This Is ME

Setelah menikmati makan siangnya, Andin segera kembali ke perusahaan, begitu juga dengan Ella.

"Aku akan sibuk minggu depan, mungkin tidak bisa menemanimu seperti biasanya" ucap Ella.

"Ada kegiatan di luar kota?" Tanya Andin menyelidik.

"Hem, tepat sekali"

"Okey, hati-hati, aku merasa tidak enak dengan sosok Bos muda mu itu" Andin mengungkapkan rasa tak sukanya.

"Iya, aku tau, kami berlima"

"Oh, itu lebih baik, aku bisa tenang kalau begitu "

Ella melihat Andin, lalu tersenyum, rasanya sangat bersyukur mempunyai teman yang bisa diandalkan.

Tiba di tempat tujuan, Andin segera keluar dari mobil dan masuk ke ruangannya, nampak beberapa orang sudah heboh melihat sesuatu di layar ponsel.

"Oh ini orangnya" ucap salah satu teman kerja Andin sambil melihat kearahnya.

"Aku?" Tanya Andin menunjuk dirinya sendiri tak mengerti.

"Iya, lihat, wanita ini kena karma karena pernah memfitnah mu waktu itu" ucap mereka bergantian menunjukkan tayangan berita.

Andin hanya tersenyum, lalu berlalu pergi setelah suara panggilan akan dirinya ditunggu oleh atasan perusahaan.

"Ada apa pak?" Tanya Andin.

"Ikut aku, ada hal penting, kita akan menghadiri rapat perusahaan pusat"

"Sekarang?" Andin nampak terkejut.

"Tentu saja, ayo cepat, aku tunggu Lima belas menit dan siapkan semua laporan perusahaan Global Company, itu biasanya akan ditanyakan"

"My God, kenapa mendadak pak?"

"Entahlah, cepat, kerjakan dan jangan buang waktu, protes malah memperburuk keadaan "

"Iya pak, segera!" Andin berseru dan lari menuju ke beberapa orang yang harus membantunya dengan segera.

Lima belas menit, bukanlah waktu yang cukup sebenarnya, namun Andin memutar otak untuk melakukan kerja estafet demi mempersingkat waktu yang ada.

"Done" ucap Andin setelah semua terkumpul dan menjadi satu pelaporan yang gamblang untuk di sampai kan.

"Terimakasih semuanya!" Teriaknya lagi dengan gembira.

Sejak ada Andin di perusahaan itu, kerjasama antar karyawan lebih terasa, bahkan mereka saling membantu jika ada kesulitan, tidak membedakan dari divisi mana, itulah yang dikagumi oleh Deni, melihat kerja sigap Andin tanpa membuat jarak.

"Siap pak" ucap Andin.

"Okey, kita berangkat"

Keduanya segera berjalan menuju mobil perusahaan, lalu masuk dan melaju ke aula sebuah gedung pencakar langit untuk melakukan rapat penting tahunan.

Tiba di lokasi, Andin tidak bersama-sama masuk ke dalam ruangan, namun ijin untuk ke kamar mandi membenahi tampilannya.

"Aku yakin itu adalah perbuatan mu Af" terdengar sebuah perbincangan.

"Memangnya kenapa, wanita itu memang harus menerima akibat dari perbuatannya" nampak Aftan berjalan disampingi oleh Leon.

Andin masih terdiam di tempatnya, tidak peduli lagi dengan niat awal ingin memperbaiki penampilan.

"Sebentar lagi dia akan membayar mahal untuk bebas" ucap Leon.

"Dan itu percuma saja, aku tunggu kedatangan suaminya, Bima Raharja, memohon padaku, dasar bereng-sek!" Ucap Aftan.

Deg!

Mendengar sebuah nama di sebut, Andin sangat terkejut, tak menyangka jika Aftan ikut andil akan kejadian yang menimpa Nila Raharja.

Perlahan Andin masuk ke dalam kamar mandi agar tidak ketahuan, sementara suara Aftan dan Leon semakin hilang dari pendengaran karena melanjutkan langkah.

Andin terdiam sesaat, menatap wajahnya dalam cermin, tak menyangka sama sekali jika Aftan mengetahui apa yang terjadi akan dirinya selama ini.

"Tidak-tidak, jangan terlalu Ge Er Andin, berapa kali kamu salah sangka, dan terakhir Aftan melakukan sesuatu bukan untuk kepentinganku tapi kepentingannya saja" batin Andin sambil menepuk pipinya sendiri.

