NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Uang Jajan

🌻🌻🌻

Pagi-pagi sekali aku bangun seperti kebiasaan di rumah. Kebetulan Bu Sulis juga sudah bangun dan wanita itu hendak memulai aktivitas pagi yang seperti biasa dilakukannya, yaitu masak setelah subuh. Kemunculanku di  dapur disapa olehnya dengan senyuman. Tanganku langsung mengambil pisau, membantunya memotong-motong sayuran yang ada di atas meja dapur. 

Kuajak Bu Sulis bercerita sedikit mengenai cucu-cucunya, aku ingin tahu sedikit banyak mengenai mereka agar aku bisa menghadapi mereka nantinya lebih baik lagi dan membuat mereka nyaman saat berada di dekatnya. 

"Sejak Milia meninggal, perubahan anak-anak begitu besar. Shani jadi anak yang banyak diam dan nilainya pun menurun drastis. Zien juga begitu, Lintang sering dipanggil ke sekolah karena kenakalannya. Dan, Revan, anak itu juga tidak mau belajar dan sering mengganggu temannya. 

Cerita, cerita, dan bercerita. Muncul rasa penasaran di benakku mengenai ibu dari anak-anak itu yang aku duga wanita yang semalam aku lihat di foto. 

"Hmm ... mengenai Ibu mereka, Ibu bi--" Perkataanku sengaja aku potong setelah melihat kemunculan Mas Lintang.

"Bu ... aku berangkat pagi-pagi ke kantor, kebetulan ada urusan yang harus aku urus," ucap Mas Lintang dengan seragam kerja sudah terpasang di tubuhnya. 

Mas Lintang mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku kemejanya, lalu memberikannya kepada Bu Sulis agar diberikan kepada anak-anaknya sebagai uang jajan. Bukannya mengambil, Bu Sulis diam dan mengarahkan pandangan padaku, kusadari wanita itu tengah memberikan kode agar anaknya itu menitipkan uang tersebut kepadaku yang saat ini berstatus sebagai istrinya. 

"Tolong berikan uang ini kepada anak-anak." Mas Lintang mengalihkan todongan uang itu ke arahku. 

"Baiklah." 

"Kalau begitu, aku pamit," ucapnya dengan mata memandangku dan Bu Sulis. 

Ketika pria itu berjalan keluar dari dapur, aku mengikutinya yang membuat pria itu berhenti melangkah di ruang tamu. 

"Uang bulanan nanti aku kasih," ucap Mas Lintang, mungkin salah paham dengan tingkahku mengikutinya. 

Tangan kusodorkan, ingin menyalam tangannya. Pria itu menatap tanganku dan menjabatnya, mungkin baru sadar dengan kesalah pahamannya yang membuatnya sedikit menekuk wajah. 

"Jika anak-anak melakukan sesuatu yang mengganggumu, aku minta maaf. Kamu hubungi aku jika sesuatu terjadi," ucap Mas Lintang. 

Bibirku tersenyum sambil menganggukkan kepala beberapa kali yang membuat ekspresi pria itu terlihat lebih tenang. Bisa aku mengerti perasaannya itu. Keempat anak-anak itu berada dalam pikirannya yang membuat rasa khawatir muncul. 

Pria itu menganggukkan kepala sekali sebelum melanjutkan perjalanan meninggalkan rumah. Tanganku melambai ke arahnya yang membuat pria itu yang sejak tadi memasang wajah dingin menjadi tersenyum. Mulai pagi itu aku bertekad untuk menikmati hidup dan berbaur dengan lingkungan keluarga itu karena aku sadar itulah takdirku.

***

Usai anak-anak makan, mereka bangkit dari bangku dan menghampiri Bu Sulis, menyalami tangan wanita itu dengan ekspresi tidak bergairah. Bukan karena malas pergi sekolah, sepertinya karena keberadaanku. Mata mereka tidak henti-hentinya menatapku dengan sorot mata tajam, kecuali Delia. 

“Uang minta sama Bu Fina. Ayah menitipkan uang kepadanya,” ucap Bu Sulis. 

“Kenapa sama dia? Nenek kan ada,” ketus Zien dan melirikku masih dengan sorot mata yang sama. 

"Sekarang Fina Ibu kalian. Pergi salam Ibu kalian dan minta uang padanya." Bu Sulis mengajarkan mereka menghormatiku. 

Delia turun dari bangku dan menghampiriku, anak itu menyalam tanganku dengan antusias, lalu menyodorkan tangan meminta. Rasa kesal cukup terobati oleh gadis itu, semangatku juga muncul olehnya. 

