NENEK PAHLAWANKU

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 8 malam, segera 3 mobil itu melaju dengan santai sampai menuju ke markas namun belum sampai ke markas baru di sebuah jalan yang masuk ke markas segera Teguh dan ke dua temannya menyelinap masuk ke mobil rental di depan yang di kemudikan Jumadi.

Tak ada satu orang pun di wilayah itu, wilayah yang jauh dari pemukiman warga, mobil rental itupun pergi melaju dan kembali ke tempat rental mobil. Jumadi mengembalikan mobil itu lalu pergi di mana teman-temannya menunggu.

"Kita ke Pacitan Jawa Timur, di sana ada sana saudaraku dan kita bisa bekerja menjadi nelayan atau apa lah yang penting tidak terlibat jaringan ini." kata Teguh.

"Baiklah, simpan senjata kita di dalam 1 tas saja jangan sampai ketahuan polisi."

Keempat orang itupun masuk ke dalam bus yang sudah di stop, mereka menuju terminal giwangan dan akan mencari bus yang menuju Solo baru nanti mencari bus jurusan Wonogiri.

Di dalam markas mafia terlihat guru Su Yao sedang berbincang dengan Bento membahas soal Bisnis senjata api dan masalah nenek Samirah.

"Tok tok tok.".. "Masuk.!"

"Maaf bos, di luar ada 2 mobil tanpa sopir dan berisi anggota kita yang terbunuh dan 2 orang sekarat."

Bento dan guru Su Yao terkejut dan keluar dari ruangan menuju mobil, dengan emosi yang memuncak Su Yoa mengangkat muridnya dan meminta orang mengangkat satunya..

"Kurang ngajar..... Sial.. Kubur mereka.." perintahnya..

Semua anggota mengangkat mayat teman-temannya dan meletakan di samping markas untuk di kuburkan.

Sementara itu guru Su Yao merebahkan muridnya dan memberikan minum. Wisnu yang sekarat dengan lemah menerima gelas yang di sodorkan di mulutnya. Baru dapat satu tegukan tubuh Wisnu ambruk dan tewas.

"Siapa yang melakukan ini semua...?" kata Guru So Yoa.

Tak ada jawaban lalu guru So Yoa memeriksa dada Supriyadi terlihat menghitam bergambar telapak tangan.

"Pukulan Brajamusti..?..kira-kira siapa yang mempunyai ajian langka ini.?"

"Istirahat dulu dan kalian angkat mayat Wisnu kuburkan.

Anggota yang membawa masuk tadi lalu mengangkat tubuh Wisnu untuk di kuburkan.

"Darso.. Kamu tahu siapa yang membawa mobil itu.?" tanya Bento.

"Tidak bos.. Waktu saya melihat 2 buah mobil dan mendekati tidak ada siapa-siapa hanya mayat dan dua pendekar itu." jawabnya.

"Apa mungkin Sumi yang mengantar.. ah nunggu muridnya Su Yao." batin Bento.

Malam ini tak ada percakapan dan obrolan karena semua fokus pada urusan masing-masing. Terlihat Bento mondar mandir gelisah, tak menyangka jika orang-orang yang di sewanya pulang tinggal nama. Penyesalan sudah tak bearti lagi, kenapa harus mencari masalah di luar urusannya padahal urusan sesama rekan bisnis bisa menjadi musuh jika tidak berhati hati, di sinilah Bento sangat membutuhkan anak buah. Kini anak buahnya tinggal 7 orang, ia akan merekrut anggota dari sebuah perguruan.

Sedangkan guru Su Yao selalu ada di dekat anak muridnya Supriyadi untuk menyalurkan hawa murni namun tak mampu menyembuhkan urat yang sudah terputus. Ada ramuan yang manjur untuk menyembuhkan sakit yang di derita Supriyadi namun letaknya sangat jauh di pegunungan Ding hu di Guang dong.

Apapun itu ia akan mengusahakan agar Supriyadi sembuh dari sakitnya.

Pagi telah tiba dan matahari terlihat tertutup awan yang menandakan akan turun hujan nanti siang.

Guru Su Yao mendekati muridnya dan memberikan ramuan agar bisa bertahan untuk mendapatkan ramuan dari china nanti.

"Apa yang kamu rasakan Xuanji...?"

"Maaf guru saya gagal menjalan tugas,. Tubuhku tak bisa di gerakan guru."

"Kamu tahu siapa yang melakukan ini.?"

"Seorang wanita tua guru, dia mempunyai dendam dengan guru.?"

"Wanita tua, punya dendam padaku..? Bagaimana itu.?"

"Kata wanita itu guru telah membunuh suaminya bernama Su Kaihan.?"

"Apaaaa..?.. Istrinya Su Kaihan..?" kata Su Yao dengan geram dan terkejut bukan main. Ternyata selama yang dia takutkan telah muncul, nenek Samirah lebih sakti daripada suaminya, dan suaminya seimbang dengan, andaikan dia berhadapan langsung dengan istri dari orang yang di bunuhnya maka nyawanya akan melayang.

Nenek Samirah sangat berbeda dengan suaminya. Suaminya mengandalkan jurus dan tenaga dalam China sedangkan istrinya menggabungkan dengan tenaga tanah air.

"Aku harus meminta bantuan temanku untuk menghadapi wanita tua itu." monolog Su Yao.

"Kamu tenanglah, aku sudah meminta bantuan temanku dari Tiongkok untuk membawa ramuan obat untukmu, kamu harus bertahan."

"Iya guru." jawabnya lemah.

Su Yao mendekati Bento dan mengajaknya ngobrol.

"Bagaimana keadaannya guru.?"

"Aku sudah meminta bantuan untuk mengantar ramuan obat. Aku minta kamu jangan mencari masalah dengan wanita tua itu."

"Memangnya kenapa guru.?"

"Senjatamu tak ada apa-apanya, dia punya pukulan brajamusti secara otomatis dia punya ilmu kebal tingkat tinggi, apapun senjatamu tak akan mampu mengores kulitnya." jelasnya.

Apa ini tandanya akan berakhir hidupnya tapi dari KKB meminta pasokan amunisi dan senjata api jenis AK 47 dan senjata sniper.

"Dodo.. Kamu bawa koper ini ke rumah Dengso. Dan ingat kamu juga harus pulang membawa peti berisi senjata api. Teliti jenisnya, kita butuh AK 47 dan Sniper. Jumlah semuanya 12 pucuk.

"Baik bos.." jawabnya.