tinggi.
Tempat apa ini?" tanya Anna saat mereka sudah sampai di sebuah gedung yang menjulang tinggi di depannya.
"Apartemen ku dan kau bisa menikmatinya. Kau bebas berbelanja apapun di dalam sana dan aku akan bekerja. Ingat, kau harus ditemani oleh anak buahku. Jika tidak maka-"
"Aku belum menyetujui apapun tapi kenapa kamu sudah melakukan hal ini. Ini sama saya tidak membiarkanku hidup dengan tenang!" sahut Anna.
Seperti biasa, Maxim selalu bersikap sesuka hatinya dan dia melakukan apapun yang dia inginkan tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.
"Simpel saja, lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Tapi ketahuilah satu hal, bahwa setiap pergerakanmu aku mengetahuinya. Bahkan kemungkinan besar jika harus, aku juga akan ikut ke dalam kamar mandi mu!" ujar Maxim yang membuat Anna langsung memukuli laki-laki itu.
Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang dilakukan Maxim padanya. Itu artinya selama ini dia menguntitnya dan memata-matai dirinya.
"Hentikan itu Anna!"
"Tidak! aku tidak akan menghentikannya sebelum kamu menghentikan semuanya. Untuk apa melakukan semua ini pada ku? aku juga ingin hidup dengan teman. Tapi kenapa kamu terus memata-mataiku dan menjadikanku seolah-olah aku ini tawananmu?" tanya Anna dengan perasaan kesal terhadap laki-laki itu.
"Karena memang kau adalah tawananku. Aku sudah mengatakan padamu bahwa apa yang ku miliki tidak bisa dimiliki orang lain bukan, dan aku sedang melakukannya saat ini. Kau adalah milikku dan aku tidak akan membiarkan siapapun berani mendekatimu, termasuk Dexter! kau milikku, Anna. Kau milikku!" jawab Maxim yang membuat Anna semakin tidak percaya dengan semua ini.
Dia pikir setelah dia keluar dari rumah laki-laki itu, hidupnya akan kembali seperti semula. Kenyatannya tidak begitu, karena Maxim terus aja menguntitnya dan memata-matai dirinya.
"Anda gila, Tuan!"
"Ya, aku memang gila dan itu semua karena dirimu! Terserah dengan apa yang akan kamu katakan, yang jelas saat ini kamu adalah milikku dan akan selalu menjadi milikku. Aku pastikan itu, Anna!" ujar Maxim lagi yang membuat Anna semakin menatap tidak percaya.
Bersambung...