Narin seorang mahasiswi yang lugu berumur 23 tahun,diam diam dia menyukai seorang mahasiswa yang populer dikampusnya.
Eric sosok mahasiswa yang dingin namun sangat di kagumi oleh seluruh mahasiswi dikampusnya karna ketampanan dan kecerdasan yang dimilikinya.
Namun setelah lulus hal yang tidak disangka oleh Narin adalah dia dijodohkan dengan laki laki yang dia sukai sejak dulu yaitu Eric.
Akankah Narin bisa mendapatkan cinta Eric yang sama sekali tidak mencintainya atau dia akan mengubur rasa cintanya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Tiba tiba muncul lah ide nakal Eric yang terlintas di otaknya. secepat kilat Eric langsung membuka bajunya dan membuangnya ke sembarang arah.
Narin yang melihat pemandangan di depannya membuatnya merasa takut. Narin pun langsung terbangun dan hendak melarikan diri.
Namun Narin kalah cepat dengan Eric yang langsung menarik kembali Narin hingga terjatuh lagi diatas kasur dan menghimpit tubuh Narin dengan sangat kencang.
"Kau mau apa ?" tanya Narin dengan rasa takut yang menyelimutinya.
Eric yang ada di depannya sekarang tampak mengerikan tidak seperti Eric yang biasanya terlihat diam dan dingin.
"Aku mau memberimu hukuman." ucap Eric sinis.
Eric yang sudah tersulut emosi dia langsung ******* bibir Narin dengan kasar. Namun saat Eric menghentikan kegiatannya itu, tiba tiba Eric melihat ada pergerakan dari tubuh Narin. Dengan sigap Eric langsung mengungkungnya kembali dengan posisi yang sangat intim. Eric diatas Narin sambil mencengkeram erat kedua pergelangan tangan milik Narin.
Keduanya saling bersitatap satu sama lain, membuat mereka tampak hanyut dengan pikiran mereka masing masing. beberapa detik kemudian tampak Narin yang mengalihkan pandangannya ke arah lain agar dirinya tidak terbuai oleh tatapan Eric yang teduh itu. Merasa Eric tidak lagi mencengkeram lengannya, Narin yang sudah bosan ditatap oleh Eric terus menerus, seketika Narin meronta kembali, dan tanpa sadar Narin mendorong tubuh Eric dengan keras tanpa rasa takut sedikit pun.
Eric yang merasakan sakit di sekujur tubuhnya, amarahnya pun seketika membuncah kembali, yang tanpa sadar membuat Eric membuka paksa baju yang di kenakan oleh Narin. Sontak membuat Narin terkejut dan berteriak, memohon ampun pada Eric atas apa yang dia lakukan barusan.
"Tuan, apa yang kau lakukan ?" tanya Narin sambil terisak, dengan tangan yang menyilang menutupi miliknya yang tidak ingin terlihat oleh Eric
Saat Eric ingin melakukan hal yang lebih terhadap Narin, tiba tiba bayangan wajah Brenda muncul di benaknya dan membuat Eric terdiam cukup lama, sampai akhirnya Eric turun dari tubuh Narin.
"Dengar.. Kali ini kau selamat tapi aku tidak bisa jamin jika kau mengulanginya lagi !!!" ucap Eric sinis
Narin tampak masih shock dengan apa yang Eric lakukan barusan. Tapi dia masih beruntung karena Eric tidak melakukan hal lebih yang dia takutkan.
Tampak Eric yang keluar dari kamar Narin dengan kesal sambil menutup pintu dengan kasar.
Brak...
Suara pintu tertutup dengan sangat keras, membuat Narin terlonjak kaget sambil memegang dadanya dengan perasaan yang masih takut.
Di tempat lain, Eric yang sedang menuntaskan hasratnya di dalam kamar mandi merasa puas dengan penyalurannya yang dia lakukan saat ini.
Beberapa menit kemudian, Eric yang sudah selesai dengan ritual mandinya segera keluar, dan menuju ke walk in closet untuk mengambil pakaian yang akan dia kenakan hari ini.
Terlihat Eric yang sangat tampan dengan memakai kaos dan celana pendek dengan warna yang senada, membuatnya tampak begitu berkarisma.
Sesaat Eric ingat dengan wajah Narin yang begitu ketakutan, atas perbuatannya yang hampir saja membuat dirinya melakukan hal yang akan di benci Narin.
"Aaargh... Kenapa aku sangat menginginkannya, saat aku menatap wajahnya yang terlihat menggoda," ucap Eric dalam hati sambil meraup kasar wajahnya.
Hampir saja aku melakukannya, tapi... untung saja wajah Brenda muncul seketika, dan membuatku sadar akan tindakan bodohku itu, ucap Eric yang merutuki kebodohannya.
