Menjadi seorang indigo, bukanlah hal yang di inginkan oleh gadis cantik bernama Lilis Yuliani karena setiap hari ia harus bersinggungan dengan hal yang gaib dan ia tidak bisa menolaknya.
Sosok-sosok itu selalu mengikuti untuk meminta pertolongan ataupun hanya sekedar mengganggu pada Lilis sampai suatu hari ketika ia sedang berjualan bakso bertemu dengan arwah pria tampan namun menyebalkan.
Siapakah arwah itu?????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pocong Telanj@ng
Kini mobil Santi sudah terparkir di halaman kontrakan Lilis. Ia tahu alamat Lilis dari sesama teman kelasnya.
"Bener ini kontrakannya Lilis, itu grobak baksonya" ucap Santi.
Ia terlebih dahulu menghubungi Lilis lewat panggilan telepon, Lilis yang sudah terlelap mendadak bangun kala ponselnya berdering.
"Hallo" sapa Lilis dengan suara khas serak.
"Hallo Lis ini gue, Santi. Lis tolongin gue Lis" Santi memohon.
"Masalah apa San? Tumben loe butuh bantuan gue" cibir Lilis yang sebenarnya ia sudah tahu mungkin bayi bajang yang Santi gugurkan tengah menuntut keadilan.
"Gue di datangi setan bayi" ungkap Santi.
"Ckkkk,, ya itu anak loe yang udah loe aborsoy San! Hadapi aja sendiri lagian loe bilang gak butuh pertolongan gue kan? Sampai loe pergi gitu aja waktu di rooftop" kesal Lilis.
"Lis gue mohon, gua gak kuat Lis" rengek Santi.
"Kenapa gak loe hadapi aja berdua sama si Andi jambul? Lagian kita tidak dekat, San" Lilis menolak, ia kesal pada teman satu kelasnya itu.
"Gue mohon Lis, please!!! Maafin gue selama ini selalu bicara seenaknya sama loe. Please tolongin gue" Santi berkata sembari menangis.
"Lis gue udah ada di depan kontrakan loe" sambungnya lagi.
"Haisss males banget anjir, giliran susah ngebaikin aing" kesal Lilis, namun ia segera mengambil sweater miliknya dan berjalan ke arah pintu.
Kini Lilis sudah ada di depan rumahnya. Terlihat mobil Santi sudah terparkir. Santi keluar berjalan menemui Lilis.
Grep!!!
Santi langsung memeluk Lilis sembari menangis.
"Maafin gue Lis, cuma loe yang bisa bantu gue" Santi menangis di pelukan Lilis.
"Terus gue harus gimana, San?" tanya Lilis.
"Gue gak tahu Lis, gue buntu mesti ngapain" jawabnya.
"Oke gini, anak loe masih ngikutin loe nempel kaya kutil. Jawab yang jujur apa loe bawa jasad janin loe pulang atau loe tinggal di tempat aborsoy?" tanya Lilis.
"Gue bawa pulang Lis, sekarang masih ada di kostan gue" jawab Santi.
"Gila loe san, gila. Ayo ke kostan loe, kita selesaikan malam ini juga" ujar Lilis.
Mereka berdua pun pergi ke kostan Santi. Sesampainya di sana mereka langsung masuk kedalam kamar mandi, Santi memberikan kantong kresek hitam pada Lilis.
"Apa ini?" tanya Lilis.
"Itu anak gue" jawab Santi sembari terisak. Ia sekarang baru menyadari kesalahannya.
"Anjing loe San! Perempuan macam apa loe, kok bisa setega ini" Lilis merasa murka pada Santi.
Lilis langsung membawa kresek itu, ia buka, seketika ia menutup hidungnya.
"Ini udah bentuk manusia" ucap Lilis dengan sedih.
Dalam kantong plastik itu terlihat satu makhluk yang sudah mempunyai tangan, kaki beserta kepalanya yang sudah terpotong-potong.
"Malang sekali nasibmu, nak. Kamu harus menderita ketika kamu belum melihat dunia..hikhikhik" Lilis menangis.
Santi juga terisak, namun nasi sudah menjadi bubur.
"Tega loe San, gue kira loe gak akan sejahat ini. Ini anak loe, darah daging loe" maki Lilis.
"Gue kalut Lis saat itu. Pak Andi tidak mau tanggung jawab malah ajak gue ke dokter untuk aborsoy. Gue gak bisa berpikir panjang..hukhukhuk" balas Santi sembari menangis.
"Dasar dosan brengsek. Harusnya dia menjadi figur yang baik malah begini. Pihak kampus harus tahu masalah ini" ucap Lilis.
