NovelToon NovelToon
She'S Become Untouchable

She'S Become Untouchable

Status: tamat
Genre:Tamat / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Ratna Jumillah

Amora Tithania Genovieve atau sering di panggil Mora, telah mati karena pembulyan yang di terimanya di sekolah.
Tiba - tiba sosok jiwa bergentayangan yang kebetulan bernama Mora juga, masuk kedalam tubuh Mora yang mati.

Mora yang kembali hidup itu akhirnya bertekad untuk membalaskan dendam atas pembulyan yang di terima oleh Mora yang telah mati, sebelum dia membalaskan dendamnya sendiri.

Akankah orang - orang sadar bahwa Mora bukanlah Mora?? Dan bisakah Mora mendapatkan keadilan atas Mora yang sudah mati?

BACA A GIRL ENTANGLED IN MEMORIES, untuk mengikuti kisah ini dari awal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS. 20. Selamat ulang tahun, Brandon.

Mora berkeliling dengan bahagia saat itu, tapi dia kalah dengan terik matahari yang panasnya tidak bisa di kondisikan, jadilah dia mampir ke sebuah kafe favoritnya. Cafe yang menyediakan perpustakaan di dalamnya, Mora yang dulu sangat menyukai tempat itu untuk mengisi hari - harinya.

Tapi karena Mora datang dengan motor besar, dia pun menjadi pusat perhatian orang - orang di sana. Seorang gadis dengan motor besar, bukankah sangat keren?

'Ck, langsung menjadi pusat perhatian.' Batin Mora.

Mora mendatangi pelayan kafe dan memesan minuman kesukaan nya.

"Cappucino satu, low sugar ekstra ice." Ujar Mora.

"Ada lagi?" Tanya pelayan kafe.

"Tidak ada." Sahut Mora.

Kopi di buat dan setelah membayar, Mora langsung membawanya kedalam perpustakaan yang ada di dalam kafe itu. Tapi mood Mora yang tadinya bahagia menjadi hilang ketika tatapannya bertemu dengan bocah paling aneh menurutnya, Brandon.

"Mora, kamu di sini." Brandon berucap dengan semangat.

"SSHHHUUTTT!!!" Seketika semua orang yang berada di ruangan itu menempelkan jari telunjuknya di depan mulut mereka.

"Oh, sorry." Ujar Brandon. Mora yang melihat itu hanya bisa memejamkan mata dan merutuki peruntungan dirinya hari ini.

'Ayolah, dari sekian banyak tempat di kota ini, kenapa harus bertemu bocah tengil ini.' Batin Mora.

Mora pun mau tidak mau duduk di meja yang sama dengan Brandon dan menaruh es kopinya di sana.

"Mora, kebetulan sekali kita bertemu di sini, apakah tandanya kita jodoh?" Ujar Brandon dengan suara pelan, tapi Mora yakin orang - orang di sana masih bisa mendengar suara Brandon.

Mora mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu, lalu dia tunjukan pada Brandon.

"Kamu tidak sekolah?" Tulis Mora bertanya, Brandon menjawabnya hanya dengan gelengan kepala. Tapi kemudian Brandon mengetik sesuatu di ponsel Mora.

"Bagaimana keadaanmu, apakah kamu baik - baik saja? Aku khawatir ketika kamu di bawa pulang guru dan polisi hari itu." Tulis Brandon, lalu di berikan pada Mora.

Mora sedikit tersenyum membacanya, rupanya Brandon bisa memikirkan keadaan orang lain juga. Tapi aneh memang, padahal dulu Brandon mengatainya jelek bahkan Brandon tidak mau menolong dirinya ketika sedang di rundung Leah.

Mora mengetik sesuatu, dia sangat penasaran dengan jawaban Brandon akan pertanyaan nya.

"Kenapa kamu baik padaku sekarang? Padahal dulu kamu juga mengatai aku jelek, kamu juga hanya diam ketika melihat aku di rundung, aku bahkan sangat takut padamu saat itu." Tulis Mora, dan memberikan ponselnya pada Brandon.

Brandon tampak diam sebentar membaca tulisan Mora, lalu kemudian Brandon mengetik sesuatu.

"Karena aku tidak mau mengulang kejadian yang sama, aku pernah menolong satu siswi yang di rundung Leah, tapi besoknya siswi itu meninggal jatuh dari atap. Semua mengatakan bahwa siswi itu bunuh diri, tapi aku tahu Leah pelakunya." Tulis Brandon.

"Tapi sekarang kamu bisa melindungi dirimu, aku yakin kamu tidak lagi mudah di tindas. Maaf karena aku selalu diam ketika melihatmu di tindas, Leah sangat terobsesi denganku. Hanya dengan aku diam, maka Leah tidak akan melakukan perundungan yang kejam seperti yang dia lakukan pada siswi lain." Tulis Brandon, lalu memberikannya pada Mora.

Mora membaca itu, rupanya Brandon bukan sengaja tidak peduli, tapi dia mencoba meminimalisir kekejaman Leah dan kawan - kawannya.

