NovelToon NovelToon
Tanah Bangsawan

Tanah Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: lunar crimson

Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.

Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

027 — Sebuah Desa di Surabaya (1)

Kilam tak lupa untuk berterima kasih pada Madam Chourrisa, pasalnya jika Ratni ikut dengan dirinya itu belum tentu menjamin ia mendapatkan kasih sayang seperti yang diberikan ole Madam Chourissa. Dalam dua minggu sebelum Ratni pergi, ia telah mendapatkan kasih sayang yang begitu besar yang rasanya mustahil untuk ia dapat.

“Apakah dia baik - baik saja?” timpal Kahis, lelaki berbalut seragam militer itu menggeleng.

“Ternyata dia sudah menyebarkan obat berat itu ke banyaknya orang Londo, terkhusus tentara yang diam - diam mengonsumsinya,” cecar Jeffrien yang menghembuskan napasnya perlahan. “Tak tau ke mana wanita itu pergi, pastinya akan tertangkap dalam waktu yang lebih dekat,” timpal Jeffrien lagi untuk menambahi.

Obrolan - obrolan itu mengharuskan Kahis untuk pergi memilih untuk tidak menguping, mengapa dirinya peduli untuk bangsa penjajah? Mengapa? Gila sekali, ada apa dengan dirinya kini? Padahal dulu dekat - dekat orang Londo saja jijik.

“Kilam, maukah kau ikut aku besok?” tanya Kahis sembari ikut membereskan gudang yang berantakan tak pernah pemilik rumahnya itu buka.

Kilam langsung menoleh pada Gurunya itu, sedikit bingung. “Maksud Mbak e gimana? Kilam enggak ngerti maafin,” tanya Kilam sembari menyengir menampilkan deretan giginya yang putih.

“Ikut mbak toh ke lapangan sana, kamu enggak pernah lihat Mbak ngajar di sanakah?” tanya Kahis pada Kilam yang menggeleng.

“Belum selesai saya ngajarin kamu banyak hal, Kilam.” tutur Kahis lagi hingga remaja itu menatap sedih Kahis.

“Hukum saya mbak e udah ratusan hari absen,” kekeh Kilam hingga mereka berdua tertawa bersamaan.

“Se - menyenangkan itu obrolan kalian?”

Kahis dan Kilam terhenyak sesaat mendengar suara yang begitu serius masuk ke gendang telinga mereka. Kahis berbalik menatap Carlio yang bersidekap menatap keduanya. Kahis langsung menghampiri, baiklah gadis itu mengerti apa yang dimaksud Carlio.

“Bolehkah aku meminta sebuah ciuman?” tanya Kahis hingga membuat pria itu terbelalak, pernahkah Kahis berbicara begitu frontal seperti ini? Baiklah niatnya untuk merajuk ia hilangkan diganti dengan kegirangan.

Carlio mengangguk patuh, melupakan semua keadaan.

***

Waktu dan keadaan kembali seperti semula, seperti saat ia menginjakkan kaki pertama kalinya di Surabaya. Ia melangkahkan kakinya bersama Kilam, anak remaja itu berjalan sembari menyapa dan mengajak teman - temannya untuk bergabung di lapangan.

Bumi Surabaya masih tampak asri penuh penghijauan, Carlio sendiri yang bercerita bahwa ia mengatur tampilan daerah yang dipegangnya namun yang menggerakkan ini semua adalah pribumi yang tinggal di sini.

Nyatanya lagi, tinggal di Surabaya rasanya setiap orang mempunyai matahari masing - masing di atas kepala, begitu panas.

Bagi penduduk yang berada di kelas menengah dan tergolong mampu, mereka menggunakan alat transportasi berupa sepeda. Sama seperti yang Kahis lihat sekarang ini, seorang lelaki paruh baya menyapanya dengan cengkringan melebarkan senyum menampilkan dua gigi depan yang menghilang.

Kahis membalasnya dengan antusias, kemudian ia bertemu dengan gadis seusia dirinya yang malu - malu menatapnya. Seingat Kahis ia pernah melihat gadis itu duduk dan menyimak di lapanhan bersama anak - anak yang lain.

“Tarmi!” panggil Kahis berusaha mengambil atensi milik Tarmi.

“Iya, Mbak Kahis!” balas Tarmi dengan senyuman tipis, gadis itu berjalan menggunakan kemban merah dan jarik yang melekat di pinggangnya. Mambawa bakul berisi pakaian, sudah Kahis duga bahwa Tarmi habis pergi dari sungai terdekat.

Setelah itu pasangan serasi yang sudah berlanjut termakan usia, sang suami menenteng cangkul di atas pundaknya dan tangan satunya menggenggam tangan istrinya yang sedang membawa bakul teh, mereka sama - sama terlihat keriput karena usia. Tanpa alas menapaki setapak jalan penuh batu tapi mereka masih bisa tersenyum saat melihat Kahis yang juga menyapanya.

“Aku dulu cantik toh kaya dia, Mas.” cengir Ibu itu sembari menunjuk Kahis sang Suami mengangguk nurut menolehkan pandangannya berkali - kali antara Kahis dan istrinya.