Kuberikan uang pecahan sepuluh ribu di tangannya karena masih kecil, tidak seperti kakak-kakaknya yang nanti akan diberikan uang dua puluh ribu. 

"Sini! Kalian tidak mau uang jajan?" tanyaku kepada ketiga anak lainnya yang menatapku dengan sorot mata kesal. 

Revan mengikuti jejak Delia, bocah itu menyalam tanganku dan meminta uang jajannya. Saat itu aku merasa seperti seorang Tante yang tengah memberikan uang THR kepada keponakan-keponakannya. Setelah menaruh uang di tangan Revan, rambut bocah itu aku usap sedikit sambil tersenyum. 

"Apaan, sih," ucapnya, tampak risih. 

Zien lanjut mengikuti jejak Revan. Mata remaja laki-laki membelalik dan mengambil uang di tanganku tanpa menyalam. 

"Zien ...!" tegur Bu Sulis. 

"Nenek ...!" balas remaja laki-laki itu.

"Salam ibumu," ucap Bu Sulis. 

Zein melangkah mundur dan menyalam tanganku tanpa menatap wajahku. 

Lanjut Shani. Gadis itu mendekatiku, berdiri tepat di hadapanku dan menatapku dengan mata menyipit, tampak tengah memperhatikan sesuatu yang membuatku bingung. 

"Lebih baik aku tidak jajan daripada menyalami tangannya." Shani lanjut berjalan keluar dari dapur dengan melewati keberadaanku. 

Gadis itu rela tidak jajan daripada menyalami tanganku. Sebegitu bencinya gadis itu dengan keberadaanku? Itu sedikit membuatku kaget, begitu juga dengan Bu Sulis. Wanita itu memanggil Shani berkali-kali untuk pamit dulu kepadaku, tapi gadis itu mengabaikannya. 

"Sudah, Bu ... biarkan saja," ucapku. "Hmm ... sepertinya aku tidak bisa membantu Ibu membereskan ini semua. Sekarang aku harus mengantar Delia ke sekolahnya dan lanjut aku akan mengajar. Tidak apa-apa, kan?" tanyaku, sedikit basa-basi. Padahal, aku tahu apa jawabannya karena mertuaku itu orang yang cukup perhatian dan peduli. 

"Jangan sungkan begitu. Pergilah!"

Kan ... aku juga bilang apa? Diriku menjadi salah satu menantu yang beruntung mendapatkan mertua sepertinya. Tangan wanita itu aku salami dan meninggalkan dapur sambil menggandeng tangan Delia, gadis itu sejak tadi menungguku. 

***

Setelah mengantar Delia taman kanak-kanak, sopir taksi aku suruh beranjak mengantarku ke sekolah Bina Utama, salah satu sekolah menengah atas swasta yang biaya sekolah anak-anak di sana tidak terlalu mahal seperti sekolah swasta lainnya. Baru tiga bulan ini aku bekerja di sana setelah pindah mengajar dari sekolah lain. 

"Bu Fina ...!" sapa Pak Adri di halaman depan sekolah. 

Pria itu salah satu guru olahraga yang masih lajang di sekolah tersebut dan beberapa kaki dijodoh-jodohkan anak-anak denganku. Namun, kami tidak ambil hati perkataan para remaja yang tengah enak-enak menikmati masa muda itu. Padahal, kami juga masih muda. Sudahlah! 

"Iya, Pak," balasku tanpa memberhentikan kaki berjalan. 

Langkah kakiku berhenti hanya saat aku tidak sengaja menemukan wujud Shani berdiri di samping salah satu kelas, di mana terdapat dua gadis seusianya berdiri di hadapannya dan mereka terlihat tengah bersitegang. Ternyata gadis itu sekolah di tempat yang sama aku bekerja, aku baru tahu. 

Kakiku melangkah pelan mendekati mereka dan bersembunyi di balik dinding, menguping pembicaraan mereka.

"Mana? Kamu sudah janji akan memberikan uang jajanmu hari ini kepada kami," ucap salah satu dari gadis yang berdiri di hadapan Shani. 

Sekarang aku mengerti, mereka sedang memeras gadis itu. Seketika aku mulai kesal, ingin sekali menghampiri mereka dan memarahi kedua gadis itu. Tapi, aku tidak boleh tampak seperti pahlawan di hadapan Shani karena takutnya gadis itu salah paham dan malah membuatnya semakin tidak menyukaiku.

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!