Cinta Jingga

Jingga menggelengkan kepalanya " apa yang kaka harapkan jika aku menemuinya?"

"Aku ingin memastikan kamu masih milikku ketika aku pergi nanti sampai aku kembali, aku hanya tidak ingin melepaskan apa yang sudah menjadi milikku"

" kenapa kaka jadi setakut ini? Aku tidak tau apa yang kaka pikirkan. Sudah lah, aku sudah tidak ingin berdebat lagi"

Jingga keluar mobil dan menutup pintu dengan keras "Braakk". Jimmi pun shock melihat Jingga semarah itu.

Jimmi masih terdiam, Jimmi menjadi serba salah, dia pun sebenar nya juga tidak mengerti apa yang ada di dalam pikirkannya, dia hanya takut kehilangan jingga, dia hanya tidak ingin ketika dia jauh dari jingga, pacarnya tersebut menemui sang mantan sendiri karena sesuatu dan lain hal, dia hanya ingin jika jingga pergi menemui Leo harus bersama dia.

Jimmi masih di dalam mobil, dia menelpon Jingga berulang kali tapi tidak ada jawaban, bahkan Jingga menolak panggilannya tersebut. tak sampai disitu dia pun mengirim pesan kepada pacarnya tersebut, akan tetapi pesan itu hanya dibaca nya saja.

Jimmi bertahan disana dia menunggu pacarnya sampai mereda amarahnya. Sementara itu dikamar Jingga masih merasa kesal, dia terus mencoba memahami apa yang di mau Jimmi tapi tetap dia merasa Jimmi tidak masuk akal. "apa sih yang di mau dia" jingga menggerutu.

Hari semakin senja namun Jimmi masih enggan pergi dari situ. Jingga tidak mengetahui bahwa pacar nya masih berada didepan kosnya. ponsel nya berdering kali ini mama Wina yang meneleponnya " Halo ma"

"halo Jingga, apa Jimmi masih bersamamu?"

"tidak ma sudah dari tadi dia pulang"

"mama tidak bisa hubungi dia, nanti kalau dia menghubungimu tolong suruh telpon mama ya"

pesan mama Wina

" iya ma, nanti saya sampaikan"

Setelah menutup telpon nya, Jingga menduga - duga "masa iya dia masih didepan" bicaranya dalam hati.

Diapun keluar kos, dan melihat mobil Jimmi masih disana " astaga orang ini" batin Jingga.

Jingga membuka pintu mobil dan masuk kedalam, "kenapa masih disini? Nanti malam kaka punya janji sama teman²mu makan malam, mama mu menelponku, telpon lah dia dulu"

Jimmi tersenyum karena Jingga datang padanya " kamu masih marah?"

"masih, telpon mama mu dulu"

"ngga, kamu maafin aku dulu setelah itu aku menelpon mama"

Kedua telapak tangan Jingga memegang kedua pipi Jimmi "telpon mama mu!"

Akhirnya Jimmi pun menelpon mama nya, usai menelpon, Jimmi mencoba berdamai dengan Jingga. " Maaf ".

Jingga melihat kekasihnya tersebut dan mencoba mengerti apa yang dibicarakan Jimmi tadi siang. "Kaka yakin aku pergi? Kalau semisal terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan kaka siap?"

" jika itu ngga mengancam hubungan kita dan ngga membuatku jadi kehilanganmu aku ngga apa², tapi kalau itu sampai terjadi aku ngga peduli , aku akan membawamu pergi dari situ"

" bukan kah lebih baik ngga pergi sama sekali, untuk menghindari sesuatu yang tidak kita inginkan?"

"aku ngga memaksamu untuk pergi, aku hanya terbawa perasaan saja, aku hanya ngga ingin meninggalkanmu dengan perasaan yang tidak tenang, maafin aku ya" Jimmi memeluk Jingga dengan erat "jika tidak ingin pergi, ya sudah tidak usah pergi" Jimmi meneruskan omongan nya dan mencium telinga Jingga.

"kaka ah, geli" Jingga bergidik, dada nya pun berdesir. " aku sungguh tidak ingin pergi menemuinya" ucapnya.

Jimmi mengangguk, dan mencium bibir Jingga dengan lembut "jangan marah seperti itu lagi ya".

" tergantung" Jingga menggoda. " Pergilah temui teman² mu, kaka sudah janji dengan mereka"

"kamu tidak ingin menemaniku?"

"ngga lah, nanti aku wanita sendirian disana, kaka nikmati saja pestanya bersama mereka"

"baik lah"

Jingga mencium pipi Jimmi "hati² dijalan" dia pun turun dari mobil.

"iya" akhirnya Jimmi meninggalkan kos Jingga untuk menemui teman² nya.