Makan malam pun tiba
Tampak Eric dan Narin yang sedang menikmati makan malamnya, tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun dari mereka. Hanya terdengar bunyi suara dentingan sendok dan garpu yang menemani mereka makan. Setelah usai makan, Eric langsung pergi menuju ke ruang kerjanya yang ada di lantai atas dekat dengan kamarnya. Kini hanya tinggal Narin seorang yang berada di meja makan, sambil menatap kosong makanan yang ada di depannya.
Di ruang kerja
Eric yang tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba tiba terdengar suara ponselnya yang berbunyi cukup keras hingga mengganggu konsentrasi Eric. Eric pun segera mengangkat ponselnya yang tertera nama Brenda di layar ponsel itu.
"Sayang, kau sedang apa ? Aku sangat merindukanmu." ucap Brenda dengan manja
"Aku sedang menyelesaikan pekerjaanku di ruang kerja. Aku juga sangat merindukanmu, cepatlah pulang," ucap Eric sambil memijat keningnya yang tampak terasa pening.
"Iya sayang aku janji akan segera pulang, dan pada saat itu aku ingin kau segera menikahiku," pinta Brenda yang seketika membuat Eric kaget akan permintaan Brenda barusan.
Deg...
"Bagaimana bisa aku menikahimu secepat itu ? Kau tahu sendiri bukan, kalau aku sudah menikah dengan perempuan itu jadi tidak segampang itu untuk mewujudkan keinginanmu. Kau mengerti !!!" terang Eric dengan nada kesal yang diselimuti dengan rasa bingung.
"Aku tahu kau sudah menikah dengannya, tapi kau kan pernah bilang bahwa pernikahanmu itu atas dasar paksaan dari kedua orang tuamu, dan kau sama sekali tidak menginginkan pernikahan itu bukan... Atau jangan jangan kau sudah mulai ada perasaan pada perempuan itu, hmm ?" tanya Brenda penuh selidik.
"Aku sama sekali tidak ada perasaan apa pun terhadap perempuan itu, dan soal pernikahan memang benar adanya jika aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan itu.. Aku terpaksa melakukan itu hanya untuk membahagiakan kedua orang tuaku tak lebih dari itu, percayalah padaku... aku mohon beri aku waktu untuk segera mengurus ini semua. Aku janji setelah semuanya selesai aku akan segera menikahimu, dan kita akan mewujudkan impian kita bersama," ucap Eric lembut menyakinkan kekasihnya itu.
Brenda seketika luluh mendengar penuturan Eric, dan merasa lega bahwa sebentar lagi dia akan menjadi Nyonya Eric satu satunya di keluarga Bramantyo yang sangat terkenal, akan kekayaan dan kekuasaannya itu.
"Baiklah sayang aku akan memberimu waktu, tapi... ingat aku tidak ingin jadi yang kedua! Aku ingin kau segera menceraikan perempuan itu !!! pinta Brenda ketus yang tidak ingin keinginannya di langgar oleh siapapun.
Deg...
"Iya sayang aku tahu dan aku sudah mempersiapkan semuanya. kau jangan khawatir, ok ??" ucap Eric
"Ya sudah aku tutup dulu ya aku mau istirahat. Ingat tepati segera janjimu itu Dan... Jangan sampai kau memiliki perasaan pada perempuan itu !!! ucap brenda ketus
"Iya sayang kau tenang saja tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hatiku ini sampai kapan pun." ucap Eric dengan antusias yang meyakinkan kekasihnya itu.
"Sekarang istirahatlah dan jaga dirimu baik baik disana yaa." ucap Eric lembut penuh sayang.
"Kau juga cepat tidur ya setelah selesai dengan pekerjaan kantormu itu. Good night, I love you... Emmuach." ucap Brenda dengan manjanya membuat Eric merasa gemas pada kekasih hatinya itu, yang akhir akhir ini Brenda makin terlihat cantik.
"I love u too... Emmmuach."
Eric yang merasa dirinya sudah mengantuk dia segera keluar dari ruang kerjanya itu. tak di sangka di luar Eric melihat Narin yang sedang berjalan ke arah kamarnya, seketika mereka saling pandang dan menyelami pikiran mereka masing masing.
Namun beberapa detik, Narin sadar dan berlalu begitu saja tanpa memperhatikan Eric yang ada di depannya yang masih setia menatap dirinya. Eric pun segera melangkahkan kakinya dengan lebar masuk ke dalam kamar.
Tiba di kamar, Eric segera menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Dia masih teringat dengan ekspresi wajah Narin barusan yang terlihat mengacuhkannya.
"Aaargh... mikir apa sih aku ini, kenapa juga aku memikirkannya!!" ucap Eric dengan mengacak acak rambutnya dengan kasar
Seketika dia teringat akan ucapan Brenda yang menyuruhnya segera menceraikan Narin, tapi.... Entah kenapa sekarang dia merasa bingung untuk melakukan itu padahal dari awal memang dia sudah berencana akan menceraikan Narin setelah pernikahannya berjalan satu tahun.
Eric yang merasa kalut dan banyak pikiran tetiba dia terlelap begitu saja dan masuk ke alam mimpinya.