"Lis gue mohon jangan. Nama gue sebagai mahasiswa akan berdampak. Sebentar lagi kita sarjana, gue gak mau gak bisa lulus" mohon Santi.
Lilis pun mengangguk, malam ini juga ia dan Santi pergi ke bidan untuk meminta tolong supaya janin balang itu di pulasara dan bisa di makamkan secara layak.
Keesokan paginya Santi dan Lilis ke TPU untuk menguburkan janin yang sudah di bungkus kain putih oleh bidan.
"Maafkan Mama, utun. Mama sudah jahat padamu sayang. Maafkan Mama" Santi terus menangis di atas pusara sang anak.
"San, loe mau namain siapa anak loe?" tanya Lilis.
"Gue kasih nama Aldebaran" balas Santi.
Lilis segera menuliskan nama itu di nisan janin malang itu.
"Kamu akan menjadi ahli surga ya, Nak! Kembalilah ke hadapan Allah yang maha sempurna" ucap Lilis.
.....
Siang harinya Lilis baru pulang ke kontrakannya. Semalam ia tidak kembali ke rumahnya, ia menginap di kostan Santi selepas pulang dari rumah bidan.
"Asalamuallaikum" sapa Lilis namun tak ada yang menjawab salamnya.
Lilis pun tak mendapati keberadaan gerobak baksonya.
Lilis pun menemui Mbak Sri si kuntilanak temannya itu.
"Mbak, lihat bapak?" tanya Lilis.
"Bapak kamu jualan lagi" jawabnya.
"Kemana sih malam kok naik mobil?" sambungnya lagi.
"Biasa ada urusan" balas Lilis.
Ia pun masuk kedalam kontrakannya, disana Bahar sudah memasak capcai dan goreng ikan untuk Lilis.
"Pak, walaupun masakan bapak kadang rasanya aneh, tapi bapak selalu memasak untuk Lilis. Terimakasih Pak, semoga bapak selalu sehat. Lilis hanya punya bapak di dunia ini" lilis makan sembari menangis.
Sesudah makan, Lilis langsung mandi, ia akan menyusul Bahar. Ia tahu Bahar pasti sedang berjualan di dekat stasiun.
Lilis berjalan untuk menemui Bahar.
"Bapak" teriak Lilis kala melihat bahar sedang terduduk lesu.
"Loh kok sepi Pak?" tanya Lilis.
"Ia Lis belum laku satu mangkok pun, gak kaya biasanya" jawab Bahar.
Saat ini bahar berjualan di tepi jalan tepat bawah pohon rindang. Seharusnya ia berjualan banyak yang membeli namun entah sepi sekali seperti tidak melihat keberadaan gerobak bakso.
Namun Lilis melihat ada sesuatu di balik gerobak bakso sang bapak. Lilis pun mendekatinya.
"Oh pantesan dagangan Bapak sepi, ini toh pelakunya" kesal Lilis kala melihat pocong sedang meludahi gerobak bakso milik bahar.
"Pak, bapak baca sholawat deh, tuh ada pocong lagi ludahi gerobak kita" ungkap Lilis.
"Pocong? Dimana Lis?" tanya Bahar.
"Tuh di deket roda belakang" jawab Lilis.
Bahar pun langsung membaca sholawat, dan ternyata benar, tak lama orang-orang berdatangan menghampiri gerobak baksonya.
"Lah tadi perasaan gak ada yang dagang disini" ucap seorang wanita paruh baya.
"Saya dari tadi mangkal disini, bu" balas Bahar.
"Ah masa sih Bang? Saya kok gak lihat" ucap wanita itu.
"Bener apa kata ibu ini Bang, Dari pagi gue duduk di bengkel gak lihat Abang kok. Noh bengkel gue" ucap seorang pria pemilik bengkel yang tak jauh dari tempat bahar mangkal.
Lilis menyuruh Bahar menggeser sedikit gerobaknya untuk menjauhi sosok pocong yang membuat sial Bahar.
Kini dirinya sekarang yang berhadapan dengan sosok pocong itu.
"Ngapain loe ludahi gerobak bapak gue?" tanya Lilis.
"Roda gerobak bapak loe ngelindes kaki gue" jawab pocong itu.
"Kan bapak gue gak ngeliat loe, dasar premen sugus" kesal Lilis.
Pocong itu terlihat marah, ia bersiap-siap akan meludahi Lilis namun Lilis dengan sigap menghindar.
Lilis tahu jika ia terkena air liur pocong maka kulitnya akan melepuh.
Karena kesal, Lilis pun membuka ikatan yang ada di kepala makhluk itu.
"Rasain loe telanj@ng" ucap Lilis lalu meninggalkan pocong yang telanjang itu.
semangat k