Kirani, bisa di katakan gadis yang malang. Hidupnya tak di inginkan oleh Ayah kandungnya sendiri bahkan saudara kembarnya pun ingin menghancurkan nya hanya demi kepentingan nya sendiri.
Bagaimana caranya Kirani melewati semua tantangan hidupnya yang sangat berat, apakah Ia mampu bangkit dan menemukan kebahagiaan nya sendiri tanpa merasa ketakutan oleh bayang-bayang masa lalu yang membuatnya trauma.
Yuk simak kelanjutan kisahnya di karya " Korban Saudara Kembar "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapat Perlakuan Baik
...****************...
Rani mengerjabkan matanya, kepalanya masih terasa berdenyut. Di pandangi nya seisi ruangan yang terasa asing baginya, ada lemari ada sofa dan meja rias.
Rani tau ini bukan rumah sakit, bukan juga rumah Mega apalagi rumah miliknya. Rani melihat dirinya yang berselimut kan selimut tebal dan lembut, Ia mulai di sergap rasa takut tentang dimana Ia berada kini.
Di ungkap nya sedikit selimut itu dan sedikit bernafas lega karena ternyata pakaian nya masih lengkap, namun Ia tidak bisa merasa senang terlebih dahulu sebelum tau kalau Ia saat ini berada di tempat yang aman atau justru sebaliknya.
" Oh, alhamdulillah kamu sudah bangun. " Sebuah suara mengejutkan Rani.
Rani menoleh ke asal suara dan lebih terkejut lagi ketika melihat siapa yang datang.
Pikiran Rani berkecamuk, memikirkan mengapa Ia bisa bersama Pria itu saat ini, Ia kembali menerawang tentang semua yang sudah Ia lalui sebelum nya.
Rani mengetahui kalau dirinya hamil dan dalam keadaan terpuruk Ia justru bertemu dengan Ayah dari janin yang Ia kandung, sempat berpikir untuk egois namun hal itu Rani urungkan.
Akan banyak hati yang terluka kalau Ia ungkapkan semua kebenaran itu, Rani memilih pergi menghindari Pria yang sudah merenggut mahkotanya dan kini hal itu telah menyisakan penderitaan yang mungkin tidak berkesudahan.
Di saat Ia berjalan tanpa tentu arah, tiba-tiba kepalanya berdenyut dan pandangan nya buram sebelum akhirnya Ia tidak ingat apapun lagi.
" Bagaimana perasaan mu sekarang, apa ada yang tidak nyaman, biar aku panggilkan Dokter atau kita langsung ke rumah sakit saja. "
Rani langsung menggeleng cepat di sertai gerakan tangannya, Ia tidak mungkin pergi ke rumah sakit itu lagi dan bagaimana kalau Ia bertemu Pria itu.
Tidak, Ia harus bisa menghindari nya. Meskipun tidak bisa Ia pungkiri kalau ternyata Ia merasa nyaman saat di peluk oleh Tedi sewaktu di rumah sakit.
Mungkin janin yang ada di rahimnya saat ini bisa merasakan kehadiran Ayah kandung nya.
" Oh ya sudah, maaf tadi aku menemukan mu pingsan di pinggir jalan dan hampir saja terlindas ban mobil ku andai saja aku ngerem mendadak. Hm kamu harus banyak istrahat, aku sudah memesan makanan untuk mu. Aku tidak tau apakah kamu suka makanannya atau tidak, karena biasa kalau Ibu hamil akan milah milih makanan yang Ia sukai. Tapi saat ini kamu harus makan, dan itu obat yang kamu bawa dari rumah sakit. "
Azka menarik meja kecil tempat di samping tempat tidurnya, disana sudah tersedi makanan yang baru Ia pesan dan juga secangkir air putih. Ada juga kantong plastik, ya itu miliknya yang Ia dapatkan dari rumah sakit.
Ketika Azka akan membantunya lagi- lagi Rani menolaknya dengan cepat.
" Ya sudah, cepat habiskan makanannya. Aku keluar sebentar. "
Rani hanya melihat punggung Pria itu hingga menghilang di balik pintu.
" Ya Allah Rani, kamu ternyata ada di kediaman Pak Azka. Bagaimana ini, dia sudah tau kalau aku hamil. Apa dia tau siapa aku sebenarnya makanya aku di bawa kesini, duh........ cari mati saja. " Gumam Rani
Ia menatap makanan di depannya, liurnya hampir saja menetes. Terlihat sangat menggugah selera.
