"Tapi mas..."
"Udah diam, kamu itu cuma bisa malu-maluin aku ya! nyesel aku nikah sama kamu!" Arzan berdiri dari sofa akan meninggalkan ruang televisi tapi di cegah oleh Ruby.
"Mas aku mau izin kerja sama Luli."
"Ya udah sana kerja! malah bagus kalau kamu kerja jadi kamu enggak numpang gratis dan jadi beban di sini!"
Ruby mulai meneteskan air matanya yang sudah dia tahan sedari tadi. Hatinya sakit mendengar semua perkataan yang di lontarkan oleh Arzan.
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN YA MAN TEMAN! 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Ruby mengelus punggung Luli mencoba untuk menenangkan, "sudah kamu tidak perlu sedih mungkin dia bukan jodohmu lagian di luaran sana masih banyak laki-laki yang belum memiliki pasangan siapa tahu salah satunya jodohmu."
"Ya semoga saja, tapi aku pengen segera memliki suami agar aku bisa berkeluh kesah dengannya."
"Wah aku tidak salah dengar kamu mencari calon suami? ayo denganku saja aku siap kok menjadi suami kamu" ucap seseorang dari belakang mereka.
Mereka pun melihat kebelakang siapa gerangan orang yang menimpali pembicaraan mereka, ternyata yang menimpali pembicaraan itu adalah Arizal.
"Kenapa kamu ikut-ikutan berbicara kita enggak ngajak kamu ya" ucap Luli sambil menatap sinis.
Arizal hanya tersenyum lalu tanpa permisi duduk di depan Luli, membuat Luli mengerutkan keningnya bingung melihat perilaku Arizal. "Kenapa kamu duduk di sini?" tanya Luli.
Arizal tetap menampilkan senyumnya tanpa menjawab pertanyaan Luli yang mana malah membuat Luli mulai emosi. "Hey jawab! jangan cuman senyum enggak jelas seperti itu kalau kamu kayak gitu seperti orang gila saja."
"Luli jangan seperti itu!" bisik Ruby menahan agar Luli tidak berlaku tidak sopan.
"Aku tersenyum terus karena tahu kamu mencari calon suami, aku siap menjadi kandidat terkuat untuk menjadi calon suami kamu" ucap Arizal tanpa melunturkan senyumnya sama sekali.
"Siapa juga yang mau sama kamu?" Luli menatap Arizal dengan pandangan sinis.
"Masa kamu enggak mau sih punya suami yang tampan, tinggi dan kaya seperti aku ini kalau kamu menikah denganku bisa dipastikan hidup kamu akan enak."
"Enak apa sengsara iya, kamu aja punya banyak cewek di luaran terus lihat aku sebagai calon kamu pasti cewek-cewek kamu itu akan langsung nyerang aku. Oh tidak! membayangkan saja sudah ngeri" Luli bergidik ngeri membayangkan kalau semisal itu terjadi.
"Tenang aja kalau kamu mau menikah denganku aku akan memutuskan semua cewek-cewekku dan hidup bahagia dengan kamu" ucap Arizal semeyakinkan mungkin.
"Tetap enggak mau lagian kamu kesambet apa sih tiba-tiba mau-mau aja menjadi calon suami aku."
"Aku tertarik sama kamu karena hanya kamu satu-satunya cewek yang nolak pesonaku."
"Oh jadi kamu cuman mau naklukin aku terus membuktikan pada dunia bahwa semua cewek yang ada di bumi ini enggak ada yang bisa menolak pesona kamu, begitu?"
"Iya salah satu itu sih, tapi..." belum selesai Arizal berbicara Luli sudah lebih dulu menyela perkataannya.
"Oh benar berarti apa yang aku duga, aku enggak mau ya ada cowok yang mendekati aku hanya karena sebuah validasi saja. Ruby ayo kita kembali kerja enggak usah ngurusin orang gila satu itu" Luli berdiri lalu menarik tangan Ruby pergi dari kantin.
"Eh tunggu aku belum selesai ngomong" Luli tidak mengindahkan sama sekali, dia tetap menarik Ruby pergi.
Ruby yang sedari tadi hanya diam saja mendengar perdebatan itu saat di tarik oleh Luli dia hanya menurut saja. "Gila banget jadi cowok perasaan untung baru kali ini aku ketemu cowok seperti dia" gerutu Luli disepanjang jalan menuju ruang divisi pemasaran.
"Udah jangan benci seperti itu nanti takutnya kamu suka loh sama dia, benci sama cinta itu beda tipis loh" ucap Ruby menasehati.
"Ogah aku cinta sama dia kayak enggak ada laki-laki lain di dunia ini."