☘️☘️☘️
Di sebuah belahan bumi yang lain, tampak sosok Brenda yang sedang sibuk dengan ponselnya. Entah dia sedang menghubungi siapa yang jelas dia terlihat serius dengan pesan yang baru dia dapat.
Ceklek...
Terdengar suara pintu kamar terbuka dari luar, menampakkan sosok pria masuk dengan membawa beberapa paper bag, yang dia beli di mall saat perjalanan menuju apartemen.
Leon sebelum pulang dia mampir di sebuah mall, dan tak lupa pria itu membeli makanan kesukaan Brenda di dalam restoran yang berada di mall itu. Pria itu mengajak Brenda untuk keluar dan makan makanan yang telah dia bawa barusan, dengan wajah binar Brenda mengangguk dengan senyum yang indah.
"Sayang... Aku membawakan sesuatu untukmu dan aku yakin kau pasti menyukainya." ucap Leon dengan menyerahkan sebuah paper bag yang dia bawa.
Dengan senang hati Brenda menerimanya dan membuka isi paper bag tu. Lagi lagi Brenda di buat takjub oleh Leon, sungguh Brenda tak menyangka bahwa Leon akan memberikannya sebuah hadiah yang tak pernah terpikir di benaknya.
"Sayang...." Brenda yang memegang benda itu tampak dia masih belum percaya dengan apa yang ada dia lihat saat ini.
"Iya sayang ini untukmu, aku sengaja membelikan ini karena aku ingin memberimu surprise," sahut Leon sambil memeluk mesrah pinggang Brenda dan sesekali mencium leher Brenda.
"Apa kau senang dengan hadiah yang ku beli untukmu, Hmm ??" tanya Leon yang masih setia memeluk erat Brenda, dengan dagunya yang bertumpu diatas pundak mulus milik Brenda.
"Aku... Aku sangat sangat menyukai hadiah darimu sayang, Terima kasih sayang sudah memberikan kejutan ini untukku." Brenda berbalik menatap wajah tampan Leon yang ada dihadapannya, Brenda tampak tersenyum bahagia dengan hadiah yang diberikan Leon untuknya.
Perlahan Leon mendekatkan wajahnya ke arah Brenda, membuat mereka begitu intim tidak ada jarak diantara keduanya, membuat mereka sama sama merasakan hembusan nafas satu sama lain.
Leon yang melihat bibir sexi milik Brenda, sekejap Leon langsung menarik tengkuk Brenda dan menciumnya dengan lembut. keduanya tampak menikmati dan saling bertukar Saliva, hingga terdengar bunyi perut dari Brenda yang sejak tadi belum terisi makanan membuat mereka menghentikan kegiatan panas mereka.
Kruk... kruk... kruk...
"Sayang... Kau lapar, Hmm ??? tanya Leon sembari menghentikan aksinya dengan menatap wajah cantik kekasihnya itu.
"Mm... Aku..." Brenda menunduk menyembunyikan wajah malunya itu dari Leon.
"Baiklah, sebaiknya kita makan dulu biar kau ada tenaga untuk melayaniku nanti," ucap Leon dengan senyum manisnya yang mampu membuat Brenda berpaling dari Eric.
"Ayo... kita turun kebawah." ajak Leon sambil mengulurkan tangannya dan menggandeng tangan Brenda dengan erat, seakan dia tak ingin jauh dari kekasihnya itu.
Brenda pun segera menerima uluran tangan Leon ,dan berjalan beriringan menuruni anak tangga dengan wajah binarnya, tanpa mereka sadari bahwa mereka sudah sampai di ruang makan, Dengan sigap Leon menarik sebuah kursi untuk Brenda duduk begitupun dengannya yang segera duduk di hadapan Brenda.
Di ruang makan, Leon dan Brenda tampak menikmati makan malamnya, sesekali Leon mencuri curi pandang ke arah Brenda yang sedang memotong steak. Brenda yang mengetahuinya tiba tiba dia tersenyum dan menyuapi Leon dengan steak yang dia potong tadi. Leon dengan senang hati menerima suapan yang Brenda berikan padanya.
Di sela sela mereka makan, tiba tiba Brenda ingin mengatakan sesuatu pada Leon. namun Brenda masih belum yakin apa dia mampu mengatakannya atau tidak. Leon yang melihat Brenda melamun seketika melambaikan tangannya ke arah Brenda, Brenda tersentak kaget dan tersenyum paksa, untuk menutupi kegundahannya selama ini.
"Ada apa sayang... kenapa kau tampak memikirkan sesuatu ?" tanya Leon.
"Mmm... Sebenarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu..." jawab Brenda menunduk.
"Katakanlah, apa itu..." tukas Eric singkat sembari melanjutkan makannya.
"Leon.... Sebenarnya aku..." Brenda yang ingin mengatakan semuanya mendadak suaranya tercekat di tenggorokan.
.
.
𝚜𝚞𝚔𝚜𝚎𝚜 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔𝚖𝚞 💪💪💪