'Sayangnya kamu tidak tahu bahwa Mora yang selalu tertindas itu juga sudah mati di tangan Leah, dan Mora yang duduk di depanmu ini Mora yang lain.' Batin Mora.

'Leah dan teman - temannya sangat keterlaluan, aku harus membuat cara untuk membuat mereka di keluarkan dari sekolah.' Batin Mora.

Mora lantas mengetik sesuatu, dan memberikannya pada Brandon.

"Mengapa tidak melaporkannya pada pihak sekolah, mereka sangat keterlaluan." Tulis Mora..

Brandon tersenyum membaca tulisan Mora, jika saja dia bisa maka dia akan melakukannya sejak dulu.

"Sekolah berpihak padanya." Tulis Brandon.

"Oohhh..." Gumam Mora sambil mengangguk - angguk kan kepalanya.

Akhirnya Mora bangun dan mencari buku komik kesukaan nya, dia mengambil dua buku volume terbaru dari komik kesukaan nya dan kembali duduk di depan Brandon.

"Jangan menggangguku, aku mau fokus membaca." Tulis Mora pada Brandon, dan Brandon mengangguk.

Brandon yang tidak melakukan apapun itu hanya memperhatikan Mora yang sedang sangat fokus membaca komik, tanpa sadar Brandon tersenyum sendiri memperhatikan Mora.

Sampai tidak terasa dua jam berlalu, dan Mora sudah menyelesaikan dua buku komiknya. Ketika Mora menurunkan bukunya, dia terkejut melihat Brandon yang duduk sambil melipat kedua tangannya dan memejamkan matanya.

'Dia tidur?' Batin Mora. Mora melambai - lambaikan tangannya di depan wajah Brandon dan saat itu Brandon membuka matanya.

Tatapan keduanya bertemu dan Brandon terpaku dengan wajah Mora yang yang sangat dekat, Mora terlihat sangat cantik di depannya.

"Oi! Jangan tidur di sini, lebih baik pulang." Ujar Mora. Karena di ruangan itu sudah tidak ada orang lain selain mereka berdua, jadi Mora berbicara dengan nada biasa.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Brandon.

"Hm, aku mau pulang." Ujar Mora. Brandon terlihat sedih sekarang.

"Hari ini aku berulang tahun, kamu tidak mengucapkan sesuatu padaku?" Ujar Brandon.

"Kamu berulang tahun?" Tanya Mora.

"Hm, hari ini aku menginjak usia delapan belas tahun, dan belum ada satupun yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku." Ujar Brandon.

Mendengar itu Mora menjadi sangat bersimpati pada Brandon, dulu di panti asuhan ketika dirinya berulang tahun juga tidak ada yang memberinya ucapan selamat ulang tahun.

Dia hanya akan duduk memojok dan membeli sebuah donat yang menjadi kue ulang tahunnya, dan memakannya sendiri dengan uraian air mata.

"Tunggu, aku harus ke toilet." Ujar Mora dan pergi dari sana.

Brandon tersenyum dingin melihat Mora pergi bahkan tanpa mengucapkan selamat ulang tahun padanya, padahal hanya tiga kalimat, tapi tidak terucap dari Mora. Brandon menjatuhkan dirinya di meja dan memejamkan kembali matanya, dia tidak peduli ada yang mengucapkan selamat ulang tahun atau tidak.

Tapi tak lama Mora kembali masuk bersama beberapa karyawan kafe, Mora membawa kue kecil dengan lilin - lilin kecil di atasnya dan bernyanyi..

"Happy birthday to you.. Happy birthday to you, happy birthday dear Brandon, happy birthday to you.." Mora dan karyawan kafe bernyanyi lagu selamat ulang tahun.

Brandon yang melihat itu pun tak kuasa menahan senyumnya, rasanya dia sangat ingin menangis tapi dia tidak mau merusak image nya sebagai cowok cool.

"Ayo tiup lilinnya, jangan lupa make a wish." Ujar Mora.

Brandon memejamkan matanya, lalu setelah itu dia meniup lilinnya. Semua karyawan kafe bertepuk tangan melihatnya.

"Terimakasih bantuannya kak." Ujar Mora, semua karyawan itu pun keluar dari perpustakaan.

"Ada berapa tadi yang bernyanyi untukmu? Sekarang sudah ada yang mengucapkan selamat ulang tahun untukmu, kan?" Ujar Mora.

"Thanks, Mora." Ujar Brandon.

"Selamat ulang tahun, Brandon." Ujar Mora.

Brandon langsung bangun dari duduknya dan memeluk Mora erat - erat, biasanya Mora akan protes tapi hari ini dia mengijinkan Brandon memeluknya, sebagai ucapan selamat ulang tahun.

'Ternyata di dunia ini bukan hanya aku seorang yang melewatkan ulang tahunku sendiri.' Batin Mora, dan menepuk - nepuk punggung Brandon.

Di balik haru nya mereka berdua, di luar sana ada orang - orang yang sedang panik mencari keberadaan Mora yang tak kunjung pulang kerumah. Mora hanya bilang ingin keliling sebentar, tapi sudah lebih dari 3 jam lamanya Mora belum kembali.