"Terserah kamu aja deh" akhirnya Ruby diam.
Sampai di ruangan para kru sudah mulai standby kembali. Ruby pun di touch up sedikit lalu kembali melakukan pemotretan dengan Reynand kembali.
Hingga beberapa jam kemudian akhirnya pemotretan pun berakhir. Ruby mengambil tasnya lalu menghampiri Luli yang sedang berbincang dengan manager Reynand, melihat Ruby yang mendekat ke arahnya Luli pun mengubah atensinya ke arah Ruby.
"Ada apa Ruby?" tanya Luli.
"Kamu mau pulang sekarang atau nanti?"
"Nanti karena aku harus meeting dulu dengan manager Reynand dan Arizal untuk membahas pemotretan lusa."
"Ya udah kalau gitu aku pulang duluan ya" Luli mengangguk.
Ruby segera keluar dari ruangan lalu menuju ke lift, saat masuk ke lift kebetulan sekali Reynand juga masuk dalam lift yang sama. Ruby tersenyum kearah Reynand, Reynand pun membalas balik senyum Ruby dengan senyuman juga.
"Kamu pulang sendiri Ruby?" tanya Reynand membuka pembicaraan.
"Iya karena Luli harus meeting kan hari ini sama manager kamu juga."
"Mau pulang bareng aku enggak?" tawar Reynand.
Belum sempat Ruby menjawab telponnya lebih dulu berbunyi. "Sebentar aku jawab telponku dulu ya" Reynand hanya mengangguk sekilas.
"Mas ada apa? tumben nelpon."
"Kamu udah pulang belum dari kantor?"
"Udah, ini mau pulang. Ada apa mas?"
"Tunggu sebentar ya aku jemput kamu,aku sebentar lagi sampai di kantor kok."
"Iya nanti aku tunggu kamu didepan lobby ya" setelah Arzan mengatakan 'iya' Ruby mematikan sambungan telepon.
"Siapa Ruby yang nelpon?" tanya Reynand dengan memasang wajah penasaran.
"Mas Arzan, dia yang nelpon. Katanya dia mau jemput aku, maaf ya sepertinya aku enggak bisa pulang bareng kamu" Ruby mengucapkan itu dengan tidak enak hati.
"Iya enggak papa, Ruby sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan Arzan? kenapa kalian bisa sedekat itu hingga pulang bareng bahkan kamu di jemput hari ini."
"Kita cuman tetanggaan aja enggak lebih, wajar dong kalau tetanggaan pulang bareng kan dekat rumahnya jadi sekalian pulang bareng gitu" ucap Ruby sambil menutupi raut paniknya.
"Ruby ini di kota bukan di desa, kamu tahu sendiri kan orang-orang di kota itu cenderung individualis enggak mungkin dong dia ngasih kamu tumpangan cuma-cuma kalau dia tidak memiliki rasa atau hubungan?"
"Ya bisa aja sih contohnya kamu, kamu beberapa hari ini selalu nebengin aku terus. Kita juga enggak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman kerja."
"Bukan begitu..."
"Oh iya kamu kan mau balas budi kan karena karena waktu itu aku nyelametin kamu" tebak Ruby.
"Juga bukan karena itu."
"Terus apa dong?" tanya Ruby sambil menatap Reynand bingung.
"Ruby sebenarnya aku..." belum selesai Reynand bicara suara lift menginterupsi.
Ting(suara lift)
"Besok lagi ya kita ngobrolnya sepertinya mas Arzan sudah berada di depan, aku pergi dulu" Ruby berlari keluar lift lalu menuju depan lobby, Reynand pun juga mengikuti Ruby ke lobby depan kantor.
Reynand melihat Ruby yang akan masuk ke dalam mobil pun menghentikannya dan menarik lembut tangan Ruby untuk keluar dari dalam mobil. Melihat Ruby yang ditarik keluar membuat Arzan juga keluar dari dalam mobil dengan mengeluarkan tatapan tidak suka ke arah Reynand.
"Ada apa Reynand?" tanya Ruby. Reynand mulai menatap manik mata Ruby dan mulai menggerakkan mulutnya.
Jangan lupa ya baca cerita author ya lain 🤗 see you next story 😉
Walau Aslan salah, tapi Aslan bersikap orang yg mencintai 👍👍
memberikan sepenuhnya rasa nyaman, kasih sayang, dan pengertian dengan membantu Ruby dan menyayangi Ano seperti keluarga nya sendiri 👍👍👍
Semoga nantinya Ruby tetap Jadinya sama Aslan yaa Thor ...
Jangan dipisahkan mereka 👍🙏🙏🙏