Seperti dugaan Deni, rapat itu akhirnya mewajibkan satu persatu anak perusahaan harus menjelaskan kondisi perusahaan di depan semua jajaran dewan.

Sementara Andin di buat lebih terkejut lagi saat melihat Grandpa dan juga Aftan kini duduk berdampingan dalam jajaran petinggi pemilik perusahaan pusat.

"My God" ucap Andin menatap ke depan dan tak sengaja melihat Aftan dengan setelan bajunya nampak gagah dan berwibawa di atas sana.

"Oh, apalah aku" Andin berucap lirih dan menunduk, membawa beberapa rangkuman yang di bawanya.

"Nona Andin!" Ucap Deni membuat Andin terkejut setengah mati.

"Ada apa pak?" Tanya Deni terlihat cemas dengan laptop yang di pegangnya.

"Aku tak mengerti beberapa rangkuman yang kamu buat, dan takut salah saat menyajikan datanya nanti, waktunya terlalu singkat aku pelajari"

"Ha, maksud pak Deni?"

"Kamu saja yang mewakili ku, dari pada nanti ada yang salah saat penyampaian di depan petinggi perusahaan pusat, itu akan mempengaruhi image perusaan kita, bagaimana?"

"Saya pak?"

"Ck, aku tau kemampuanmu, kamu pasti bisa" perintah dari Deni membuat Andin mau tidak mau melaksanakan tugas yang di berikan.

Akhirnya saat perusahaan Global Company beraksi, setelah nama perusahaan disebutkan, baik Aftan ataupun Abraham segera fokus menatap ke depan.

"Dia memang sangat cantik" gumam Abraham.

"Dia istri ku Grand Pa" sahut Aftan nampak tak suka.

Abraham tersenyum, lalu kemudian mode serius saat Andin tiba di depan keduanya,. membungkuk dan memberi salam hormat sebelum melakukan pekerjaannya.

Satu persatu kata-kata Andin tertata dengan apik saat menjelaskan, mudah di mengerti dan tehnik penyampaian laporan yang di akui unggul oleh beberapa petinggi yang ada didepan.

"Wanita yang sangat sempurna, selain cantik tapi juga cerdas dan cekatan, apa dia sudah punya pasangan?" Goda seseorang disana dan masih bisa di dengar Aftan dengan jelas.

Deni yang mendapat pertanyaan hanya tersenyum, dan jika ada yang ingin tau, lebih mempersilahkan untuk bertanya sendiri pada Andin yang masih ada di depan melanjutkan pelaporan tanpa rasa grogi.

Aftan merasa bangga, bahkan beberapa kali senyuman terbit dari bibirnya tanpa dia sadari, dan Abraham melihat semuanya.

Andin mengakhiri sesi yang di berikan, dengan waktu yang pas tidak menambahi atau mengurangi, lalu pamit untuk mundur dan menuju ke tempatnya, sungguh pesona Andin banyak membius orang yang menyimaknya.

Diakhir acara, Aftan lihat keadaan sekitar, dan dengan cepat menarik Andin masuk ke suatu ruangan khusus yang disediakan.

"Aftan!, apa yang kau lakukan!" Ucap Andin sambil menahan dada Aftan yang terasa menempel dan menekan.

"Emmh" sebuah luma-tan didapatkan, Aftan menggigit dan memasukkan lidahnya, tubuh Andin memanas, dada Aftan yang hangat menyentuh kedua aset berharga memberi reaksi yang berbeda.

"Ma Af"

Brug.

Andin langsung mendorong kuat, lalu keduanya pun kini berjarak.

Dan sepasang mata yang sedikit melihat adegan panas, diam di tempat tak bergerak.

Berbeda dengan Aftan yang nampak tenang-tenang saja, mengusap lembut bibir Andin dan berjalan keluar ruangan dengan elegan.

"Apa yang kau lakukan nona Andin?!"

"Sa saya"

"Ya Tuhan, keterlaluan!, dan Tuan Aftan, bagaimana mungkin dia melakukan hal itu dengan mu?!"

Andin masih terdiam, bingung harus menjelaskan seperti apa, dan mengutuk Aftan yang sudah dengan seenaknya berulah lalu pergi begitu saja.

Bersambung.

Yang makin penasaran, yuk jangan lupa KOMENnya ditunggu ya, juga VOTE, LIKE dan hadiahnya UNTUK memenangkan uang Tunai di Akhir Episode 40 dan 80 pada 3 KOMENTAR POPULER dan 3 TOP FANS teratas.