"Itu motor tuan! Aku akan masuk kedalam." Itu adalah supir yang tadi pagi mengelap motor Andreas, dia bersama beberapa pengawal rumah mencari Mora beramai - ramai.

Supir itu masuk ke kafe dan bertanya pada pelayan kafe.. "Dimana gadis yang mengendarai motor besar di depan?" Tanya supir itu.

"Ada di dalam pak." Sahut pelayan kafe.

Empat pengawal yang datang bersama supir itu langsung masuk kedalam perpustakaan dan melihat Mora yang sedang memakan kue ulang tahun Brandon.

"Non Mora... akhirnya saya menemukan non Mora, saya terancam di penggal tuan kalau tidak menemukan non Mora." Ujar supir itu ambruk lemas di lantai.

"Lho, kok bapak bisa tahu aku di sini?" Mora bertanya tanpa merasa bersalah.

"Non Mora bilang hanya ingin keliling sebentar, tapi sudah tiga jam lebih non Mora tidak pulang - pulang. Tuan sangat marah besar setelah tahu non Mora pergi tanpa pengawalan, kami semua terancam di hukum penggal jika tidak menemukan non Mora." Ujar supir itu.

"Eeee..." Mora hanya bisa menyengir kuda sambil menggaruk tengkuknya, dia lupa hanya ijin sebentar.

"Aku akan telepon papa." Ujar Mora. Mora terkejut melihat ratusan panggilan dari Andreas, ponselnya dia silent jadi dia tidak tahu Andreas ratusan kali menghubunginya.

'Mati aku, bisa hilang kebebasanku berkendara motor.' Batin Mora.

"Mora, akhirnya kamu menghubungi papa. Kamu dimana, nak? Apa kamu terlibat kecelakaan? Kenapa kamu nekat membawa motor, kakimu bahkan tidak sampai." Andreas menyerang Mora dengan pertanyaan bertubi - tubi.

"Aku baik - baik saja pa, aku akan pulang sekarang." Ujar Mora.

'Sialan, memangnya kenapa kalau kaki ini pendek.' Batin Mora.

"Sebaiknya kamu sungguhan baik - baik saja, atau mereka yang lalai menjagamu akan papa hukum." Ujar Andreas, Mora melihat kearah pengawal dan supirnya yang kini berwajah melas.

"Aku sungguh baik - baik saja, pa. Ya sudah aku pulang." Ujar Mora, lalu mematikan panggilannya.

"Brandon, aku harus pulang sekarang." Ujar Mora, dan Brandon mengangguk sambil tersenyum.

"Terimakasih untuk ini semua." Ujar Brandon, dan Mora mengangguk.

Mora keluar dan dia menaiki motor besar Andreas, Brandon bahkan terkejut melihat Mora menaiki motor besar yang berbanding kebalik dengan tubuh kecil Mora yang bahkan kakinya pun tidak sampai di tanah dengan sempurna.

'Astaga, dia memang gadis paling keren.' Batin Brandon.

...TO BE CONTINUED.....

1
>AY<
luar biasa
Ratna Jumillah: Terimakasih banyak sudah baca karya Othor.. 🫰🏻
total 1 replies
Nenk Hasanah
Luar biasa
Nur Bahagia
wahhh tau2 end.. bagus cerita nyaa 🤗🥰 bikin cerita tentang POEm kak Thor 🤗
Nur Bahagia
Lodi si kutub bilang jiaahhh 😅🤭
Nur Bahagia
nama mereka kalo di singkat jadi POEm 🤗🥰
Nur Bahagia
brandon dari dulu masih tetep bocil sifat nya 🤗😅
Nur Bahagia
jangan sampe brandon ditolak lagi kayak wkt sama mora dulu.. bisa kejang2 dia 🤣
Nur Bahagia
anaknya Roco?
Nur Bahagia
wahh bakal seu inii.. Brandon pasti bakal jadi idola di kampus 😁
Nur Bahagia
wahh aku jadi dilema ini.. Sara mendingan sama Lodi apa Ryota yaa 🤔😅
Nur Bahagia
Ryota 🔥 kamu mungkin jodohnya Sara 🤗
Nur Bahagia
ini opsi yg terbaik.. jujur lebih baik meskipun menyakitkan 🥺
Nur Bahagia
brandon auto naksir 🤭
Nur Bahagia
Lodra jadi galak banget ya 🤔
Nur Bahagia
wah cari mati nih orang
Nur Bahagia
lhah emang mereka pada ga tau kalo mora dan byan udah tunangan
Nur Bahagia
sesosok Thor.. masa sebuah 🤭
Nur Bahagia
jangan terlalu menutup hatimu Mora.. kasihan Byan kalo berjuang sendiri
Nur Bahagia
wkwkw 🤣🤣🤣
Nur Bahagia
jangan lupa amankan jantung mu brandon.. takutnya kolaps kalo tau pacarnya mora adalah uncle byan 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!