" Maaf ya Pak Azka dan terima kasih untuk makanannya, tapi aku benar-benar lapar sekali melihat semua makanan ini. "
Rani mulai menikmati makanannya dan tanpa terasa semua yang ada di hadapannya ludes tanpa tersisa. Ia mengelus perutnya yang masih rata itu.
Merasa bersyukur karena dapat makan enak hari ini, bukan hanya itu saja. Ternyata makanan yang di berikan Azka tidak membuatnya mual, Rani mencari tas kecilnya karena disana ada ponsel miliknya.
Matanya melihat ke arah sofa, Ia baru sadar ternyata di sana banyak sekali kantongan. Setelah di lihat baik- baik ternyata ada susu Ibu hamil dan itu dalam berbagai jenis.
" Apa Pak Azka punya istri dan istrinya itu juga sedang hamil, tapi untuk apa dia membawa aku kemari dan menempatkan aku di kamarnya. Bagaimana kalau sampai istrinya tau dan marah besar padaku, tidak.... ! aku harus secepatnya pergi dari sini, aku tidak mau melibatkan banyak orang apalagi membuat masalah baru lagi. " Gumam Rani.
Baru akan beranjak pergi tiba-tiba Azka kembali masuk ke dalam kamar itu, Ia terkejut karena Rani yang hampir saja hilang ke seimbangan. Dengan sigap Pria itu langsung menahan tubuh ramping Rani.
" Kamu mau kemana, tubuh mu itu masih lemah. " Ujar Azka sembari mendudukkan Rani ke sisi ranjang.
Rani menatap piring di atas meja bekas dirinya makan tadi, Ia merasa malu karena sudah menghabiskan makanan yang di berikan Azka padanya.
Azka tersenyum, Ia mengira kalau Rani pasti ingin membawa piring kotornya bekas Ia makan.
" Kamu istrahat saja, biar aku yang bereskan. Oh ya ini tas mu, mungkin kamu ingin menghubungi keluarga mu. Tapi bukan sekarang kalau ingin pulang, kamu masih sangat rentan. Kalau pulang sekarang, takutnya kamu malah pingsan di jalan. "
Azka menyerahkan tas milik Rani dan kemudian berlalu keluar membawa piring kotor bekas Rani makan tadi.
Rani menghela nafas, Ia tidak menyangka Pria itu akan memperlakukan nya dengan baik.
Bahkan orang luar saja bisa berlaku manis padanya, sedangkan keluarganya yang masih memiliki hubungan darah, justru tidak mengakuinya bahkan ingin melenyapkan nya.
Rani merogoh isi tasnya, tidak ada yang hilang. Ia mengambil ponsel nya dan ternyata ada beberapa panggilan dan juga pesan masuk dari Mega.
" Mega pasti menghawatirkan ku. " Gumam Rani.
Ia ingin menekan tombol panggil namun akhirnya di urungkan, kalau Ia berbicara pasti Azka akan mengenalinya.
Bagaimana kalau Azka tau kalau Ia memiliki hubungan dengan Mega, Rani tidak mau mengambil resiko dan membahayakan sahabatnya. Mencari pekerjaan di jaman sekarang sangatlah susah, dan Mega begitu menyukai pekerjaannya.
Akhirnya Rani memutuskan mengirim pesan.
" *Aku baik- baik saja Mega dan In sya Allah aku berada di tempat yang aman. Besok aku akan pulang dan menceritakan sesuatu padamu, tunggu aku*. "
Mega menghela nafas lega setelah membaca pesan sahabatnya, Ia yang sejak tadi gelisah kini bisa merasa sedikit tenang.
Ketika ingin menghubungi Rani Mega merasa segan, Ia takut kalau saat ini mungkin sahabatnya itu sedang tidak bisa di hubungi.
Mengingat semua yang sudah di lalui Rani bisa saja saat ini sahabatnya sedang tidak bisa di hubungi. Kalau seandainya memungkinkan, Rani pasti sudah menghubungi nya tadi. Itu yang ada di benak Mega.
" Semoga kamu baik- baik saja Ran, di mana pun kamu berada dan cepat kembali. Aku mencemaskan mu. " Batin Mega.
...****************...
moga kamu bisa kuat hadapi hidupmu
takutnya kamu hamil
iya pikiran kamu juga ntah kemana2 .... kasian
sungguh alur cerita yg indah, semangat author semoga rezeki nya lancar disini, bisa masuk bab terbaik, agar bisa berbagi ke sesama yg membutuhkan, Aamiin🤲