“Enggak ah!” ujar suaminya menyangkal, istrinya langsung dengan wajah muram. “Enggak secantik istriku!!” timpal suaminya lagi hingga istrinya itu kini memukul pelan lengan suaminya.

Kahis langsung tersenyum, membungkukkan diri saat ia bersejajar dengan pasangan lanjut usia itu. “Cah ayu mau ke mana?” tanya wanita tua itu akhirnya membuka pertanyaan pada Kahis.

“Mau ke lapangan ini, Mbok,” jawab Kahis hingga wanita itu ber oh ria suaminya pun begitu, dilihat lihat wanita itu seumuran dengan Mbok Nur.

“Cucuku mau ke mana, heh?” Tiba - tiba sang suami lanjut usia itu bertanya, Kahis langsung menoleh ke belakang.

“Mau ke lapangan sama Bu Guru cantik ini, Mbah uti,” balas anak perempuan yang dimaksud sembari menunjuk Kahis.

“Awas ya jangan nakalin temen!” sergah Mbah uti, anak perempuan itu akhirnya mangut - mangut dan Kahis hanya bisa menggelengkan kepalanya.

“Bu Guru, kok udah lama ya Sukmi enggak liat Bu Guru di lapangan buat ngajar. Sukmi rindu sama Bu Guru,” Kahis menoleh ke samping dan harus menundukkan kepalanya untuk melihat rupa gadis kecil yang mengajaknya bicara.

“Maaf ya dan terima kasih sudah rindu ke saya, Sukmi. Bu Guru janji bakal ke lapangan tiap hari,” jawab Kahis dengan cengiran.

Kahis menggandeng tangan anak perempuan itu, ia jadi teringat Pocco karena tinggi mereka hampir sama. Tangan yang Kahis gandeng penuh baluran tanah dan Kahis melihat dari ujung kaki hingga betis Sukmi penuh lumpur.

Dari arah belakang Kahis tiba - tiba muncul anak - anak riang yang menyambut Kahis, mereka senang seorang dapat bertemu kembali dengan Guru yang begitu menarik untuk dipandang. Sekiranya ada tiga orang dan mengajak Sukmi ikut berbicara.

“Sukmi yang ajak mereka tempo lalu, mereka sudah nunggu Bu Guru dari kemarin - kemarin lho,” lapor Sukmi, Kahis langsung menolehkan pandangannya ke arah belakang. Anak - anak itu menyapa dengan cengiran, menampilkan deretan gigi yang tak teratur penuh jarak.

“Hai, kalian!” sapa Kahis sembari menampilkan senyuman yang merekah.

“Hai juga Bu Guru!” sapa mereka balik, setelah itu mereka tertawa berlarian melewati Kahis dan berseru ria saling bercanda.

Pandangan Kahis lagi - lagi terjatuh pada kaki mereka yang menapak tak memakai alas, penuh geluputan lumpur. Kahis mengedarkan pandangannya, dia berada di jalanan kecil di antara sawah yang membentang. Kahis melihat beberapa anak kecil sedang sibuk membantu atau merecoki orang tuanya.

Kahis paham, setelahnya tanpa diduga Kahis suara cempreng Sukmi memanggil semuanya. “Kalian kemari! Ini lho Bu Guru yang pernah Sukmi ceritakan!” teriak Sukmi begitu kencang.

Mereka langsung menoleh ke sumber suara Sukmi, suara familiar dari anak yang begitu ceria. Anak - anak dan para remaja yang berkutat dengan persawahan sontak menghentikan kegiatan.

1
Arlingga Ve Mustafa🇮🇩🇹🇷
hadir,,,, semangaat ea,,, 💪💪
Yi Yid
siapa ini? carlio kh
Zizi
smngt kak up nya🌹🌹
lunariesse van der hourver: terima kasih semangat juga 💗💗💗
total 1 replies
hazelsgn
p
Ikhsan
bagus kak,keren
Ikhsan: sama sama kak
lunariesse van der hourver: terimakasih
total 2 replies
Bilqies
gak kurang sih cuma udah kewajiban kamu sebagai orang tua untuk membesarkan dan membiayai anaknya
Bilqies
1 kata egois
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
Mhila izuna
mampir thor
si ciprut
dua dulu😁
si ciprut
saya sih bukan mau mencela atau bagaimana. cuma untuk sesi bab awal lebih baik fokus pada tokoh utama dulu. entah itu perkenalan dari tokoh protagonis. dari segi pendidikan atau visual ataupun yg lainnya. fokus itu dulu. baru bab selanjutnya adalah jalan cerita kisah yg akan disampaikan.
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗
lunariesse van der hourver: baiklaaa terima kasih krisarnya kakk
total 1 replies
Yiab Yoje
thorrr
lunariesse van der hourver: apaaaa
total 1 replies
husnia wahidah
prolognya bagus bgt, heran
lunariesse van der hourver: makasih ya sengku
total 1 replies
husnia wahidah
kapan up nya thor? seru banget baru kali ini nemu cerita kaya gini
lunariesse van der hourver: ditunggu ya seng
total 1 replies
Legiyan Lyn
keren
niara kahishaa
mantap bgt thor
hazelsgn
hehe
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!