Duda Kepentok Janda

Kedua orangtua Farzan semakin terperangah mendengar jawaban Farzan, kini menatap ke Grisel yang sedang kebingungan dan salah tingkah.

“Apa benar begitu?” tanya Anisa yang sejak tadi tak mendapatkan jawaban dari menantunya.

Grisel menundukkan kepala, tak berani menatap ke mertuanya. Dia menggerutu dalam hati karena Farzan berani mengungkap semua fakta.

“Tentu saja dia tidak menjawab, bukankah dari ekspresi dan reaksi wajahnya sudah cukup membuktikan kalau dia bersalah,” sindir Farzan dengan senyum miring di wajah. Melirik Grisel yang duduk di sampingnya dan sedang kebingungan.

Grisel meremas ujung gaun yang dikenakan, tak bisa membalas atau membantah ucapan suaminya itu. Bahkan tak berani menjawab pertanyaan Anisa.

Kedua orangtua Farzan tak bisa berkata-kata, setelah bertahun-tahun mendesak serta menyalahkan putranya sendiri, kini mereka tahu fakta yang sebenarnya.

“Mumpung kita berkumpul, aku ingin menyampaikan satu hal penting,” ucap Farzan kemudian karena semua orang diam dengan pemikiran mereka masing-masing.

Kedua orangtuanya dan Grisel sama-sama menatap Farzan, menanti apa yang ingin disampaikan pria itu.

Setelah mempertimbangkan beberapa hari ini, serta melepas kesabaran untuk Grisel, akhirnya Farzan pun membuat keputusan yang bisa membuatnya merasa lega dan tenang.

“Aku ingin bercerai dengan Grisel karena sudah tidak tahan, juga tak bisa mempertahankan rumah tangga kami,” ungkap Farzan.

Kedua orangtua Farzan sangat terkejut mendengar keputusan Farzan, sedangkan Grisel langsung membulatkan bola mata lebar karena tak percaya jika suaminya itu akan meminta cerai.

“Apa maksudnya itu?” Grisel terlihat tidak terima dan emosi.

“Aku menceraikanmu.” Farzan mempertegas ucapannya.

**

Farzan berjalan keluar meninggalkan ruang tamu setelah menyampaikan keinginannya. Dia tak ingin berlama-lama dengan Grisel di sana karena lelah jika sampai melihat drama yang mungkin dilakoni oleh istri yang baru saja digugat cerai tadi.

Grisel sendiri merasa begitu malu, apalagi sekarang tatapan mertuanya terlihat begitu membenci dan kesal padanya. Saat Farzan sudah berdiri dan berjalan keluar dari ruangan, Grisel langsung menyusul setelah sebelumnya berpamitan dengan mertuanya, meski tak mendapat balasan hangat.

Tentu saja orangtua Farzan sangat kecewa dengan Grisel, selama ini mereka mengira jika menantunya itu juga tertekan dan sedih karena belum memiliki keturunan, sama halnya dengan mereka yang sangat mengharapkan cucu dari putra satu-satunya mereka, setelah adik Farzan meninggal karena kecelakaan. Semua harapan dan keberlangsungan hidup serta keturunan keluarga mereka bertumpu pada sang putra, tapi ternyata Farzan malah memiliki istri yang berpikiran sangat picik.

Grisel mengejar Farzan yang sudah berada di samping mobil, pria itu bersiap membuka pintu sebelum akhirnya tangan dicekal oleh Grisel.

“Apa kamu puas? Kamu puas, hah!” geram Grisel karena bukan hanya malu, tapi wanita itu juga digugat cerai.

“Kamu mau apalagi, hah?” Kini Farzan terlihat tak bisa bersabar, bicara dengan nada sedikit keras untuk menunjukkan jika dirinya tak mau lagi direndahkan oleh Grisel.

“Kamu akan menceraikanku, hanya karena aku tidak mau memiliki anak atau itu sebenarnya hanya alasan saja karena kamu ingin memiliki wanita lain, hah! Atau sebenarnya memang benar jika kamu ingin kembali kepada Joya sialan itu!” tuduh Grisel. Tentu saja lagi-lagi menyalahkan Joya, rasa dendam dipermalukan di perusahaan, kini masih dipermalukan di depan kedua orangtua, membuat Grisel naik pitam dengan amarah yang memuncak.

“Cukup! Cukup kamu menyalahkan orang lain!” bentak Farzan benar-benar kehilangan kesabaran karena tuduhan Grisel. “Apa kamu tidak berkaca, hah? Semua yang terjadi padamu adalah kesalahanmu! Jangan pernah menyalahkan atau menuduh orang lain lagi!” Farzan bicara seraya menunjuk wajah Grisel karena begitu kesal. Tak habis pikir karena wanita itu terus menyalahkan Joya, sedangkan bertemu atau bicara dengan mantan kekasihnya itu saja tidak pernah.

“Bagaimana aku tidak menyalahkan orang lain, sedangkan pada kenyataannya memang seperti itu! Aku tahu kamu menyesal telah memilihku, sebab itu kini mencari alasan untuk menceraikanku, bukan begitu, hah!” Bukannya menyadari kesalahan, Grisel malah terus melempar semua kesalahan dan nasib buruknya pada orang lain.

“Buka matamu!” sembur Farzan benar-benar emosi, sudah cukup kesabarannya selama ini diuji.

Grisel terkejut mendengar suara Farzan yang lantang dan menggelegar, selama tujuh tahun pernikahan mereka, mungkin ini adalah pertama kalinya dia dibentak seperti itu.

“Buka matamu dan lihat kesalahanmu terlebih dahulu sebelum berucap! Aku tidak pernah menyesal memilihmu, aku hanya menyesal karena sudah menjadi suami yang gagal karena tidak bisa menasihati dirimu, paham!” Farzan menurunkan nada suaranya.

“Intropeksi diri, jangan selalu menyalahkan orang lain atas kejadian yang menimpamu. Semua berawal dan akan berakhir padamu, bukan orang lain.” Farzan menatap Grisel yang terdiam, sebelum kemudian membuka pintu mobil dan masuk. Dia segera menyalakan mesin, lantas memacu mobil meninggalkan area rumah orangtuanya.

Grisel berdiri dengan kedua telapak tangan mengepal di samping tubuh, meski semua ucapan Farzan benar, tapi wanita itu tetap tak terima jika dituduh bersalah. Dia pun lantas berjalan ke mobilnya, masuk dan menyalakan mesin sebelum kemudian memacu mobil meninggalkan rumah mertuanya itu.